Twenty One

741 110 51
                                    

"Cassie!" Thomas berlari sambil memanggil gue dari belakang.

"Iya? Kenapa?"

"Gue sama anak-anak mau nonton nih, lo ikut ya."

"Ha?"

Lemot gue kambuh lagi. Dia sama anak-anak mau nonton? Maksudnya apa ya? Atau.. Thomas ngajakin gue nonton bareng? Astaga, kenapa gue baru nyambung sekarang.

"Hari ini gue mau nonton sama anak-anak band, ada Dylan juga kok. Lo ikut ya, tenang aja gue yang traktir"

"Eh? Iya iya gue ikut."

"Yaudah yuk, yang lain udah nunggu di depan."

Thomas ngeraih tangan gue sambil jalan ke parkiran sekolah. Gue bisa ngeliat wajah sampingnya nan indah, dan senyumnya yang gak pernah lepas dari bibirnya. Ya Tuhan, kenapa gue gak pernah bosen mandangin malaikat yang satu ini?

"Lo mau bareng sama gue atau sama Dylan?" tanya thomas saat udah di parkiran.

"Eh, terserah sih, gue mah ikut ikut aja"

"Yaudah, sama gue aja. Nih, helm"

Gue mengambil helm yang dikasih Thomas dan memakainya, lalu duduk di jok belakang motor Thomas.

"Pegangan ya, nanti kalau lo jatoh, gue yang ribet" Thomas ketawa. Gue cuma senyum, karena gak tau mau bilang apa. Gue melingkarkan tangan gue di pinggang Thomas. Muka gue udah kaya kepiting rebus cuma gara-gara denger ketawanya.

Baru gini aja lo udah bisa bikin gue blusing sendiri Thom, apalagi kalau--

"Cass!" panggil Thomas, ngebuyarin lamunan gue.

"Ha? Iya? Apa?"

"Gue tanya, lo gak takut kan kalau nonton horror?"

"Horror?"

"Iya. Gak takut kan?"

"Umm, enggak sih, cuma gue gak suka scene yang bikin kaget aja"

"Nanti gue rencananya mau nonton horror, tapi kalau lo gak mau, filmnya gue ganti deh"

"Eh eh gak usah, gapapa.." asalkan ada lo mah, gapapa.

Apalagi kalau lo mau minjemin bahu lo buat nutupin muka gue kalau takut.

"Kalau lo takut, tenang aja. Bahu gue bisa jadi sandaran buat nutupin muka lo kok, hehe" Thomas ketawa.

Ya Tuhan.

Gue bisa ngerasain pipi gue memanas, dan gue pastikan wajah gue udah kayak tomat.

Gue ketawa kecil, lalu mengangguk. Kapan lagi coba gue bisa peluk-pelukan sama Thomas? Dan ini, dia sendiri yang nawarin. Gak mungkin lah gue tolak, masa rezeki ditolak. Btw, ini gak mimpi kan? Gue nyubit tangan gue sendiri, dan sakit. Gak, gue gak mimpi ternyata.

Gue menghirup napas dalam, dan aroma parfum Thomas masuk ke dalam rongga penciuman gue, aroma yang sama dengan yang gue cium setiap gue deket dia. Gue ngerasa beruntung bisa sedekat ini sama Thomas, sementara temen sekelas gue yang kelihatannya juga naksir Thomas, cuma bisa ngeliatin dia saat latihan.

Tak lama, akhirnya gue dan Thomas pun sampai. Gue turun dan jalan dengan Thomas di samping gue.

"Lo tunggu disini ya, gue mau beli tiket. Yang lain juga bentar lagi datang"

"Oke"

Gue mainin hp gue sambil nungguin Thomas yang lagi ngantri tiket. Tak lama suara khas Dylan pun terdengar.

"Woi! Gue kira lo kemana daritadi gue cari gak ketemu, taunya disini." Dylan menepuk bahu gue lalu duduk di samping gue.

"Thomas mana?" Tanya Tyler yang juga duduk di samping kiri gue.

SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang