Bagian 6

767 31 9
                                    

Hanna POV

Jarak diantara kami terlalu dekat, hingga rasanya jantungku ingin berpindah dari tempatnya.

Bahkan tangan Rion melingkar dengan pas dipinggang ku dan deru nafasnya  sangat terasa menerpa kulitku.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku terbata - bata akan tatapannya yang begitu meneduhkan.

"Menurut mu?" tanya nya balik dan semakin mengikis jarak diantara kami, bahkan hidung nya kini sudah bersentuhan dengan hidungku.

"Lepaskan Rion, jangan membuatku marah." teriakku dan menonta - ronta didalam dekapannya.

Ketika mata itu semakin lekat menatapku, aku hanya mampu memejamkan mataku dan tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Jadilah pacarku," bisiknya pelan tepat di telingaku.

Hanya diam yang dapat ku lakukan, bahkan kalimat itu masih belum bisa tercerna oleh otakku 'jadilah pacarku' kalimat itu mampu membuatku membatu seribu bahasa.

Ketika aku mencoba membuka kedua kelopak mataku, mata berwarna coklat itu menatap lekat manik mataku, bahkan rasanya ternggorokanku terasa kering karena aku tidak bisa meneguk saliva ku sendiri.

"Lepakan Rion, kau menakutkanku," ucapku pelan dan mengalihkan pandanganku dari menatap matanya.

"Maaf," ucap nya pelan seraya melepaskan pelukannya.

Autor POV

Sekitar lima menit hanya keheningan menyelimuti suasana diantara mereka, bibir mereka berdua terlalu rapat untuk mengeluarkan suara.

Hanna beranjak dari tempatnya dan meninggalkan Rion begitu saja, Rion yang seakan tersadar segera menyusul Hanna dan menyekal lengan Hanna pelan.

"Mau pulang?" tanya Rion dengan tatapan melembut, Hanna hanya mampu menganggukkan kepalanya sebagai tanda 'iya'.

"Yasudah, yuk kita pulang," ucap Rion dan meraih tangan Hanna mengikuti langkahnya.

Hanya butuh waktu sepuluh menit bagi Rion mengemudikan motor Satria nya  hingga kedapan rumah Hanna yang bercatkan warna biru.

"Kamu hati - hati," ucap Hanna sebelum menghilang dibalik pintu biru rumahnya.

Rion hanya dapat terdiam dan menyesali tindakannya tadi, seharusnya dia lebih berpikir panjang agar tidak merusak pertemanan mereka yang terjalin sedari kecil.

Kekecewaan, Rion kembali menyalakan mesin motornya dan meninggalkan rumah Hanna dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ali POV

Sudah tiga hari aku tidak melihat wajah Hanna, aku begitu merindukannya.

Entah sejak kapan kini aku sudah berdiri didepan rumah Hanna.

"Assalamualaikum,,"

"Wallaikumsallam," jawab seseorang dari dalam, namun dari suaranya aku sudah langsung mengenali kalau Hanna yang menyauti salamku.

"Ali!" ucapnya kaget melihat wujudku kini.

"Haii, sudah lama ya gak ketemu," ucapku pelan dan langsung masuk begitu saja tanpa meminta persetujuan pemilik rumah.

"Mama mana Na?" tanyaku sambil mencari posisi yang pas untuk bokongku.

"Mama?" tanya Hanna mengulangi ucapanku.

"Iya, mama, mama kamu,"

"Hm, mama lagi ada kerjaan, Rion mana Li?" tanya Hanna yang langsung mampu membuat mood ku berubah drastis.

Dating In RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang