Hujan deras mengguyur Naverland disertai angin kencang yang menciutkan mereka untuk keluar dari rumah mereka. Padahal ini hari yang sibuk setelah akhir pekan tapi sepertinya orang-orang lebih memilih bergelung diselimut hangat mereka daripada harus berhadapan dengan badai yang akan segera datang.
Seorang pria dengan pakaian besinya dan setengah wajah ditutupi kain hitam berjalan sekeliling istana dengan hujan lebat yang mengguyur tubuhnya dan bajunya kini sudah basah tapi tetap menunjukan kalau dia bukanlah seorang yang biasa. Prajurit istana menundukan kepala padanya memberinya penghormatan. Dia tersenyum membalas mereka walau senyumnya tertutup kain hitam itu sampai hampir tidak terlihat , dia berlalu dan senyum diwajahnya langsung hilang saat tidak ada seorangpun yang melihtanya berganti dengan wajah angkuh yang penuh dengan kemisteriusan.
Manik hitamnya menatap tajam setiap pergerakan. Wajahnya berganti dengan senyuman saat ada orang yang lewat dan menyapanya. Dialah sang jendral Everland, yang disebut sebagai taring Everland, Sean Calltalote.
Yah, kira-kira itu nama yang ia pilih sekarang....
"Jendral!." Sapa tegas beberapa prajutir yang datang dari arah berlawanan hendak lewat. Mereka membawa tombak dan pedang masing-masing.
Sean tersenyum ramah walau hanya sedikit terlihat senyumnya karna kain itu lagi, wajah angkuhnya yang tadi seolah tidak pernah ada diwajahnya. Benar-benar peran yang sempurna.
"Bagaimana keamanan di pintu barat?,"Sean bertanya ramah.
"Aman Jendral!." Ucap seorang dari mereka menjawab tegas.
"Bagus! Sebar pasukan dibeberapa tempat dan rata-rata pergi kepedesaan , badai akan segera datang dan lindungi rakyat yang butuh perlindungan," perintahnya.
"Ya jendral! Siap!," Sean menganggukan kepala mendengar jawaban mereka. Puas, Sean berlalu sambil menganggukan kepala lagi singkat.
Sean masuk kedalam koridor teras istana dan ia melihat keadaan sekitar mencari apa yang perlu ia tolong.
"Jendral..." sapa beberapa pelayan perempuan yang sedang duduk diteras merangkai bunga untuk ditaruh didalam istana. Sean menganggukan kepalanya dan berlalu saja.
"-Sean.....-wajahnya?" Samar terdengar celotehan para pelayan tadi dan Sean menajamkan pendengarannya.
"Katanya saat perdamaian dunia berlangsung, saat Everland terpecah belah Jendral Sean terluka parah diwajahnya."
"Lalu kenapa itu menjadi alasan untuk menutup wajahnya?."
"Kau tidak tau? Katanya sih Jendral menganggap luka itu sebagai aib memalukan yang menunjukan kelemahannya jadi dia menutupinya."
"Kau pernah melihat wajah jendral?"
"Haha, tidak mungkin! Tidak ada seorangpun yang pernah melihat wajahnya secara keseluruhan, kita juga hanya bisa melihat sisi kiri wajahnya yang tersisa seperempatnya yang tidak tertutup."
"Tapi sekilas terlihat betapa tampannya dia,kan?." Sekarang mereka terkikik-kikik seperti orang tidak berguna.
"Ck," Sean berdecak pelan.
Betapa bodohnya pelayan-pelayan tidak berguna itu. Menjijikkan...
Kenapa semua orang bicara tentang wajahnya. Sepertinya gosip murahan itu semakin berkembang. Luka? Luka apa? Tidak ada luka apapun diwajahnya, yang ada hanya wajah yang harus disembunyikannya.
Itu saja...
Tapi gosip itu bagus juga, dengan begini tidak ada alasan lagi untuk mereka yang penasaran dengan wajahnya. Dia bisa memakai alasan murahan itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEGEND OF NAVERLAND : #1. The Traitor [ COMPLETE ]
FantasyTrilogi The Lagend of Naverland. #1. The Traitor. (COMPLETE) #2. The Hero. #3.The Determinant of Choice. Bagaimana bila kau yang sudah mati tiba-tiba terbangun dan mendapati segala sesuatunya berbeda? Bagaimana jadinya kau yang telah lama mati terb...