Eighteen

844 119 51
                                    

"Tuh kan, Ty, gue bilang apa dia gak bakal dateng"

"Sabar, bentar lagi juga dia dateng"

Dylan mendengus sebal. Sudah 10 menit lewat dari jam tujuh, namun Cassie tak juga datang. Akhirnya Dylan menyerah, ia berjalan menuju tangga dan disusul oleh Tyler. Saat dia akan turun, orang yang ditunggunya sedari tadi baru saja sampai dan berada tepat di depannya.

"Cassie" ucapnya pelan, sangat pelan. Ia menghentikan langkahnya seraya menatap gadis yang ada di depannya

Cassie mendongak sembari terus berjalan. "Kenapa? Apa yang mau lo omongin?"

"Gue tunggu cerita lo nanti pas istirahat." Tyler menepuk bahu sahabatnya pelan sambil berbisik, lalu pergi ke kelasnya.

Dylan berjalan menghampiri Cassie yang tengah berdiri membelakanginya sambil melihat pemandangan sekitar. Tak ada satupun dari mereka memulai pembicaraan. Dylan sendiri juga tak tau apa yang harus ia katakan untuk memulainya.

"Kalo emang gak ada yang mau lo omongin, mendingan gue ke kelas." Cassie berbalik hendak kembali ke kelasnya, tapi Dylan dengan cepat memegang pergelangan tangannya.

"Gue mau minta maaf atas semuanya, semua yang terjadi beberapa hari lalu. Gue minta maaf karena udah ngebentak lo, gue minta maaf karena udah ikut campur dan ngatur-ngatur kehidupan lo, gue mau minta maaf karena..karena gue belum bisa jadi sahabat yang baik buat lo."

"Lo udah jadi sahabat yang baik buat gue kok, Dyl." balas Cassie sambil menahan air matanya yang hampir tumpah.

"Dan sekarang, gue termasuk orang yang paling lo benci, kan?"

Cassie mengangguk. "Dan diri lo sendiri yang udah bikin gue benci sama lo." Kemudian ia menepis tangan Dylan dari pergelangan tangannya.

"Ya, I know. Semua itu gue lakuin karena(gue sayang sama lo)lo adalah sahabat gue dan gue gak mau liat lo disakitin ataupun tersakiti"

Cassie hanya diam, tak bergeming.

"Mungkin lo gak bakal terima kata maaf dari gue. Karena sekarang keadaannya udah beda, gue udah jadi orang yang paling lo benci di dunia ini. Mau gue minta maaf seratus ribu kali pun lo gak akan--"

"But you're still my bestfriend, Dylan." Cassie memotong ucapan Dylan seraya memeluknya. "And always be my bestfriend."

"Walaupun gue benci sama lo, tapi lo tetap sahabat gue."

Dylan berdiri mematung. Dia tak mengira bahwa Cassie akan memeluknya. Kalimat 'always be my bestfriend' terulang di benaknya.

'When can I be your boyfriend?'

Dylan mendesah pelan, dan dengan berat hati ia membalas pelukan Cassie.

"T..thanks, Cass."

Cassie mengangguk. Dylan pun menyandarkan kepalanya di bahu Cassie.

"Gu..gue..gue gak tau gimana nantinya kalau lo gak maafin gue, Cass. Gue gak tau lagi gimana kalau lo tetep ngejauh dari gue. Cuma lo temen gue yang bener bener deket sama gue selain Emily dan temen band gue. Gue gak mau..kehilangan(orang yang gue sayang) temen gue lagi."

Cassie menangkupkan kedua pipi Dylan dengan tangannya, lalu berkata, "Gue disini, Dyl. Lo gak bakal kehilangan temen lo lagi, karena gue selalu ada di sini buat lo."

Dylan kembali memeluk Cassie erat.

"Thank you, Cassie"

***

"Jadi gimana? Lo sama Cassie?" Tanya Tyler sambil membawa makanannya menuju salah satu meja di kantin.

"Yah, gitu"

SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang