Seven

2.8K 154 1
                                    

"jadi?" Anya bertanya sambil memakan nasi goreng buatan Darren,

" maksud lo?" Darren kembali bertanya sambil menyesap kopi buatannya.

" ya maksud gue, kenapa lo jadi bad boy ?" Anya menelan makanannya,

" biar gue tebak! Lo broken home?" tebakan Anya membuat Darren tertawa kecil.

" gue gak semenyedihkan itu Nya, gue tu sama kaya lo! Pengen buat kenangan indah di masa putih abu-abu buat diceritain ke anak cucu gue nanti," Anya mendengarkan sambil mengangguk-ngangguk,

" lo bandel udah lama?" Anya bertanya polos, membuat Darren semakin gemas,

" Dari kelas 2 SMP. Gue udah mulai ngrokok bareng Abra," Anya hanya mengangguk-ngangguk.

" lo sendiri mulai kapan jadi bandel?" Pertanyaan Darren membuat Anya diam sejenak, lalu kembali tersenyum lebar,

" sejak kelas 6 SD, gue udah mulai naro kecoa mati di meja guru," jawaban Anya membuat Darren tertawa terbahak-bahak.

Anya melirik jam dinding sekilas, waktu menunjukan pukul 22.45. Tapi Icha tak kunjung datang. Sedangkan hujan lebat terus mengalir,

" Icha kok belom dateng ya," Anya berucap pelan, membuat Darren langsung menoleh padanya,

" kayaknya Icha gak dateng deh Nya, ini udah malem banget soalnya," Darren melihat jam tangan miliknya,

Anya menghela nafas frustasi, kalo Icha tidak datang itu berarti Anya hanya berdua dengan Darren. Jika Angel tau, Angel pasti akan menyindirnya habis-habisan. Bukannya Anya takut pada Angel, tapi berurusan dengan nenek lampir bermulut kaleng membuatnya malas berurusan dengan Angel.

Tok...tok.

Suara ketukan pintu membuat Anya tersenyum ceria, sedangkan Darren hanya memasang wajah bingung. Perlahan Anya dan Darren melangkahkan kakinya menuju pintu, memutar handle pintu, dan keduannya sangat terkejut melihat tamu yang datang larut malam begini.

" Abra?" Anya bertanya bingung, melihat wajah frustasi bercampur marah dari Abra,

" Ayo pulang!" Abra memegang kuat pergelengan membuat Anya sedikit meringis,

" Abra tangan gue sakit," Anya masih terus meringis, Darren langsung menepis kasar tangan Abra,

Abra menatap tajam Darren, tangannya mengepal kuat, lalu menarik kerah kemeja Darren,

" gue udah bilang sama lo, jangan deketin Anya! " Darren menyingkirkan tangan Abra dari kerahnya,

" gue cuma bantu dia!" Darren menoleh pada Anya yang sudah ketakutan,

" lo cuma cari kesempatan dalam kesempitan anjing! Sama kaya yang lo lakuin sama Angel!" suara keras Abra diikuti dengan ekspresi bingung dari Anya,

Abra lalu kembali meraik tangan mungil Anya dengan kuat,
" ayo pulang!" Abra berusaha menarik kuat tangan Anya,

Anya menghentakan tangan Abra kasar,
" gue gak mau pulang! Gue perlu waktu sendiri, dan gue juga lagi gak mau liat wajah nyokap gue," Anya bertriak keras, membuat Abra semakin kesal.

"Anya dengerin gue! Lo harus pulang! Kalaupun lo mau nginep, nginep di rumah gue!" Abra memegang kedua pundak Anya kuat-kuat, membuat Anya memekik kesakitan,

Darren menarik tangan Abra agar menjauh dari Anya,
" eh anjing! Anya bilang gak mau! Mendingan lo pulang, biar Anya disini sama gue!" ucapan Darren mendapat senyuman meremehkan dari Abra,

" Anya disini sama lo? Jangan harap!" ucapan Abra membuat Darren langsung memukulnya, kemudian mendorong Abra yang sudah mulai lemah untuk keluar dari Apartemennya,

Darren berjalan mendekati Anya, membawa Anya ke sofa yang tersedia. Mengambil minyak kayu putih dan mengoleskannya pada pergelangan tangan Anya,

" masih sakit?" Darren terus mengoleskan minyak kayu putih secara perlahan,

" gue udah sering kaya gini," Anya tersenyum tipis,

Darren menghela nafasnya,
" gue minta maaf!" ucapan Abra membuat Anya mengerutkan alisnya,

" buat apa?" Anya menatap sendu Darren,

" gue tahu Abra orangnya kasar, dan gue masih diem aja lo sahabatan sama dia," Anya membuang nafas panjangnya, mati-matian Anya menjaga sisi buruk Abra, tapi Darren sudah mengetahui semuanya,

" and I have a secret, ini bukan lagi tentang Abra, tapi juga tentang Angel dan gue," Darren menyenderkan kepalanya pada sofa,

" Angel emang cinta pertama gue, sejak saat itu gue selalu cari cara buat dapetin dia. Pas gue udah pacaran sama dia beberapa minggu, tiba-tiba dia minta putus tanpa sebab, dan di situ gue ngerasain patah hati untuk yabg pertama kalinya, beberapa bulan berlalu tiba-tiba Abra minta maaf sama gue karena dia perusak hubungan gue sama Angel, dan dia juga waktu itu udah pacaran sama Angel," Anya terus mendengarkan cerita Darren dengan seksama,

" terus kenapa lo selingkuh sama Angel? Padahal lo tau Abra masih pacar Angel, lo dendam sama Abra?" Anya menuntut jawaban, membuat Darren tersenyum kecil pada Anya,

" alasannya karena Abra kasar dan gak mau putusin Angel," Anya diam seribu bahasa,

Anya kira Darren benar-benar cowok brengsek yang suka menusuk teman dari belakang, tapi Darren hanya sekedar melindungi Angel dari Abra. Anya memang mengetahui persis sifat kasar Abra, cowok yang cepat tersulut emosi hanya karena masalah kecil.

Anya tersenyum lebar,
" gue kira lo bener-bener cowok brengsek yang jahat sama sahabat lo sendiri, gue minta maaf atas semua sikap buruk gue sama lo," Anya mengelurkan tangannya, membuat Darren tersenyum geli,

" gue kira lo juga cuma cewek bandel yang bawa pengaruh buruk buat Icha, tapi penilaian gue salah. Gue juga minta maaf atas sifat buruk gue," Darren membalas tangan Anya,

Sang surya sudah menyapa Anya, tangannya menggapai jam beker disamping ranjang. Menunjukan puku 5.45 pagi, Anya bangun dan segera menuju pantry, Langsung mengambil beberapa telur dan langsung memasakanya,

Anya menghela nafas frustasi,
" ya tuhan, kenapa telurnya gosong gini. Kapan gue bisa masak!" Anya langsung mengangkat telur ceplok gosong dan dipindahkan ke piring,

Darren baru selesai memakai seragamnya, dia sedikit heran melihat Anya sudah ada di pantry. Lalu Darren duduk di meja makan, sedikit tertawa melihat telur ceplok gosong milik Anya,

" Darren, maaf ya. Gue gak bisa masak, niatnya gue mau balas budi dengan cara buatin lo makanan, tapi gue baru inget kalo gue gak bisa masak," Anya memasang wajah sedihnya,

Darren tersenyum lebar melihat telur gosong milik Anya,
" Gue suka kok telurnya, gue lebih suka telur gosong. Karena menurut gue itu sangat istimewa," ucapan Darren membuat Anya tersenyum senang,

" lo gausah boong sama gue!" Anya mendekatkan wajahnya pada wajah Darren, mengamati wajah Darren,

Anya kembali menjauhkan wajahnya, lalu menatap Darren,
" ternyata lo ganteng juga ya," Darren langsung merapikan rambutnya yang klimis,

" iyalah, Darreno gituloh! Tapi jangan gampang terpesona sama gue, karena akhirnya lo yang bakal sakit hati," Darren memperingatkan Anya, membuat Anya tersenyum menantang,

" yakin? Tapi gue gak percaya! " Anya berucap sambil berdiri dari tempat duduknya dan menaruk nasi serta telur gosong buatanya,

Darren langsung tersenyum lebar,
" Anya perhatian banget ama gue, ampe di bawain bekel segala," Darren tersenyum senang, sedangkan Anya hanya menggelengkan kepalanya,

" itu buat Icha sama Viola, jangan geer," Anya menjelaskan sambil terkekeh, membuat Darren menghela nafas kecewa.

Darren Dan Anya (sebagian di private )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang