- Cassie's pov
Udah 2 hari sejak gue dibolehin pulang, dan sampai sekarang gue belum ketemu Dylan. Yang nemenin gue dirumah cuma Abby, Thomas dan Tyler datang sesekali untuk ngeliat keadaan gue.
Dylan kemana, sih? Gue telpon gak diangkat, gue sms gak dibales, tiap gue tanya ke Abby atau Tyler tentang Dylan pasti mereka langsung ngubah topik.
Jangan jangan Dylan kenapa-napa lagi.
Gak, lo gak boleh mikir gitu, Cass.
Gue mendesah pelan sambil menggulingkan badan gue di kasur gue yang empuk. Pandangan gue langsung tertuju sama paper bag yang ada di atas meja belajar gue. Gue duduk di bangku meja belajar(?) dan membuka paper bag itu. Ini punya siapa?
"Abbyy!"
"Ya, Cass? Kenapa?"
"Ini punya siapa?" Gue mengangkat paper bag tadi.
"Hmmm. Lo liat sendiri aja, deh. Ada yang ninggalin itu di rumah sakit. Buat lo katanya."
"Ohh, oke."
Gue pun mengeluarkan isi paperbag. Ada sebuah CD, juga kalung. Wait, ini kan kalung yang dikasih Thomas ke gue waktu ulang tahun. Kok bisa disini? Jadi selama ini ada yang nyembunyiin? Trus ini CD apaan?
Gue langsung mengambil laptop dan menghidupkannya, lalu memasukkan CD tadi.
Setelah load , gue memulai video yang tersimpan di sana.
"Hi, Cass." Dylan menyapa gue dari laptop.
Dylan? Lo kan bisa ngomong langsung ke gue, ngapain bikin video segala sih?
"Pasti lo bingung, kenapa gue bikin video ini."
"Gue bikin ini supaya lo lihat pas lo udah sadar. Yaiyalah, masa pas lo lagi koma bisa nonton video."
"Ekhm. Gue bikin video ini beberapa hari sebelum gue ngantar paper bag itu ke rumah sakit. Dan itu hari terakhir gue buat ngunjungin lo." Dylan diam sejenak.
Hari terakhir ngunjungin gue? Maksudnya apa? Jangan bikin gue mikir macem-macem, Dyl.
"Eh, maksud gue, itu terakhir kali gue ngunjungin lo karena gue harus pergi. Kalau gue terus ada di dekat lo bakalan berat hati gue untuk pergi." Dylan menghela nafasnya.
"Waktu lo koma, kita lagi ujian kenaikan kelas. Gue ikut ujian susulan karena gue ngejagain lo di rumah sakit.
Dan, setelah pembagian hasil.. Nilai gue bisa dibilang cukup memuaskan.
Cass, lo inget kan gue pernah cerita, kalo gue pengen banget kuliah di London?
Jadi, gue diundang untuk belajar ke sana. Dilihat dari prestasi dan nilai gue, mereka gak perlu ijazah. Mereka pengen gue masuk ke sana tahun ini.
Dan itu artinya, tahun ajaran baru gue udah di sana. Di London.
Jujur, Cass. Gue gamau pisah sama lo." Dylan terdiam.
Jadi Dylan diterima di Universitas London?
"Tapi apa boleh buat, kan, kesempatan gue buat masuk ke sana cuma sekali seumur hidup. Gue gak bisa nolak."
Dylan udah berangkat atau belum ya? Apa gue hubungi aja?
Gue baru aja ngetik nama Dylan, tapi Dylan lanjut ngomong.
"Kalau lo mau ngehubungin gue, mungkin bakalan sulit karena kemungkinan nanti gue ganti nomor dan juga sibuk ngurus tempat tinggal dan kehidupan gue disana. Gue harus cari kerja sampingan buat memenuhi kebutuhan. Ya, walaupun gue diberi uang bulanan, gue gak mau memberatkan orang tua gue."
Jadi gue gak bisa hubungin Dylan?
"Cass, lo jaga diri baik-baik, ya. Gue gak mau liat lo kayak waktu prom lagi. Ngeliat lo terluka, jujur. Gue sakit, Cass. Gue juga terluka.
Ngeliat lo gak sadarkan diri, koma, gue hancur. Saat keadaan lo memburuk, gue gak tau harus apa, seakan akan dunia gue runtuh."
Gue ngerasain mata gue memanas. Sepeduli itukah Dylan ke gue?
Butiran bening perlahan mengalir di pipi gue.
"Destiny Cassiopeia,
Gue sayang sama lo."
Air mata gue mengalir lebih deras, jadi selama ini Dylan..
Bodohnya gue, sama sekali gak sadar akan hal itu.
"Gue kangen sama lo, Cass." Dylan tersenyum tipis.
"Dan setelah lo lihat video ini, gue harap lo belajar lebih rajin lagi, jangan males-malesan. Kita bisa skype-an kalo gue punya waktu senggang. Tapi gue gak janji. Gue mau, kita bisa satu universitas. Gue kangennn banget sama lo. Cepat sembuh, so the world could shine with you
Umm. Satu lagi.
Ingat kalung yang Thomas kasih ke lo saat ulang tahun? Sebenarnya gue yang simpen, Cass. Gue udah tau dari lama kalau Thomas masih sayang sama Abby. Gue gak mau lo terluka karena dia. Maaf gue bohong sama lo. Maaf juga gue belum bisa ngelindungin lo, belum bisa jadi sahabat yang baik.
Ah, kok jadi mellow gini sih, hahah.
By the way, gue bakalan berangkat ke London tanggal 6 Mei, jam 10. Kalau lo lihat video ini sebelum tanggal atau jam itu, gue harap lo bisa nemuin gue di airport.
Gue gak tau lagi mau bilang apa, maaf kalo kepanjangan, udah kaya orang pidato hahahah" Dylan tertawa garing.
"Lo harus janji, kita nantinya bakalan satu universitas. Janji ya, sama senior lo ini." Dylan tersenyum.
"Ah iya gue lupa, coba deh lo liat isi kotak biru yang ada di dalam paper bagnya"
Gue mengikuti perkataan Dylan, mengambil kotak biru yang ada di dalam paper bag, lalu membukanya.
"Sebenarnya gue mau kasih gelang itu tepat di hari ulang tahun lo. Tapi karena kelihatannya lo terlalu sibuk sama Thomas jadi gue kasih itu sekarang deh. Maaf ya gue gak bisa pakein gelang itu langsung ke tangan lo"
"Ya udah, sampai sini dulu videonya. Gue mau beres beres dulu. Dah, Cass"
Videonya berhenti. Gue langsung cek kalender di hp, sekarang tanggal 8 Mei. Berarti udah dua hari yang lalu Dylan berangkat ke London.
Gue langsung nangis sejadi-jadinya, saat tau bahwa gak ada kesempatan untuk bisa ketemu Dylan dalam waktu dekat. Bodoh, kenapa gue baru liat video itu sekarang, kenapa gue gak sadar kalau selama ini Dylan menderita karena gue.
Kemudian Abby datang, dia menenangkan dan memeluk gue yang masih nangis.
"Cass, udah jangan nangis lagi. Kalau Dylan tau lo kayak gini pasti dia gak tenang belajar di sana dan ngerasa bersalah karena udah ninggalin lo. Harusnya lo tepatin semua janji yang Dylan bilang di video tadi" ucap Abby sambil mengelus punggung gue.
Gue cuma mengangguk, gak bisa bilang apa-apa lagi.
-
Hisashiburii~
Sorry ya apdetnya kelamaan, partnya juga pendek, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior
Fanfiction"Salah gak kalau gue suka sama senior yang statusnya pacar kakak gue sendiri?" Published : Oct 8, 2016 By : newt-osaurus & demigodsos-