Bagian 18

453 30 2
                                    

Ali POV

Entah sudah berapa lama aku tidak melihat wajah Hanna sedekat ini, jantungku kembali berdetak cetak.

Ku ambil duduk tepat disamping Hanna. "Apa kabar Na?" tanyaku dengan menatapnya penuh rindu.

"Baik Li, udah lama ya gak ketemu," ucap Hanna dengan menyungging lengkungan yang menurutku menarik untuk dilihat, lama kami saling bertatapan hingga akhirnya. "mata lo kayak mau copot aja bang," celetuk Rion diiringin dengan cengiran lebar, aku hanya menunjukkan wajah datar menanggapi ucapan adikku ini.

"Gue dengar lo sakit dek," ucapku dengan melirik wajah masam Rion didominasi dengan wajah pucat pasi.

"Hm," gumammnya menanggapi ucapanku.

"Li kamu kemana aja kok udah lama gak liat?" tanya Hanna dengan menatapku intens.

Aku diam sejenak menggaruk tengukku yang sebenarnya tidak gatal sama sekali. "Aku lagi sibuk kerja Na, kamu apa kabar?"

Hanna tersenyum. Ah, benar - benar senyuman yang mampu membuat jantungku berdebar tidak menentu. "Baik," jawabnya cepat.

"Na aku lagi sakit," rengek Rion yang menurutku sangat menjijikan untuk dilihat.

"Apaan si lo Rion," ucapku kesal.

"Gak apa - apa Li. Oh ya, lo udah makan belum Rion?" tanya Hanna lembut lalu mengusap rambut Rion penuh kasih sayang.

Mata gue sakit bro liatnya, lihat gue Na! Masa lo gak ngerti perasaan gue.

"Ehm,"

"Hihi, maaf Li," ucap Hanna pelan, daripada aku terus melihat pemandang yang menyakitkan ini lebih baik aku udur diri.

"Aku mau kekamar dulu," ucapku pelan dan beranjak dari kasur tanpa menunggu jawaban dari meraka.

Autor POV

"Ali kenapa?" tanya Hanna dengan alis yang hampir menyatu.

"Gak tau, abaikan aja lah Na," ucap Rion dan kembali  membaringkan tubuhnya diatas ranjang.

"Dasar gak perhatian banget," ucap Hanna dengan menatap malas kearah Rion yang kini memasang wajah menyeringai.

"Ih siapa yang bilang? Buktinya gue perhatian sama lo," ucap Rion dengan kembali menegakkan tubuhnya semangat.

"Kepedean banget lo," balas Hanna dengan berlagak ingin memuntahkan isi perutnya.

"Siapa yang pede memang kenyataannya kok, lo aja yang gak ngerasa," balas Rion sambil tersenyum miring.

"Gilak," cetetuk Hanna sambil memutar bola matanya malas.

"Gilak? Iya gue gila terlalu mencintai lo," ucap Rion lirih membuat Hanna menggerakan sudut matanya melihat Rion.

"Gombal terus lo Rion," balas Hanna menyembunyikan rona merah diwajahnya.

"Tau ah! Lo mikirnya gue bercanda terus," kesal Rion dengan kembali merebahkan tubuhnya lembut.

"Lo kok gak kasih tau gue kalau sakit?" tanya Hanna dengan menelungkupkan tubuhnya disamping tubuh Rion.

"Mangnya kalau gue kasih tau lo bakal khawatir gitu sama gue," ucap Rion dengan menutup matanya rapat - rapat.

"Lo kok gitu Rion! Gue khawatir setengah mati tau loh sakit, njirr! Lo malah ngomong kayak gitu," kesal Hanna sambil memukul pelan lengan Rion.

Hiks hiks

"Eh, lo kok malah nangis Na," ucap Rion terkejut dengan berbarengan terbuka matanya lebar.

"Lo jahat banget ngomongnya kayak gitu," ucap Hanna dengan menekan wajahnya dalam - dalam ke kasur empuk milik Rion.

"Lo jangan nangis Na dikasur gue nanti kasur gue jadi jorok," ucap Rion yang langung membuat Hanna mendongakkan wajahnya kesal.

"Apa? Lo lebih mentingin kasur sialan lo daripada gue?" tanya Hanna marah lalu beranjak dari kasur Rion dengan menatap tajam sahabatnya ini.

"Gue kira lo nangis pura - pura Na, gue cuma bercanda kok," ucap Rion mencoba berdiri dari kasurnya.

"Rion," panggil Hanna lirih berhambur kedalam pelukan Rion. Rion yang menarima serangan tiba - tiba langsung terjungkir balik hingga tubuh Hanna menindih tubuh Rion diatas ranjang.

"Ih, lo cari kesempatan dalam kesempitan," ucap Hanna kesal.

"Bukannya lo yang nyerang gue duluan," ucap Roin dengan santainya.

"Jijik banget!"

"Alah padahal lo tuh yang mau mepet - mepet sama gue,"

"Rion!"

Bersambung...

Dating In RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang