Jam istirahat kali ini dihabiskan Merlin hanya berdua dengan Susan.
Renna selalu menghindar jika mereka menghampiri, rupanya dia masih marah karena kejadian tadi pagi.
Jujur Merlin tak menyangka ini akan berlarut larut, karena ia tersiksa dengan keadaan ini. Belakangan ini Renna memang sedikit sensi dan gampang emosi."Hei.... Kok kalian cuma berdua ke kantinnya? Sohib yang satunya mana?" Tanya Dian salah seorang teman sekelas mereka.
Merlin dan Susan sama sama mengangkat bahu, karena tak tau mau jawab apa.
"Lho kenapa? Kalian berantem ya? Tanya Dian penuh selidik.
"Nggak kok, biasa biasa aja," jawab Merlin malas malasan.
"Kalo nggak berantem kenapa Rennanya menghindar dari kalian?" Sambung Dian lagi.
"Entah lah, mungkin dia lelah," jawab Susan sekenanya.
Mereka segera kembali ke kelas agar jauh dari Dian, dari pada dihujani pertanyaan yang sulit untuk di jawab.
Mereka sedang asyik ngobrol di kelas bersama anak yang lainnya seperti Ayu, Adit, Ryan dan Dimas.
Tak berapa lama Renna datang ke kelas dan membawa beberapa buku ditangannya."Lo dari perpus ya Ren?" Tanya Merlin untuk mencairkan suasana.
"Kepo amat sih lo," Renna memandang kearah nya dengan tatapan sinis.
"Ya ampun Ren, gue kan tanya baik baik, kok lo gitu sih?" Merlin masih bingung dengan perubahan sikap Renna.
"Suka suka gue, makanya nggak usah mau tau urusan orang. Mau dari mana kek gue, urus aja tuh cowo lo yang sok romantis itu," perkataan Renna semakin sinis dan tajam.
Membuat seisi kelas memandang ke arah mereka."Lo kenapa sih Ren? Nggak jelas.... Lomarah marah sama orang yang nyata nyata lagi bantuin lo, nggak tau diri banget lo," Susan jadi kepancing emosi.
"Udah San....Udah nggak usah diperpanjang lagi, malu (Merlin menahan Susan) biar bagaimana pun dia tetap sahabat kita San," sambung Merlin.
"Sahabat...??? Sahabat apa namanya kayak gitu, mending nggak usah punya sahabat dari pada kayak gitu," Susan menggerutu.
"Mungkin dia lagi ada masalah kali, kita coba ngertiin dia lah San," sahut Merlin menenangkan Susan.
"Mau ada masalah atau nggak, dia tuh dari dulu emang begitu, selalu mau dimengerti, tapi nggak pernah mau berusaha mengerti orang lain, dasar egois !!!" Sambung Susan lagi.
"Ya udah lah, emang dia begitu mau diapain lagi," jawab Merlin pasrah.
"Ya harus berubah lah, udah dewasa kali, jangan kayak bocah mulu," balas Susan.
Susan masih terus mengoceh, sampai akhirnya ocehannya harus terhenti karena bu killer sudah ada di depan kelas, bel masuk yang sudah berbunyi dari tadi tidak terdengar oleh mereka.
Dua jam pelajaran bersama bu killer kali ini terasa amat membosankan, padahal biasanya ia sangat menyukai pelajaran matematika. Tapi hari ini moodnya untuk belajar menguap sudah, karena suasana hatinya tak menentu. Bukan karena Revan, tapi karena hubungannya dengan Renna memburuk.
Renna orangnya memang penuh gejolak dan berapi api, dari dulu Merlin sudah mengetahui itu.
Renna juga labil dan terkadang mudah terpengaruh, tapi selama ini antara mereka selalu ada pengertian, jadi tak pernah separah ini.
Haah.... Entah lah pusing sendiri pikir Merlin."Ya sudah anak anak sampai disini dulu pembahasan kita, tolong kerjakan halaman 148 dan 149 di buku tugas kalian, hari senin kita koreksi, selamat siang." Bu Killer pun berlalu dari hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Let me love him
Teen FictionMerlin yang selama ini dianggap dingin pada lelaki mana pun, perlahan mulai membuka hatinya. Cowo yang dimatanya begitu unik, dan selalu mampu membuat nya tertawa bisa dengan mudah membuat seorang Merlin jatuh hati. Berada di dekat Revan, memberi wa...