Darren POV

2.1K 115 2
                                    

Darren Pov

" Talitha, kamu mau es krim gak?" gadis kecil itu mengangguk sambil tersenyum manis.

"tapi Talitha telefon kak Anya, suruh kesini, terus bilang kalo kak Darren mukanya biru-biru," aku tersenyum pada Talitha yang hanya mengangguk.

Licik memang! Tapi mau gimana lagi, sangat sulit untuk mendapatkan perhatian Anya, tapi aku tidak bohong tentang wajahku ku yang memar. Saat jam istiraha Abra memukulku, alasannya simple, karena aku jujur padanya bahwa aku mulai tertarik pada Anya.

" kak Darren, katanya kak Anya nanti ke sini. Sekarang mana es krim ku?"  aku tersenyum manis, lalu memberikan es krimnya pada Talitha.

Beberapa menit kemudiam terlihat Anya yang datang menggunakan jeans hitam dan kemeja hitam, serta sepatu converse abu-abu yang melekat pada kaki kecilnya, rambutnya dibiarkan terurai, dia cantik, dia manis, dan dia melumpuhkan saraf otakku.

"Darren, itu muka abis diapain sama Abra?" Anya mengambil posisi duduk disampingku,

Kenapa jantungku loncat-loncat kegirangan gini.

Aku pura-pura mengangkat alis sok cool didepan Anya,
" Abra ngadu ke lo?" Anya masih menggeleng-geleng heran.

Astaga Anya menggeleng saja terlihat lucu dan imut dimataku.

" tadi Angel yang ngasih tau, lagian lo bukannya nelfon Angel aja biar diobatin," aku nyengir kuda. Jelas-jelas aku hanya mau diobati oleh Anya! Mana mungkin aku manggil Angel, yang ada lukaku tambah parah kalo Angel yang ngobatin.

" Angel sibuk Nya," Aku meneguk air mineral di depanku.

Anya berjalan kedalam dan kembali dengan membawa P3K, aku tersenyum, ternyata Anya sangat perhatian.

" jadi?" Anya bertanya sambil mengusap kapas ke pipiku yang memar, " lo ada masalah apa sama Abra?" lanjutnya.

Aku menghela nafasku, tidak mungkin aku memberi tahu Anya yang sebenarnya, yang ada Anya semakin menjauh dariku.

" hmmm, itu urusan cowok Nya," Anya menyerngit tak percaya.

" jujur Ren!" tegasnya, aku memegang tangan Anya yang berada diatas permukaan wajahku.

" gue mulai tertarik sama lo!" tegasku, membuat Anta membeku ditempatnya,

" lo gila!" aku mengangkat alis atas respon yang diberikan Anya.

" kenapa?" aku bertanya sambil tersenyum lebar lalu mencubit kedua pipinya.

" gue bercanda kok," ucapku, dia menghela nafas lega, lalu melanjutkan mengobati wajahku.

" lo bikin gue jantungan tau," Anya masih serius memberi obat merah pada sudut bibirku,  " kalo sampe beneran lo tertarik sama gue. Bisa-bisa gue jadi santapan Angel," aku tertawa keras.

" tapi kalo gue jadi temen deket lo gak papakan, biar kaya Abra gitu," Anya tertawa renyah, cantik, sangat cantik!

" iya Darren iya," ucapnya sambik berjalan ke dalan panti.

Anya kembali membawa segelas teh manis dan roti untuku, senang? Pasti! Aku menoleh padanya dengan tampang sok cool ku.

" perhatian banget sih Anya," Anya kembali menggeleng-geleng heran.

" Ren, perlu gue telfon Angel gak?" pertanyaan Anya membuatku menggeleng kuat.

Anya tu polos atau gimana sih? Masa gak peka juga kalo gue cuma mau berduan sama dia.

Aku menghela nafasku, lalu melihat Anya yang daritadi asyik membaca novelnya.

" suka baca novel nya," Anya langsung menatapku.

" suka banget Ren. Ibaratnya  novel itu adalah pelengkap hidup gue," aku tertawa, persis seperti kakakku yang juga pengemar novel.

" yaudah beli novel yuk," Anya kembali menatapku sambil mengangkat sebelah alisnya.

" gue gak bawa duit, nanti gue ada les piano," Anya kembali membaca novelnya.

" lo bisa main piano Nya?" pertanyaanku mendapat anggukan kecil dari Anya.

" gimana kalo kita nonton orkestra?" Anya menatap Darren sepenuhnya, wajahnya sudah dihiasa senyum lebarnya.

Anya daritadi serius memperhatikan orkestra yang ditampilakan. Sedangkan aku daritadi hanya cengar-cengir melihat wajah manis Anya.

" Ren, keren banget ya! Salah satu impian gue pengen ikut orkestra," aku tersenyum melebar mendengar impian Anya.

' impian gue peng jadi pacar lo Nya," suara batinku yang tiba-tiba muncul. Aku menggelengkan kepalaku.

" kenapa Ren? Kepalanya sakit?" pertanyaan Anya membuatku menatapnya.

" engga cuma gatel aja," aku mencari alasan.

Aku merebahkan tubuku dikasur, haru ini hari yang indah! Terdengar lebay memang. Tapi itulah yang kurasakan saat berdekatan dengan Anya. Rasanya jantungku selalu loncat-loncat dan berdetak kencang.

" Darren, novel gue dimana?" suara nyaring kak Safa membuatku langsung bangun dari tempat tidur.

" novel gue dimana?!" kali ini kak Safa sudah berkacak pinggang di depanku.

" mana gue tau, yakali gue nyolong novel alay kaya gitu." aku memasang wajah polos tak tau apa-apa.

Kak Safa mendekat padaku, matanya menatap dua bola mataku, seperti polisi yang sedang melakukan investigasi.
" lo jangan ngibulin gue, nanti kalo sampe lo ketauan lo ngambil novel gue. Gue bakal ngadu ke mamah biar lo disunat dua kali," spontan aku menutup bagian pentingku. Lalu kak Safa berlalu dari kamarku.

Wajar jika kak Safa menuduhku, karena aku yang terakhir kali masuk kamarnya itu. Ada sekitar 15 novel kuambil dari rak bukunya. Maafkan aku kakakku sayang.

To : Anya
Anya, kakak gue banyak novel ini. Mau pinjem gak?

Aku kembali menutup ponselku, tinggal tunggu balasan Anya.

From : Angel
Aku di kafe biasa. Aku pengen ngomong penting!!

Aku menghela nafasku. Akhir-akhir ini Angel sangat manja. Dia selalu menyuruhku untuk menjemputnya bimbel, atau belanja di mall, arau bahkan dia mengajakku untu menonton acara fashion show yang menurutku sangat membosankan.

" tadi abis darimana sama Anya?" aku menggaruk rambutku yang tak gatal. Baru saja datang sudah disuguhi pertanyaan seperti ini.

Buat kalian para cewe,informasi aja ya. Kita kaum cowo paling gak suka diinvestigasi seperti maling. Kita para cowo juga punya privasi!

Aku menghela nafasku,
" aku cuma dari panti aja," aku menyeruput lemon tea pesanan ku.

" alesan. Kamu mau selingkuh dari aku kan? Kamu deketin Anya kan? " Angel mulai menaikan nada suaranya, aku hanya malu karena sekarang pusat perhatian mengarah kepadaku dan Angel. Aku jadi merasa terlihat seperti sedang menghamili anak gadis.

Aku memegang tangan Angel sambil tersenyum manis, berharap senyumku bisa meluluhkannya.

Dia menatapku tajam.
" aku yakin kalopun kamu jadian sama Anya, hubungan kalian gak bakal lama. Karena kamu gak bakal betah sama cewe yang gak bisa di'apa-apain'. Sedangkan Anya dia cewe sok suci yang belom pernah di'apa-apain' "

Aku mengepalkan tanganku erat, mataku ikut menatap Angel.
" yaudah kita putus aja." Aku langsung pergi setelah mengambil kunci motorku.

Darren Dan Anya (sebagian di private )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang