Hari ini papa pulang dari Timika-Papua, lama juga rasanya tanpa papa, walau papa hanya tugas seminggu tapi seperti telah berpisah berbulan bulan.
Badan ku masih terasa demam, tapi mama tak boleh tau, kalo sampai mama mengetahuinya, aku akan dipaksa agar mau dirawat lagi, apalagi bila ada papa.
Ku paksakan menghabiskan sarapan ku, supaya mama tak curiga.
Namun aku begitu sulit menghindari tatapan kak Alvin, yang sedari awal tatapan matanya menatapku penuh selidik."Dek.... Kamu lagi ada masalah ya?" Pertanyaan kak Alvin hampir saja membuatku tersedak, buru buru ku teguk air yang ada disamping kiri ku.
"Hmm... nggak kok kak is gonna be oke," jawabku berpura pura sibuk dengan makananku.
Tapi ternyata kakak ku itu tak percaya begitu saja dengan penuturanku, matanya tetap mengarah pada ku terutama mataku.
Padahal aku dengan sengaja mengambil posisi disamping kak Alvin, agar kami tak berhadap hadapan. Tapi ternyata ia begitu mengenali aku, sehingga sedikit aja perubahan pada tingkah dan sikap ku ia akan mengetahuinya.Kak Alvin mengelus pipiku, "pipi mu ini semakin tirus dek, jadi bila matamu bengkak akan terlihat jelas, jangan ditutupi lagi seolah olah tak ada masalah, kakak jadi abang mu sudah hampir tujuh belas tahun, dan itu bukan waktu yang singkat untuk memahami tentang kamu. Kamu tau dimana menemui kakak untuk sharing, kalo kamu belum siap untuk cerita nggak apa apa, kakak tunggu sampai kamu siap."
Kak Alvin langsung berdiri karena sarapannya sudah selesai, dan bersiap siap untuk berangkat sebelumnya pamit pada mama, dan ia masih sempat mengacak acak rambutku.
Mendengar ucapan kak Alvin rasanya air mataku siap tumpah, tapi sedapat mungkin ku tahan. Ku paksakan untuk tetap tersenyum pada kak Alvin.
Selesai sarapan dan minum obat aku langsung menuju kamar, sebelum akunya menghampiri mama.
"Ma, aku istirahat di kamar ya," ucap ku sambil mencium pipi mama.
"Iya sayang,.... Tapi nanti jam 09.00 mama ke bandara, mau jemput papa, kamu mau ikut nak?" Tanya mama lembut.
"Aku ingin sih ma ikut, tapi kayaknya aku masih agak lemas, aku istirahat dirumah aja ya ma," pinta ku pada mama.
"Ya udah nggak apa apa kalo memang kamu masih belum fit, jangan dipaksakan. Yang penting kamu istirahat biar cepat sembuh" Jawab mama sambil mengusap pipiku.
Tak berapa lama aku pun meninggalkan mama diruang tengah.
Kini aku berada dikamar ku, sebenarnya aku mulai bosan dan jenuh tak ada kegiatan dan tak bisa kemana mana.Rasanya ingin aku menghubungi Susan agar dia datang kesini dan temani ngobrol, tapi ada kekawatiran dalam hatiku. Jika Revan tak berhasil menghubungi aku, dia pasti menghubungi Susan dan akan meminta Susan untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi dengan aku.
Biarlah, sementara waktu aku bersabar dulu, menjauh dari sahabatku....Tapi bukan dengan maksud untuk selama lamanya.
Kriiiiing.....Kriiiiing ( Revan Call )
Cowo itu kembali menghubungi aku, 'maaf Van, aku tak bisa menjawab panggilan mu, aku ingin kamu menjauhi ku atau membenci ku'Berkali kali panggilan dari cowo itu aku abaikan, kini ia mengirim pesan untuk ku.
Sayang....
Kamu kenapa? Kok tiba tiba berubah seperti ini, apa aku punya salah pada mu? Tolong katakan apa salah ku.
Aku tersiksa.... Kamu tak mau menerima panggilan ku, tak mau menemui aku saat kudatangi rumah mu, bahkan semua pesan ku pun tak mendapat jawaban apa apa dari mu . Sebesar itu kah salah ku dimata mu, hingga tak pantas untuk kau maafkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Let me love him
Teen FictionMerlin yang selama ini dianggap dingin pada lelaki mana pun, perlahan mulai membuka hatinya. Cowo yang dimatanya begitu unik, dan selalu mampu membuat nya tertawa bisa dengan mudah membuat seorang Merlin jatuh hati. Berada di dekat Revan, memberi wa...