Twenty Four

639 96 34
                                    

Gue masuk ke kelas dengan kesal. Tadi pas gue mau jemput Cassie, saat gue bener bener baru sampai di depan rumah dia, ternyata dia udah duluan naik motor sama Thomas. Dan, yep, dia udah sampai duluan di kelas.

Gue seperti biasa duduk di kursi yang ada di sebelahnya. Setelah meletakkan tas, gue membenamkan kepala ke meja.

Mau gak mau gue harus bisa move on. Gue harus ikhlasin dia sama Thomas.

Tapi, kenapa move on itu susah banget, sih?

"Dyl? Lo sakit?" Cassie menepuk bahu gue.

"Gue masih ngantuk, semalem begadang main ps sama Thomas"

"Oh, gitu"

10 menit kemudian, Cassie menepuk-nepuk bahu gue memberitahu bahwa guru Bahasa Inggris, Mrs. Harriet udah masuk ke kelas. Sial, baru aja gue mau tidur.

"Morning, class"

"Mor..ni..ng ma..am"

"Tugas puisi yang saya berikan minggu lalu sudah siap kan?" Mrs. Harriet bertanya pada satu kelas, namun tak ada yang menanggapinya. Mampus lu dikacangin.

"Baiklah, kalau begitu siapa yang mau duluan membacakan puisinya di depan kelas?"

Krik..krikk

"Dylan Stilinski, silahkan bacakan puisi yang kamu buat di depan teman-temanmu"

Gue langsung mengangkat kepala saat mendengar nama gue disebut.

"Ha? Apa ma'am?"

"Saya bilang, bacakan puisimu di depan kelas, Dylan!"

Sial. Kenapa harus gue yang pertama maju, gue kan belom siap.

"Stilinski!"

"Iya ma'am iya"

"Semangat!" ucap Cassie pelan seraya memberikan senyumannya yang bikin gue diabetes.

Gue cuma ngacungin jempol ke dia lalu bangkit dari kursi dan segera berjalan ke depan kelas sebelum Si Harriet marah-marah lagi.

Setelah sampai di depan kelas gue menarik nafas panjang, bersiap untuk membacakan puisiーyang merupakan kisah hidup gue.

"In reality I already knew, how much you liked that guy..

And that I was at your side but had no chances..

Really, I knew it well."

Gue menghela nafas sebentar kemudian melanjutkan ke bait berikunya,

"You were falling in love, and I was besides you,

slowly falling for you..

I always stared at your profile,

because I prefer that

to not being able to see you anymore."

"Our hands must have met sometime..

I fell hoping that you'd choose me

Even if it didn't come true, even if I can't tell you anything,

I want to cherish my feelings."

Ini kenapa tiba-tiba mata gue jadi panas gini, sih. Siapa yang menaruh bawang disini?!

"I miss you...

But being with you now..

It's still too painful.

SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang