Sixteen

1.8K 104 0
                                    

" mah, kenapa anak mamah sekarang laganya kaya perawan gitu sih?" protes Safa sambil mengigit roti bakarnya.

Mamahnya menyerngit lalu menatap Safa bingung.
" maksudnya itu kamu atau siapa?" tanya mamahnya sambil mengaduk kopi yang ada ditangannya.

" Darreno Harris Dirgantara! Anak mamah yang paling ganteng itu, tadi pagi aku liat dia ngaca sambil melihat bentuk tubunya, terus pake parfum, terus sisiran....-"

" pagi mah, pagi kak Safa."
Darren mengambil posisi duduk di samping Safa.

" bahagia amat Ren, kamu menang undian?" mamahnya menatap lekat Darren sambil meneliti wajah anak kesayangannya itu.

" enggak mah, aku mau jemput temen aku," Darren menggigit rotinya.

" siapa? Angel pacar kamu yang laganya kaya artis itu? " mamahnya memasang wajah sebal jika menyangkut tentang Angel.

" bukan mamahku yang cantik," Darren mengambil susu putihnya, " yang ini namanya Anya, next time aku kenalin ya," Darren mengambil tas dan kunci motornya,lalu dengan cepat Darren mencium pipi mamahnya. kakinya melangkah pergi dari rumahnya.

" jadi kamu ke sini mau jemput Anya?" pertanyaan singkat meluncur dari bibir kecil ibu Adelia(mamah Anya)

" iya tante," Darren mengangguk mantap dan menjawab tegas.

" tunggu sebentar ya. Tapi kalo saran tante besok-besok jangan jemput Anya lagi ya. Tante gamau Angel sakit hati," ucap ibu Adelia, Darren masih diam ditempatnya.

Kedatangan Anya dari tangga membuat Darren menoleh dan tersenyum pada Anya, sedangkan dibelakang Anya sudah ada Angel yang memasang wajah kusutnya.

" mah, Anya berangkat ya." Anya berjalan sambil mencium punggung tangan mamahnya, diikuti oleh Darren.

Sepanjang koridor Anya dan Darren masih diam dengan pikirannya masing-masing.

" Ren, lo putus sama Angel bukan karena gue kan?" Anya bertanya pelan.

Darren menggeleng, lalu tersenyum kecil.
"Geer banget si, ya bukan lah. Gue putus karena emang udah gak cocok," ucap Darren sambil melihat ke arah lapangan.

" ntar sore ikut gue ya, gue mau ngajak lo makan malam dirumah," Anya menyerngit risih mendengar ajakan Darren.

" sebagai sahabat baru gue, jadi gausah mengkerut gitu jidatnya," Darren mengelus jidat Anya, " kaya nenek-nenek yang banyak mikir," lanjutnya.

" sialan lo," Anya tertawa, matanya masih menatap Darren.

Darren menghisap rokoknya dalam-dalam, berbeda dengan Aldo yang terkekeh sambil meminum susu kotaknya.

" Ren, lo kenapa lagi sih? Katanya mau komitmen berhenti ngorokok demi Anya," Miko menatap sahabatnya.

" tadi pagi gue jemput Anya, tapi keliatannya nyokapnya kurang suka sama gue," Darren mengepulkan asap rokoknya.

Aldo tertawa,
" mana ada orang tua yang percaya sama cowo brandal kaya lo," ucap Aldo sambil menyalakan ponselnya.

" bukan karena itu Do."

" terus karena apa? Abang Darren gateng," tanya Miko yang ikut menyalakan rokoknya.

" nyokapnya bilang, gue harus menghargai perasaan Angel," ucap Darren sambil meminum fantanya.

" eh serius? Kok lebih sayang sama Angel ya," komentar Miko membuat Aldo menggeleng.

" kalo menurut gue ya Ren, itu cuma sebagian kecil alasan nyokapnya Anya. Sebagian besar alasannya itu nyokapnya mau ngelindungi Anya dari lo," ucap Aldo, Darren mengangguk paham.

Darren mengangguk mengerti, benar kata Aldo, tapi jika dipikir-pikir, mamah Anya tidak mungkin mengetahui reputasinya yang brandal. Pasti ada orang yang melapor pada mamah Anya.

" heh, bengong lagi," Miko menyentuh pundak Darren.

" ntar malem Bara ngajakin nongkrong di temapt biasa," ucap Aldo sambil mengaduk pop mie nya.

" gak bisa gue, ada urusan," ucap Darren yang membuat kedua temannya menoleh.

" sekarang Anya prioritas ya," Darren menoleh mendengar Aldo.

" enggak juga," ucap Darren santai.

" tapi gue heran sama lo. Dulu bukannya lo benci banget ya sama Anya, apalagi pas Abra cerita tentang Anya. Kesannya kaya lo tu hatersnya dia," Darren terkekeh ketika mengingat masa lalunya.

" itu namanya karma Miko," ucap Aldo, membuat Miko terkekeh.

"jadi, ntar malem Darren mau ngajak lo dinner bareng orang tuanya?" tanya Viola terkejut.

Anya mengangguk,
" iya," jawab Anya sambil merapikan mejanya.

" Nya, nanti bisa tolong bantu gue gak?" suara Cakra membuat Ica, Anya dan Viola menoleh.

" bantu ngapain?" tanya Anya.

" ngambil beberapa modul matematika buat kelas kita," ucap Cakra datar.

" oke," Anya menjawab sambil tersenyum.

" kayaknya Cakra mulai tertarik sama lo deh Nya," ucapan Ica membuat Anya mengerutkan keningnya.

" Ica, jangan meramal yang enggak-enggak. Lagian rasanya jatuh cinta tu kaya gimana sih?" pertanyaan Anya membuat kedua sahabatnya tertawa terbahak-bahak.

" Nya, serius lo gak tau?" Anya menggeleng mendengar pertanyaan Ica.

" jatuh cinta itu berjuta rasanya," ucap Ica sambil menggoda Anya.

" najis, tua banget bahasa lo," protes Viola.

" gue serius Ca," rengek Anya.

" apa yang lo rasain kalo di deket Darren?" tanya Ica, membuat Anya mengerutkan keningnya.

" nyaman, merasa dilindungi dan sedikit senang," ucap Anya sambil berfikir.

" nah itu. Itu fase dari jatuh cinta," ucap Ica sambil berpikir lagi " mungkin lo lagi tahap buat mencintai Darren."

Anya terkekeh sambil menggelengkan kepalnya, menyukai Darren hal honyol menurutnya. Prinsip Anya adalah jangan mau sama 'bekas' Angel, bukan karena Anya jiji' atau apa. Tapi karena Anya tidak ingin Angel selalu menatapnya dengan tatapan sinisnya.

" gue ke ruang guru dulu deh, ngambil modul matematika," Anya tersenyum sambil berdiri dari tempatnya dan melangkah keluar.

Anya menelusuri koridor sambil bersenandung kecil, sesekali matanya mengara pada lapangan yang tampak ramai karena permainan futsalnya, matanya menangkap Darren yang sedang menggiring bolanya, bibir Anya tersenyum kecil, Darren terlihat 80 persen lebih tampan karena keringat yang menghiasi seluruh wajahnya.

" Anya," panggilan Darren membuat Anya kaget sekaligus malu, iya malu! Malu karena ketangkap basah ngeliatin Darren.

" eh, i..iya," Anya tersenyum menutupi kegugupannya.

Sedangkan Darren tertawa melihat tingkah lucu Anya, ingin rasanya Darren mencubit pipi tembem Anya.

" kaya orang gila lo Ren," ucapan Sakti membuat Darren menoleh.

Darren mengerutkan keningnya.
" kenapa?"

" dari tadi senyam-senyum kaya orang kehabisan obat depresan lo. Lo suka ama cewe itu? Dia Anya kan?" ucap Sakti sambil meneguk minumnya.

" tau darimana lo? Perasaan gak pernah satu kelas sama Anya," Darren menggaruk tekuknya bingung.

" kemaren pas Abra lagi drunk dia manggil nama Anya mulu. Gue aja ampe miris ngeliat dia."

Darren masih menatap Sakti, sebegitu cintanya Abra kepada Anya.

Halo aku balik lagi, maaf lama banget nulis chapter ini, karena aku bener-bener ngeblank dan bingung buat dapet inspirasi. And akhiranya otak aku kembali lagi. Btw, drunk itu mabok ya. Jangan lupa vote dan comment :)

Darren Dan Anya (sebagian di private )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang