Eight

2.5K 133 0
                                    

Bosan!!! Satu kata yang sekarang timbul di benak Anya. Bagiamana tidak bosan, yang Anya lakukan daritadi hanya menoton beberapa acara televisi dalam waktu berjam-jam. Suara langkah kaki membuat Anya sedikit resah, karena waktu masih menujukan pukul 10.00, Anya mulai panik dan bersembunyi di bawah kolong kasur.

" Anya, gue bawa makanan ni!" suara yang sangat familiar bagi Anya, membuat Anya keluar dari persembunyiannya.

" lo ngapain disitu?" pertanyaan Darren membuat Anya membuang nafas lega,

" gue kira tadi siapa yang dateng, jadi buat cari aman aja gue ngumpet," Anya mulai duduk di sofa,

" ni makanan buat lo!" Darren menyerahkan plastik berwarna hitam untuk Anya,

Anya menatap Darren beberapa saat, lalu matanya melirik jam dinding,
" lo bolos?" Anya bertanya menyelidik,

" gue lagi males hari ini. Apalagi ada pelajaran fisika, matematika..,"

" gue nanya lo bolos?" Anya memotong pembiacaraan Darren,

" yes I am!" Darren berkata mantap.

Anya menggelengkan kepalanya, lalu membuka bungkusan plastik dari Darren. Wajahnya merekah seketika melihat isi dari kantung plastik tersebut.

" kata Abra lo suka ketoprak," Anya kembali tersenyum,

" gue tahu Abra bakal selalu peduli sama gue apapun yang terjadi," Anya mulai memakan ketopraknya,

" itu karena Abra suka sama lo," ucapan Darren membuat Anya tersedak makananya,

Darren hanya terkekeh, lalu memberi Anya minum,
" lo cewe yang paling gak peka yang pernah gue temuin. Nenek-nenek juga tau kalo Abra tu naksir sama lo," ucapan Darren membuat Anya diam sejenak,

" please, Darren. hidup itu gak selalu harus tentang cinta, kalo pun Abra naksir gue, hmm yaudah. Intinya dia sahabat terbaik gue," Anya kembali mengunyah makanannya,

" tapi kalo gue yang naksir lo gimana?" Darren menggoda Anya, membuat Anya langsung menoleh padanya,

" bisa abis gue sama Angel, lagipula gue sama Angel bakal tinggal satu atap, jadi gue gak minat sama lo," ucapan Anya membuat Darren mengerutkan alisnya,

" satu atap? Maksudnya?" Anya kembali berhenti mengunyah makanannya,

" jangan kepo, bentar lagi juga bakal tau apa yang bakal terjadi antar gue dan Angel," Darren hanya ngangguk-ngangguk,

Darren memegang kedua pundak Anya, lalu menatap manik mata Anya,
" Nya, gue sekarang sahabat lo, anggap kedudukan gue sama kaya Abra!" Anya hanya tertawa geli melihat ekspresi wajah Darren,

" lo," Anya mulai menurunkan tangan Darren dari pundaknya,

" gausah modus!!" Darren hanya memasang wajah malunya,

" elah Nya, dikit doang," Anya langsung melotot pada Darren yang mulai mencolek pipinya,

" lo tu ya, playboy cap kadal banget," Darren hanya tertawa melihat wajah Anya,

" Icha kapan ke sini?" Anya bertanya sambil membereskan bungkus makanannya,

" paling nanti pulang sekolah," Darren masih asyik pada ponselnya,

Anya diam sejenak,
" gue pergi sebentar ya," Darren langsung menoleh pada Anya,

" mau kemana? Gue anterin!" Anya menghela nafas lelahnya,

" gu mau pulang sebentar, kasian nyokap gue," Darren masih menatap lekat Anya,

" gue bisa sendiri, gue gaenak sama lo, ngerepotin lo terus," Anya memasang wajah bersalahnya,

" Anya, nurut sama gue ya. Gue gak mau lo kenapa-napa, terus nanti Abra introgasi gue kaya orang kesetanan."

" iya,"

Lalu Anya dan Darren melangkah keluar apartemen, Darren sudah siap dengan motor Ninjanya. Diperjalanan hanya ada keheningan, Darren mengerti pasti Anya sedang memikirkan mamahnya.

Mereka sampai di rumah bercat putih dua lantai, rumah minimalis tapi elegan, Anya kembali menghela nafas panjangnya, dia sudah bisa menebak apa yang terjadi jika dia bertemu dengan mamahnya.

" lo tunggu sini, gue sebentar doang," instruksi dari Anya hanya dapat anggukan dari Darren,

Anya mulai membuka pintu utama rumah tersebut, matanya mencari sosok wanita paruh baya yang akan selalu bertriak jika dia marah,

" masih inget pulang?" pertanyaan sarkatik mamah Anya, membuat Anya diam seketika,

" semalem nginep di mana? Gak sampe jadi gelandangan kan?" pertanyaan kembali menghujani telinga Anya,

" mah, Anya kesini cuma minta hp baru pesanan Anya," Anya berkata datar,

Mamah Anya tertawa sinis,
" mamah gak bakal kasih kamu hp baru, kalo kamu gak setuju pernikahan mamah!" Anya menghela nafas lelahnya,

" Nya, kamu ngertiin mamah dong! Mama butuh pendamping, papah kamu udah lama meninggal. Mamah dan om Tomi saling mencintai," Anya menatap tajam mamahnya,

" hidup gak harus tentang cinta,cinta, dan cinta. Aku berharap aku gak bakal jatuh cinta, dan jadi egois kaya mamah, sekarang terserah mamah. Lagipula selama ini mamah juga gak pernah anggap aku ada, buat apa minta restu aku," Anya menelah salivanya, matanya mulai berkaca-kaca, nafasnya memburu.

Tak perduli panggilan mamahnya, Anya terus melangkahkan kakinya keluar rumah. Sedangkan Darren tertangkap basah sedang menguping pembicaraan antara Anya dan mamahnya,

" Nya, lo gak papa kan?" Darren berkata cemas,

Anya menatap Darren datar,
" ayo balik," ucapan Anya langsung dipatuhi oleh Darren,

Sampai di Apartemen Anya langsung masuk kamar mandi, membuat Darren menatap bingung. Darren mengambil semua isi yang ada dikulkasnya, lalu menaruhnya di atas meja, dengan harapan agar mood Anya kembali baik,

Anya menatap semua makanan yang ada di hadapannya, alisnya berkerut,
" ini apaan?" Darren hanya nyengir lebar melihat Anya.

" kita nonton movie maraton oke," Darren membujuk Anya seperti membujuk bayi,

Tret...tret

Ponsel Darren berbunyi,membuat Darren langsung mengangkatnya, sedangkan Anya asyik makan,

" nih," Darren menyerahkan ponselnya pada Anya,

" siapa?" Anya bertanya penasaran,

" Abra,"

"pake speaker aja," mendengar perintah Anya, Darren langsung melakukannya,

" Nya, nanti gue ke situ ya. Gue minta maaf semalem udah bikin lo ketakutan, sumpah Nya itu karena gue khawatir banget sama lo. Nanti kita nonton sama makan ya. Nya jawab!" suara Abra membuat Anya mengukir senyum di wajahnya,

" cie kangen ya, oke nanti nonton sama makan ya, tapi bayarin. Gue lagi masa kabur jadi gak punya duit buat bayar, Bra ntar malem gue nginep dirumah lo ya," ucapan Anya membuat Darren terdiam sesaat,

" yes, Anya nginep dirumah gue, lagian papah sama mamah juga belom pulang kok Nya. Btw, lo gak di apa-apain kan sama Darren?"

" Engak Abra, Anya gak gue sentu sedikit pun!" Darren kesal dengan ucapan Abra, ucapan yang seakan-akan menyatakan bahwa Darren adalah orang yang sangatttt mesum,

" thanks Ren. Dan Anya sampai bertemu nanti malem ya," Abra mengakhiri sambungan telfonnya,

" Nya, nanti lo jalan sama Abra?" mendengar pertanyaan Darren langsung membuat Anya menoleh,

" iya, kenapa emangnya?" Darren kembali berfikir,

" tadi Angel nelfon gue, dia bilang ntar malem hari jadinya sama Abra," Anya berhenti mengunyah cokelatnya,

" terus maksud lo? "

" hmm, gue mau jujur sama Abra," mendengar ucapan Darren Anya tersenyum,

" bagus deh, walaupun endingnya nanti lo bakal perang dingin sama Abra."

Darren Dan Anya (sebagian di private )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang