Gue langsung berhentiin ayunan ketika mendengar Dylan. Pantas aja Dylan marah.
"Gak salah sih.." ucap gue lirih.
"Apanya?"
"Wajar lo marah, kan Emily temenan sama lo dari lama, dan mereka sama sekali gak ngasih tau penyakitnya dia."
"Iya, makanya, gue.." emosi Dylan kembali naik.
"Calm down," gue ngusap punggungnya pelan. Dylan ngehela nafas dan dongakin wajahnya ngeliat gue.
"Thanks, Cass. For always be by my side." Dylan senyum ke gue.
"That's what best friend's do, right?"
Setelah gue ngucapin itu, eskpresi Dylan berubah. Dia kembali nunduk dan mejamin matanya.
"Dyl? You okay?"
Dylan gelengin kepalanya sambil menghela nafas, "Yeah, I'm okay."
"Oh..kay"
"Lo gak pulang?"
"Nanti, bareng sama Abby"
"Oh"
##
- Dylan's pov
'That's what best friend's do, right?'
Kalimat itu terus-menerus teriang di telinga gue. Shit. Gue emang bener-bener di-friendzone-in sama dia.
Nama depan lo Destiny, tapi kenapa destiny (re:takdir) gue bukan lo?
Ah sialan, kenapa gue jadi galau-galauan gini.
Gue ngusap muka gue kasar dan jalan ke kamar mandi buat cuci muka biar fresh. Setelah itu gue kembali rebahin diri gue di kasur.
'Thats what be--'
Gak, gak, gak, gak. Gue gelengin kepala gue. Kayaknya gue butuh udara segar.
Gue ambil kunci mobil dan jaket gue lalu tancap gas ke suatu tempat yang bisa bikin pikiran gue tenang.
Gue udah sampai di tempat yang gue tuju, yaitu jembatan layang dan di bawahnya ada sungai yang kalau malam airnya mantulin cahaya dari lampu atau gedung-gedung kota. Gue sering ke sini di atas jam 9 karena udah jarang kendaraan yang lewat saat jam segini.
Gue markirin mobil gue di tepi jembatan dan keluar sambil menghirup udara malam yang dingin lalu berdiri di sisi jembatan, mandangin pantulan-pantulan cahaya di air.
Seandainya lo ada disini, Cass, sekarang. Gue pengen lo liat pemandangan malam California bareng gue. Gue pengen lo bisa lupain Thomas. Won't you just get over it, Cass? Dia milik kakak lo.
Tiba-tiba gue keinget ucapan Tyler tempo hari.
'Lo kejar terus dia, gak usah mikirin siapa yang dia suka'
Oke. Dia memang bener. Gue harus perjuangin Cassie. Gak peduli dia suka sama siapa. Gue harus bener-bener berjuang. Buat Cassie. Demi Cassie.
Gue narik nafas dalam sambil ngangkat wajah gue, mandang langit yang penuh bintang.
Gue bakalan berjuang buat dapetin hati lo, Cass. Gak peduli apapun yang terjadi. Demi lo, Destiny.
"Woi, ngapain lo disini?" Gue kaget karena seseorang yang gak gue kenal nepuk bahu gue. Di tangan satunya dia megang botol bir yang udah hampir habis.
"Cuma mau nyari ketenangan." Gue jawab setenang mungkin.
"Nih minum biar lo tenang" Dia nyodorin botol birnya ke gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior
Fanfiction"Salah gak kalau gue suka sama senior yang statusnya pacar kakak gue sendiri?" Published : Oct 8, 2016 By : newt-osaurus & demigodsos-