Maaf!

26 0 0
                                    

Ardan melangkah kan langkah cepat menuju rumah sakit yang ada di sekitar tempat itu, dengan terus menatap gadis yang sudah sangat lemah sambil meneteskan air mata. Dia harus menyelamatkan gadis ini. Bagaimanapun juga gadis ini sudah menyelamatkan nya.

"Arrrggghhhh" ardan terlihat sangat frustasi dia melihat ruangan ICU itu belum terbuka sedikit pun. Bagaimana nasib dira apakah dia akan selamat ? Ardan terus berpacu dengan pikiran nya sendiri.

Dika dan tama terus memperhatikan orang orang yang ada di depan mereka, kalo bukan karena ardan. tama dan dika tidak mau capek capek menjaga orang orang itu terutama bimo. "Tam, dik, lo jagain mereka sampe gue balik. Terutama si bimo gue masih punya urusan penting sama dia setelah gue bawa dira kerumah sakit. Jaga dia pake nyawa lo!" ucapnya dengan pandangan membunuh ke arah bimo. Dan pergi berlalu dengan membawa dira di pangkuan nya. Aku melihat cahaya putih dan samar samar terdengan suara seseorang. Aku ingin bangun, sangat berat untuk ku membuka mata. "Dok pasien akan segera bangun." Ucap suster yang menemani dokter untuk memberikan pertolongan pertama. "Sudah siap, biarkan dia istirahat sampai efek obat bius nya hilang. Bawa dia ke ruang inap saya ingin menemui kekasih nya" dokter meninggalkan ku bersama suster.

Pintu ICU terbuka ardan yang melihat itu langsung menghampiri siapa saja yang keluar. Dia melihat dokter yang menangani dira "bagaimana kondisi dia ?" "Kamu siapa nya pasien itu ?" "Saya, emm saya" ucap nya terbata bata. "Iya saya tau kamu pacar nya pasien itu." Ucapnya dengan spontan membuat ardan mengenyritkan dahi tidak percaya dengan omongan dokter itu. "Dia sudah melewati masa kritis nya sekarang sudah dipindah kan ke ruang inap, kamu bisa menjenguk nya besok pagi biarkan dia istirahat dulu." Ucap nya dan pergi berlalu.

Ardan melihat dari balik pintu keadaan dira yang lemah dengan bibir pucat nya, selang oksigen dan infusan. Ardan tertidur di bangku panjang di depan kamar dira.
Keesokan hari nya ardan dibangun kan oleh suster yang ingin memeriksa dira karena tadi pagi dia sudah sadar. Ardan segera menghampiri dira yang sedang memainkan bunga di pinggir tempat tidur nya sambil sesekali menghirup wangi nya. "Ehem" ardan berdeham.

Aku menoleh ke sumber suara, aku melihat ka ardan sudah berada di depan pintu dengan kondisi yang sangat berantakan. Darah ada di mana mana. "Eh masuk ka" "gimana kondisi lo ?" "Sudah lebih baik" ucapku dan kami terdiam dalam waktu yang lama. Sibuk dengan pikiran masing masing. "Emm maaf" ucapnya dengan menatap ku, tatapan penyesalan. "Maaf ? Buat apa ka ?" Tanya ku. "Hemm lo udah nyelametin gue harusnya gue yang ada di posisi lo sekarang." Ucap nya lirih, aku mengusap kepala nya untuk memberikan support. Tindakan itu benar benar membuat ardan kaget. "Gak ada yang perlu di sesalin ka, gue ngelakuin itu ikhlas yang penting inti nya gue udah sadar. Oia ka orang tua gue ?" Tanya ku, baru terlintas difikiran ku tentang kedua orang tua nya. Aku takut kalo orang tua ku panik. "Udah ditanganin sama natalia." Ucapnya terus memperhatikan ku. Ada seseorang masuk, melihat orang itu ardan menyiapkan diri nya untuk melindungi gadis yang sudah melindungi nya.

***
Terus support vote dan comment nya yah. Terima kasih banyak.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang