Carrel frustasi....
Frustasi....Damn it! Bagaimana mungkin aku harus mengejar-ngejar seorang pria untuk mencintaiku! Parahnya dia adalah Aiden! Ralat, Romeo maksudku. Tapi sama saja,kan? Aku Carrel Aloist Naverland dan aku bisa mendapatkan apapun yang ku mau hanya dengan membalikkan telapak tangan dan aku harus....
Shit!
"Entah apa yang berkecamuk dikepala cantikmu itu tapi percayalah kau terlihat cantik," Eric mengatakan yang sesungguhnya, Carrel memang terlihat cantik saat ia terlihat marah dan saat ia menggertakan giginya seperti itu, sangat menawan....
"Ngomong-ngomong Romeo tidaklah mudah, tidak ada yang bisa menaklukkan dia kecuali ibunya tentunya, saat kecil Romeo dikucilkan oleh kaum bangsawan karna isu ia adalah anak haram tapi isu itu tidak terbukti ketika kerajaan melindungi Romeo, mungkin ia dendam dan ia berambisi menjadi yang terbaik dan itu sangat terbukti dengan hasil yang ia dapatkan sekarang, tidak ada seorangpun lagi yang berani menyentuhnya. Saat itu satu-satunya yang berada disisi Romeo hanyalah Ibunya, dan saat ibunya tiada ia menjadi tidak tersentuh oleh siapun.." Carrel mendengarnya dengan malas, sebenarnya ia tidak mau mendengarkan penjelasan Eric tapi ia harus tahu tentang pria itu,kan? Termasuk masa lalunya yang menyedihkan, ayolah, seolah Carrel perduli saja dengan semua itu.
"Well, itu cerita yang dramatis, lumayan menghibur sebenarnya."
"Ehm...jadi, aku.." Carrel mulai jijik dengan pria yang ada di hadapannya ini. Lihat saja wajahnya! Ia seperti lalat yang ingin meminta imbalan.
"Well, boleh aku minta tolong padamu? Aku bukannya meminta imbalan karena aku berada dipihakmu, tapi..."
"Percayalah wajahmu sudah menjelaskan segalanya," oke, Sekarang Carrel benar-benar merasa jijik.
Eric terlihat menimbang apakah ia harus mengajukan permintaannya atau tidak, ini akan benar-benar menjatuhkan harga dirinya tapi ini adalah kesempatan,kan?
"Well, jadi ini juga akan sedikit berhubungan dengan Romeo," Eric tampak menimbang lagi, ia memejamkan matanya sebentar lalu menggertak giginya, Carrel berdesis padanya dengan tidak sabaran.
"Katakan apa maumu, aku akan mempertimbangkannya, jangan terus berfikir seolah aku akan benar-benar mengiyakan permintaanmu," tukas Carrel.
"Oke, jadi..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Aku saja belum pernah masuk istana kecuali pada acara formal dan jalang brengsek itu masuk seenaknya hanya karna gelar Aegisnya,cih!,"
Allen terus saja meracau tidak jelas selama berada ditaman istana. Ia terus menghentakkan kakinya berjalan mondar-mandir untuk meredam emosi nya padahal itu sama sekali tidak berguna. Para pengawal istana yang hilir mudik sedari tadi memandang sosok tiga putri bangsawan ini dengan aneh. Tentu saja, mereka yang biasanya terlihat polos dan anggun kini memperlihatkan wajah bak troll yang sedang mengamuk, mereka tidak memperdulikan tatapan para pengawal itu lagipula mereka bukan para Lord, jadi tidak perlu sok manis dengan mereka.
Celia memainkan rambut merahnya sambil menendang-nendang tanaman menjalar ditembok istana. Sama uring-uringannya dengan Marrylin yang masih bisa menjaga imejnya dengan duduk santai dibangku istana.
"Bisakah kau diam!," Celia membentak karena terganggu dengan pemandangan Allen yang mondar-mandir tidak jelas.
"Perduli apa denganmu!," Allen kesal.
Celia menggertakaan giginya, mereka memang selalu bertengkar seperti itu, tapi mereka tidak bisa melawan Marrylin, sesadis-sadisnya mereka mereka bukanlah psikopat seperti Marrylin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEGEND OF NAVERLAND : #1. The Traitor [ COMPLETE ]
FantasyTrilogi The Lagend of Naverland. #1. The Traitor. (COMPLETE) #2. The Hero. #3.The Determinant of Choice. Bagaimana bila kau yang sudah mati tiba-tiba terbangun dan mendapati segala sesuatunya berbeda? Bagaimana jadinya kau yang telah lama mati terb...