Bagian 29

813 37 1
                                    

Happy reading...

Semoga suka. Vote dan comennya jangan lupa. Menjelang ending.

Anggap saja ketika Hanna berbicara dengan orang asing menggungkan bahasa Thailand.

Autor POV

Diruang makan sudah ada beraneka ragam makanan yang tersaji.

Laki - laki itu tidak henti - hentinya mengumbar senyuman dengan adanya Putri berada dipangkuannya.

"Papa gak makan?" tanya Putri yang sekarang lagi asik menggigit paha ayam.

"Udah kenyang sayang. Kamu lanjutin makannya, biar cepat besar dan cantik kayak mami," balas laki - laki bermata coklat itu dengan menatap Hanna dengan sorot mata rindu.

"Hihi,"

"Sesibuk itu ya sampai gak sempat liatin Putri?" tanya Hanna sambil menyodorkan sesuap Nasi dengan lauk - pauk didepan mulut Laki - laki itu dan langsung di terima tanpa penolakan.

"Hm,"

"Kok gak bilang - bilang sama aku mau kesini?" tanya laki - laki itu setelah selesai
mengunyah makanannya.

"Gak suka aku sama Putri kesini?" tanya Hanna dengan memasang wajah bete-nya.

Putri menghentikan aksi makannya lalu memukul lengan laki - laki itu kuat dan beralih turun dari pangkuannya.

"Kenapa sayang?" tanya laki - laki itu kaget melihat Putri yang kini tengah memeluk betis Hanna dengan erat.

"Papa buat mami marah," sungut Putri dengan mengerucutkan bibirnya.

Membuat kedua orang dewasa itu tidak dapat menahan tawa.

"Mami, Papa!" seru Putri yang merasa kesal melihat kedua tingkat laku orang tuanya.

"Cuma bercanda sayang, itu lah kak Ali," ucap Hanna sambil mencoba meredakan tawanya.

"Aku gak ngerti kenapa Putri lengket banget sama kamu. Sampai aku yang ayah kandungnya saja kalah sama kamu," ucap laki - laki bernama Ali kesal.

"Eh! Putri ini anak aku juga ya kak," ucap Hanna merasa tidak terima ucapan Ali.

"Kapan kita buat nya Na?" balas Ali jail sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ih, kakak! Ada Putri tau!" pekik Hanna sambil menutup telinga Putri rapat - rapat.

"Dasar mesum," tambah Hanna lagi.

"Aku berangkat kerja dulu ya, kalau kamu bosan bisa suruh sopir ngantarin kamu kemana aja dan ini kartu yang bisa kamu pakai," ucap Ali dengan tegas lalu ia berjongkok mengusap rambut Putri pelan dan tidak lupa mengecup kening Putri singkat.

"Papa berangkat dulu ya sayang," kalimat terakhir yang diucapkan Ali sebelum menghilang.

***

Hanna dan Putri sudah berada di salah satu pusat pemberlanjaan yang cukup elit di Thailand. Mata Hanna dan Putri sama - sama berbinar - binar ketika melihat aksesori seperti cincin, gelang, kalung, anting - anting dan masih banyak lagi yang berjejer dengan indah.

Mata Hanna tertuju melihat gelang sepasang yang terlihat bagus untuk ia kenakan.

"Mbak tengok gelang itu dong," ucap Hanna sambil menunjuk kearah gelang itu berada.

Ketika gelang itu berada ditangan Hanna dengan segera matanya meneliti dengan sangat intens.

Satu kata yang ada dibenak Hanna, gelang yang bagus.

"Mi, Putri juga mau," rengek Putri sambil menarik - narik tangan Hanna.

Hanna mengalihkan pandangannya menatap Putri. "Mau yang mana sayang?" tanya Hanna lalu meletakkan gelang sepasang itu dan beralih mengangkat tubuh mungil Putri.

"Itu, itu, itu," ucap Putri sambil menunjuk kalung, cincin, dan gelang yang ia inginkan.

Setelah mencoba - coba akhirnya Hanna membeli sepasang gelang tadi dan satu kalung sedangkan Putri membeli Kalung, cincin, dan gelang yang ia inginkan tadi.

"Mami Putri mau es cream," ucap Putri sambil menunjuk tempat penjualan es cream dengan mata berbinar - binar.

"Ayo," ajak Hanna sambil tersenyum.

"Putri tunggu disini aja Mi,"

"Loh kok gitu?" ucap Hanna yang tidak setuju akan kemaun Putri yang benar - benar berbahaya.

"Mami gak mau ninggalin kamu. Bahaya nanti kalau kamu kemana - mana mami yang repot," ucap Hanna namun langsung membuat Putri menangis.

Akhirnya Hanna mengalah. Memperingati Putri berulang kali agar tidak beranjak se-centi saja dari tempat nya kini dan langsung diangguki cepat oleh Putri.

Cukup lama bagi Hanna bisa membeli es cream yang diinginkan Putri karena antrian yang cukup panjang. Hanna mulai gelisah kerena sudah 20 menit ia mengantri dan baru bisa mendapatkan es cream yang diinginkan Putri. Hanna melangkahkan kakinya lebar - lebar menuju tempat Putri berada.

Es cream yang berada digenggaman Hanna setika jatuh begitu saja. Putri tidak ada disana, tempat dimana Hanna menyuruh gadis kecil itu menunggu.

"Putri," pekik Hanna nyaring membuat semua mata tertuju padanya.

Bodoh amat sama orang lain, yang terpenting bagi Hanna sekarang adalah sosok gadis kecilnya.

Hanna terus berteriak memanggil nama Putri dan sesekali bertanya dengan pengunjung namun tidak ada satupun orang yang melihat Putri membuat tubuh Hanna melemas.

Hanna terduduk dengan mata terpejam. Air matanya sudah mengalir deras, banyak orang yang menatapnya dengan sorot mata bertanya - tanya.

Hanna terus menangis tanpa memperdulikan ia yang kini menjadi tontonan gratis para pengunjung lainnya.

Datanglah seorang satpam lalu memegang bahu Hanna pelan. "Ada apa ini buk?" Hanna mendongakkan wajahnya. Menatap sendu satpam didepannya. "anak saya hilang pak," ucap Hanna parau.

"Mami!" pekik sebuah suara membuat Hanna menoleh ke sumber suara.

"Putri," pekik Hanna nyaring dan langsung berlari memeluk tubuh mungil Putri dan tidak menyadari laki - laki yang kini tengah berdiri disamping meraka dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Kamu kemana? Tadi mami bilang apa? Kenapa kamu gak nurut! Mami gak bisa hidup tanpa kamu," ucap Hanna dengan linangan air mata dan kembali memeluk tubuh mungil Putri erat - erat.

Butuh waktu 20 menit Hanna baru bisa kembali normal dan berhenti menangis.

"Kamu kemana?" tanya Hanna tajam.

"Mami khawatir Putri!" ucap Hanna mencoba meredam emosinya.

"Tadi Hanna liat papa, eh rupanya Putri salah orang. Putri diantar sama om ini," ucap Putri sambil mendongakkan wajahnya lalu menujuk jari telujukknya membuat Hanna ikur menoleh keatas.

Damm, bagaikan tersambar petir disiang bolong. Mata Hanna terbelalak, menatap tidak percaya sosok laki - laki yang kini berdiri dihadapannya.

Bersambung...

Dating In RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang