Setelah jam mata pelajaran Pengendali Kekuatan selesai. Nathan yang ditemani Sonny langsung keperpustakaan, untuk meminjam berbagai buku paket. Tetapi mereka berdua tidak lama berada diperpustakaan, karena usai mendapatkan buku yang dicari. Mereka berduapun keluar dan berjalan melewati koridor sekolah.
"Nat, kamu pinjam buku apa lagi, selain buku Sejarah Siluman?"
"Selain buku Sejarah Siluman, aku juga pinjam buku Ramuan dan Obat-Obatan. Karena nama-nama tanaman obat yang kamu sebutkan tadi pagi, belum pernah kudengar. Makanya aku tertarik meminjam buku itu, Son"
"Berhenti !!!" teriak Sonny tiba-tiba kepada Nathan yang menghentikan langkahnya.
"Ada apa, Son?"
"Aku mohon, jangan bergerak! Karena selangkah lagi kamu akan menginjak Spike"
"Owh, kalau begitu cepat ambil!"
"Tapi, Nat. Kamu jangan bergerak dulu ya!" pinta Sonny yang berusaha hendak mengambil hewan peliharaannya.
Namun saat dia mencoba mengambilnya dari bawah kaki Nathan yang terangkat. Bunglon itu malah merayap pergi menjauh. Lalu Sonny mengajak Nathan untuk mengejar hewan peliharaannya tersebut.
Mereka terus mengejarnya, hingga akhirnya berhenti didekat sebuah rumah tua dipinggir hutan yang ada dibelakang sekolah. Kira-kira lima meter dari samping rumah tua tersebut, tampak sebuah bangunan yang besar. Bangunan itu mirip seperti rumah, tapi dinding dan atapnya didominasi oleh kaca.
"Itu bangunan apa, Son?"
"Itu Rumah Kaca yang sangat besar, mirip seperti punya Kakekku tapi lebih kecil, kecil"
"Rumah Kaca?" ulang Nathan.
"Iya, Rumah Kaca adalah bangunan yang biasanya berfungsi untuk menumbuhkan tanaman yang tidak dapat hidup pada iklim alami tempat itu. Atau memerlukan perawatan khusus, karena didalam Rumah Kaca iklim buatan dapat dibuat didalamnya"
"Wow, keren"
"Sangat keren" ungkap Sonny yang tak sengaja melihat Spike merayap masuk kedalam rumah tua yang tak jauh dari bangunan besar tersebut. Dia berniat mau mengejarnya, akan tetapi Nathan yang mengetahui maksudnya buru-buru memegang tangannya dan berkata.
"Kamu mau kemana? Kerumah tua itu? Memangnya kamu tidak takut? Bagaimana kalau rumah itu rumah siluman jahat atau penyihir jahat" tanya Nathan bertubi-tubi.
"Siapapun penghuni rumah itu, aku tak perduli. Aku hanya ingin mengambil, Spike!"
"Baiklah, kamu boleh kesana asal kita berdua, karena kalau berdua pasti lebih baik"
Sonny tersenyum kecil dan berkata. "Ayo!!!"
Kemudian mereka melangkah kearah rumah tua itu. Ketika mereka berada didepan rumah tua yang pintunya setengah terbuka tersebut, mereka berdua berjalan perlahan masuk kedalam rumah yang bisa dibilang tak terawat. Begitu berada didalamnya, tampak Spike berada dipangkuan seorang Pria berotot besar, berkumis tebal yang lagi duduk santai dibangku kayu.
"Sebelumnya kami minta maaf, karena masuk kerumahmu tanpa permisi!" ucap Nathan yang sedikit takut.
"I... iya, ka... kami kesini tidak bermaksud jahat!" tambah Sonny yang tampak ketakutan.
Pria itu tersenyum ramah dibalik kumisnya yang tebal. Lalu berseru. "Masuklah, tidak apa-apa! Kalian pasti anak-anak Azgarthe tahun pertamakan?"
Nathan dan Sonny mengangguk bersamaan.
"Saya, Handali Wong dari keluarga macan kumbang. Saya tukang kebun sekolah dan juga penjaga hutan yang ada dibelakang sekolah Azgarthe, agar tidak ada anak-anak yang masuk kedalamnya! Karena hutannya sangat berbahaya saat ini"
"Nama saya, Nathan Wolf dari keluarga serigala putih, dan teman saya ini bernama Sonny Junior dari keluarga monyet ekor panjang" balas Nathan memperkenalkan diri mereka berdua.
"Terus ada apa kalian berdua kemari?" tanya Pria yang bernama Handali.
"Kami berdua bisa sampai kemari, karena mengejar bunglon yang ada dipangkuan Pak Handali, sebab bunglon itu hewan peliharaan saya" jawab Sonny yang sudah tak merasa takut lagi, sambil menunjuk kearah Spike.
"Owh bunglon ini? Dia sejak tadi pagi sudah disini, lalu dia pergi dan sekarang balik kesini lagi" jelas Pak Handali. "Ayo duduk dulu! Biar kita bisa bicara, karena jarang sekali ada yang berkunjung kemari" lanjutnya sambil menyerahkan bunglon itu kepada Sonny, yang sudah duduk dibangku kayu.
"Apakah disini, Pak Handali tinggal sendirian?" tanya Nathan yang baru duduk disebelah Sonny.
"Sebenarnya saya disini tinggal bersama seekor unicorn kecil, yang saya temukan didalam hutan. Saat saya menemukannya, dia dalam keadaan luka parah. Seperti digigit oleh binatang buas, sangat buas karena tak mungkin binatang biasa dapat menangkap atau mengejarnya" ujar Pak Handali sambil berpikir penuh selidik dan melanjutkan kata-katanya. "Lalu saya membawanya kerumah dan mengobatinya, dengan tanaman obat yang ada dirumah kaca sekolah, dan pasti kalian sudah melihatnyakan? Rumah kaca yang besar disamping rumah saya tadi?"
Nathan dan Sonny menjawab dengan anggukan.
"Sejak itulah dia menemani saya disini, dan entah mengapa dia begitu patuh? Mungkin itu caranya berterima kasih kepada saya! Karena sikapnya itu saya sangat menyayangi Unicorn kecil tersebut" ungkap Pak Handali sambil tersenyum senang.
"Unicorn itu binatang apa? Terus dimana dia sekarang?" tanya Nathan lagi.
"Unicorn merupakan makhluk ajaib yang mirip seperti kuda bewarna putih dengan kilauan perak. Didahinya ada satu tanduk memanjang berbentuk spiral" jawab Pak Handali. "Sekarang dia dipinjam oleh Nevill Croke, katanya sih cuma tiga hari. Namun ini sudah seminggu lebih, tetapi Nevill belum juga mengembalikannya" lanjutnya yang tampak sedikit sedih.
"Memangnya untuk apa Pak Nevill meminjam Unicorn itu?" tanya Sonny yang ikut bicara.
"Dia bilang sih, untuk keperluan sekolah. Aduh saya hampir lupa membuatkan minum!" ujar Pak Handali sambil melangkah kedapur, dan tak begitu lama. Dia keluar lagi sambil menyuguhkan minuman dan juga kue kering.
.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN WOLF And The Secret Girls Mermaid
FantasíaSesuatu yang gelap Dari sudut dunia terkelam Dengan mata merah menyala Mengintai nyawa untuk hidup abadinya Apakah yang akan kamu pilih? Menjadi manusia biasa saja Dengan penuh tanda tanya tentang takdirmu! Atau menjalani takdirmu dengan bayangan k...