Part.22

194 12 1
                                    

Pukul tujuh malam Nathan, Sonny dan Daniel tengah berada diruangan Aula Serbaguna. Untuk makan malam bersama anak-anak lainnya, nampak diatas meja besar sudah dipenuhi aneka makanan dan minuman lezat tersaji. Kemudian mereka mencari meja kosong dan duduk ditempat tersebut, lalu mengambil makanan yang mereka inginkan dan menikmatinya sambil berbincang-bincang.

"Son, kita harus membantu Pak Handali, agar bisa bersama Unicornnya kembali!" kata Nathan dengan mulut penuh makanan.

"Tentu saja" ujar Sonny menganggukan kepalanya sambil terus makan.

"Ka... kalian ber... berdua bi... bicara a... apaan?" tanya Daniel yang duduk disebelah Sonny.

"Kami berdua mau mencari tahu keberadaan Unicorn Pak Handali. Tukang kebun sekolah yang tinggal dipinggir hutan belakang sekolah kita" Sonny menjawab.

"A... apa i... itu U... Unicorn? La... lalu ke... kenapa ka... kalian ma... mau me... mencarikannya? Me... memangnya di... dia hi... hilang?" kata Daniel dengan berbagai pertanyaan.

Lalu Nathan menceritakan semuanya kepada Daniel yang tampak antusias mendengarkan.

"Ka... kalau be... begitu a... aku ju... juga a... akan i... ikut me... membantu" ucap Daniel tergagap-gagap, setelah selesai mendengar cerita Nathan.

"Aku yakin kalau bertiga pasti lebih baik lagi" Nathan berpendapat dengan memandang kearah Sonny dan Daniel yang terus makan sambil berusaha tersenyum.

***

Kedua mata Nathan masih terbuka. Ketika dua temannya sudah tertidur pulas dikamar. Dia masih saja terjaga padahal malam sudah begitu larut, dan mungkin semua siluman diseluruh negeri juga telah tertidur dengan mimpi-mimpinya.

Nathan yang tak bisa tidur karena merindukan Ibunya, perlahan berjalan didekat jendela kamarnya. Dia menyibak tirai jingga, dan menatap bulan yang bersinar terang menerpa pepohonan dibawahnya. Tanpa Nathan sadari, sepasang mata merah menyala memperhatikannya dibalik rimbun pepohonan.

Ibu aku sangat merindukanmu! Walaupun baru sehari dinegeri siluman, tetapi aku sudah sangat ingin bertemu Ibu. Sebenarnya aku senang tinggal disini, karena aku tidak akan dimarahi Tante Marta dan melakukan banyak pekerjaan rumah. Lagian aku disini mempunyai banyak teman, Bu. Ibu aku akan tetap bertahan disini, sampai aku tahu yang sebenarnya tentang kematian Ayah. Nathan berkata dalam hati dengan mata berkaca-kaca.

Setelah merasa puas berkeluh kesah, Nathan menghela napas panjang sambil menutup kembali tirai jendelanya. Dia berjalan ketempat tidurnya dan berusaha untuk tidur, karena dia tidak mau bangun kesiangan besok pagi. Tiba-tiba terdengar suara ketukan didepan pintu kamarnya.

Tok... tok... tok...

Mendengar hal tersebut, Nathan yang belum bisa tidur segera beranjak dari tempat tidurnya. Sembari melirik kearah Sonny dan Daniel yang tertidur sangat pulas. Dia tak tega membangunkan kedua temannya, kemudian dia berjalan kedepan pintu.

"Siapa ya malam-malam begini mengetuk pintu?" gumam Nathan sambil membuka pintu kamarnya.

Ternyata tak ada seorangpun diluar, ketika Nathan menoleh kesebelah kiri masih tak terlihat siapapun, lalu dia menoleh kesebelah kanan tampak sosok bayangan hitam dengan baju jubah dan tudung kepala berlari keluar pintu asrama Angel Black. Nathan yang merasa penasaran ingin tahu siapa itu? Juga ikut berlari mengikuti sosok tersebut. Anehnya saat Nathan hampir tak dapat mengejarnya, sosok itu berhenti sejenak lalu berlari lagi ketika Nathan hampir mendekatinya. Sepertinya sosok itu sengaja melakukannya supaya Nathan dapat mengikutinya.

Ketika Nathan mengikuti sosok bayangan hitam tersebut yang kini berlari dikoridor sekolah, tiba-tiba tanganya digenggam erat oleh seseorang dan itu membuatnya menghentikan langkahnya.

NATHAN WOLF And The Secret Girls MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang