Part.29

146 9 0
                                    

Malam ketiga dalam pencarian Unicornnya Pak Handali. Nathan, Sonny, dan Daniel kali ini berjalan pelan keluar asrama kamar mereka. Sekarang mereka lebih berhati-hati, agar tidak bertemu dengan Pak Nevill, yang berjanji akan memberi hukuman, jika mereka ketahuan masih berkeliaran dimalam hari.

Akhirnya mereka tiba didepan pintu ruangan bawah tanah, tempat belajar Sejarah Siluman. Tanpa bertemu dengan Pak Nevill, atau pun Pak Frank si penjaga sekolah, seperti malam-malam sebelumnya. Mereka sangat bersyukur sekali tidak bertemu kedua orang tersebut.

"Disiplin atau dihukum!" Nathan mengucapkan kata kunci ruangan tersebut, yang dia ketahui sejak malam kedua.

Lalu pintu ruangan Sejarah Siluman perlahan-lahan mulai terbuka. Saat pintu yang ada dihadapan mereka terbuka lebar. Mereka bertiga buru-buru masuk, didalam ruangan tersebut. Nampak bangku-bangku belajar yang kosong, meja Guru, papan tulis, sebuah rak buku, dan enam buah obor yang menyala-nyala disamping tembok. Di dalam ruangan itu juga terlihat kedua hantu anak perempuan yang tengah berdiri didekat salah satu obor.

"Apakah Pak Nevill menyembunyikan seekor Unicorn disini?" tanya Sonny kepada kedua hantu itu. Melihat itu Nathan dan Daniel melangkah mendekati Sonny.

"Bisa ya... bisa tidak... " jawab kedua hantu itu bersamaan, seperti biasanya.

"Aku tanya sekali lagi, apakah Pak Nevill menyembunyikan seekor Unicorn disini?" tanya Sonny lagi yang merasa kurang puas.

"Bisa ya... bisa tidak... " jawab kedua hantu itu bersamaan dengan jawaban yang sama.

"Su... sudahlah So... Son. Mu... mungkin me... mereka ti... tidak ta... tahu!" kata Daniel sambil menepuk pundak Sonny.

"Aku cuma heran, kenapa kedua hantu itu selalu menjawab? Bisa ya... bisa tidak" dengus Sonny dengan kesal.

"Aku rasa mereka hanya bisa mengatakan itu, atau mungkin mereka diberi mantera agar bicara seperti itu" celetuk Nathan. "Lebih baik kita mulai mencari tanda-tanda yang mungkin ada kamar atau ruangan rahasia didalam sini" lanjut Nathan.

Sonny dan Daniel menjawab dengan anggukkan.

Kemudian mereka bertiga mulai memeriksa setiap inci ruangan Sejarah Siluman. Malam kian larut, namun mereka belum menemukan tanda-tanda keberadaan kamar atau ruangan rahasia diruangan itu.

"Mungkin Pak Nevill, tidak menyembunyikan Unicornnya Pak Handali diruangan ini. Mungkin juga firasat yang aku rasakan itu salah" ungkap Nathan yang kini meragukan firasatnya.

"Na... Nathan, ka... kamu ha... harus ta... tahu bah... bahwa fi... firasatnya ba... bangsa si... siluman a... adalah se... sebuah per... pertanda. A... aku pe... percaya de... dengan fi... firasatmu i... itu" kata Daniel memberitahu.

"Kenapa kalian begitu percaya dengan firasatku?" Nathan bertanya.

"Ka... karena ka... kami ju... juga me... memiliki fi... firasat ya... yang sa... sama de... denganmu. Ma... makanya ka... kami ma... mau i... ikut da... dalam pe... pencarian i... ini" jawab Daniel sambil tersenyum.

"Ya itu benar, Nat" tambah Sonny menguatkan kata-kata Daniel.

"Baiklah, kita harus semangat!" seru Nathan.

"Semangat!!" seru kedua temannya juga.

Nathan sekarang merasa semangatnya kembali lagi. Dia pun mulai kembali memeriksa ruangan mata pelajaran Sejarah Siluman tersebut. Sonny dan Daniel pun tak kalah semangatnya. Karena bagi mereka, menyerah disaat semuanya sudah terlalu jauh seperti ini, itu hanya akan membuat semua sia-sia.

Nathan kini memperhatikan sebuah rak buku, yang berada disamping papan tulis, yang terbuat dari kayu tersebut. Nathan yang merasa biasa saja dengan rak buku yang sudah diperiksanya tadi. Sekarang saat dia memperhatikan dengan lebih cermat dan teliti.

"Sepertinya ada sesuatu yang aneh dari rak buku ini, semua buku disini tersusun rapi, tetapi kenapa buku yang itu berbeda" gumam Nathan, sembari memberi kode kearah Sonny dan Daniel agar melihatnya juga.

Lalu mereka memperhatikan buku yang berbeda tersebut, buku itu bewarna silver terang dan menyembul keluar dari rak buku, yang sangat bertolak belakang dengan buku lainnya. Nathan yang merasa penasaran membuat tangannya seakan bergerak sendiri untuk menarik buku itu dengan perlahan keluar dari raknya.

PRAKKK

Secara tiba-tiba rak buku itu terbelah dua, dan bergerak sendiri saling menjauh hingga tampak sebuah ruangan lain didalam rak buku itu.

"Ternyata firasat kita benar" ungkap Sonny yang terlihat sangat senang, begitupun Daniel dan Nathan.

Dengan rasa senang mereka segera memasuki ruangan yang ada dibalik rak buku itu, itu adalah ruangan yang gelap dengan hanya diterangi satu lentera remang-remang yang menyinari ruangan itu, tapi ini cukup membuat mereka melihat hal yang sangat tak biasa.

"Itu ada pintu, aku yakin pasti disana lah Unicorn Pak Handali disembunyikan!" ujar Nathan. "Tapi itu apa?" sambungnya sambil menunjuk sebuah pintu bewarna silver terang yang dijaga oleh dua makhluk aneh yang berada disisi kanan dan sisi kiri pintu itu.

I... itu Sphinx, makhluk penjaga dari mesir kuno, bagaimana bisa ada disekolah?" Sonny balik bertanya dengan rasa kaget.

Daniel dan Nathan mengangkat bahunya tanda tak tahu juga, dan mereka berdua tampak tak kalah kaget dengannya.

"Jadi makhluk yang bertubuh singa dan berkepala manusia itu namanya Sphinx?" ucap Nathan.

"Ya, mereka terkenal kejam dan suka bermain teka teki kepada mangsanya" jawab Sonny lagi yang memang pandai dan banyak tahu.

"Kalian siapa dan mau apa kemari?"

Suara dari salah satu makhluk itu, yang berada di sebelah kiri dengan suara berat.

"Di... dia bi... bicara?" ujar Daniel yang masih ketakutan.

"Iya aku juga mendengarnya" sahut Sonny dengan rasa takut.

"Aku juga" kata Nathan sambil berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada makhluk yang bernama Sphinx itu. "A... apa dibalik pintu itu ada seekor Unicorn?"

"Ya, apa kalian ingin masuk?" jawab Sphinx yang sebelah sisi kanan pintu bewarna silver terang itu.

Mendengar itu Nathan dan kedua temannya tampak sangat senang, tapi masih diliputi rasa takut.

"Tapi kalian harus menjawab dua pertanyaan kami dengan benar" sambung Sphinx yang tadi.

Nathan, Sonny, dan Daniel saling berpandangan satu sama lain, untuk menyamakan pikiran. Lalu Nathan mewakili isi pikiran mereka yang sudah sama, walaupun tanpa berucap.

"Baiklah, apa pertanyaannya?" ucap Nathan kepada makhluk yang terkesan menakutkan tersebut.

Sphinx itu menyeringai sambil memandang kearah Sphinx yang satunya. "Kau duluan!" katanya kepada Sphinx yang berada disisi kiri.

Lalu Sphinx disisi kiri itu menjawab dengan anggukkan dan menatap kearah tiga anak siluman tersebut, sambil berkata.

"Apa yang berjalan dengan empat kaki ketika pagi, dua kaki ketika siang, dan tiga kaki ketika malam?"

.

To be continue....

NATHAN WOLF And The Secret Girls MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang