Autor POV
"Ayok masuk dulu," tawar Hanna kepada sahabatnya itu, siapa lagi kalau bukan Rion.
"Gak usah deh, aku pulang aja," tolak Rion halus dengan menyunggingkan senyumnya.
"Kenapa?" tanya Hanna dengan alis yang hampir menyatu.
Rion yang gemas melihat tingkah Hanna dengan gerakan cepat mencubit gamas pipi Hanna yang tergolong tembem. "Gue gerah Na, mau pulang dulu, nanti setelah selesai mandi gue langsung kesini, kalau bisa sekalian nginap," ucap Rion dan semakin gemas mencubit pipi chubby Hanna.
Bukannya menjawab Hanna malah membalas mencubit pipi Rion, bukan penuh kelembutan namun dengan sedikit kekasaran sehingga membuat pipi Rion memerah.
"Ciee, yang lagi romantis - romantisan," celutuk Yuri yang sudah rapi mengenakan baju putih santai diperpadukan dengan celana pendek yang hanya mampu menutupi seperempat paha putihnya.
Otomatis, Hanna dan Rion behenti saling cubit - mencubit dan beralih menatap Yuri salah tingkah.
"Santai aja kali kak, gue keluar bentar ya," pamit Yuri sambil memainkan hpnya.
"Iya, ingat gue gak ijinin lo keluar lama - lama, nanti gue yang kena marah mama,"
Setelah Yuri pergi menghilang entah kemana, Rion membuka suara.
"Gue heran, lo sebenarnya manggil orang itu pakai sebutan apa si? Aku - kamu atau gue - elo atau saya - anda?" ucap Rion diakhiri dengan tawaan lebar.
"Anjirr, kepo banget si Rion," kesal Hanna tanpa menyadari sedari tadi ada sepasang mata yang mengamati gerak - gerik mereka.
"Cuma pengan tahu Na," ucap Rion pelan namun menuntut.
"Tergantung si, kalau sama yang lebih tua biasanya aku panggil kamu kalau gak abang - kakak gitu deh, kalau yang lebih tua ibu, bapak, tante, om, masih banyak lagi. Tapi kalau sama kawan yang sebaya biasanya panggil elo - gue gitu, intinya sama orang yang akrab doang aja aku panggil elo - gue, kalau sama yang mudah mah panggil adik," cerocos Hanna panjang lebar, membuat Rion hanya mampu mengeleng - gelangkan kepalanya.
"Panjang banget, kayak lagi pidato ya Na," sindir Rion dan tak lupa memamerkan senyuman yang mampu membuat Hanna meleleh detik itu juga.
"Hihi, kamu kan nanyak, yah aku jawab,"
"Panggil gue dengan sebutan elo aja lah, kalau pake kamu rada gak nyambung gitu, gue kan manggil -elo- Na," saran Rion dengan mengambil posisi duduk dikursi teras.
"Tapi kamu kan lebih tua dari aku,"
"Gaya lo Na, kayak benar aja, sudah lah Na panggil gue dengan sebutan elo aja, oke."
"Ne, arraso oppa," ucap Hanna diringi dengan cengiran, namun Rion malah berdecak kesal mendengar ucapan Hanna barusan.
"Lo ngomong apa si Na, gue gak ngerti," ucap Rion dengan alis yang hampir menyatu serta raut wajah ditekuk.
"Hihi, makanya belajar bahasa korea lah Rion," ledek Hanna dengan menjulurkan lidahnya.
"Hm, nanti gue belajar kalau sudah jadi imam lo," ucap Rion dengan mengerlikan sebelah matanya, namun Hanna tidak menyadari kata - kata itu sangat serius diucapi Rion, bahkan jantungnya berdetak tidak karuan mengucapkan kata - kata itu namun Rion pandai dalam menutupi dengan mengerlikan sebelah matanya
"Ih, lo gombal terus," sungut Hanna dengan mengerucutkan bibirnya.
"Jadi artinya apa?" tanya Rion penasaran.
"Cie, kepo juga ternyata," goda Hanna dengan memainkan ekspresi senyum - senyum gak jelas.
"Serius Na,"
"Iya, artinya itu -iya gue mengerti kak- puas," ucap Hanna dengan memutar bola matanya malas.
"Puas, nanti deh gue belajar bahasa korea, biar bisa sejalan gitu sama lo," ucap Rion sambil memamerkan sederetan gigi putihnya.
"Hahaha, kita uda sejalan kok Rion,"
"Ha? Masa?" tanya Rion dengan mata berbinar.
"Hm, rumah kita kan sejalan,"
Rion yang mendengar penuturan Hanna menepuk dahinya pelan.
"Oh gitu ya Na, kirain apa,"
"Gue pulang dulu ya Na, bye."
Drtt drtt
Hanna meronggoh hpnya malas apalagi nama Nicho yang tertera disana.
"Hallo," ucap Hanna malas.
"Kenapa tadi kamu matiin telepon aku, itu gak sopan Na, bahkan aku belum ngomong apa - apa sama kamu, kamu sebenarnya mau apa!" ucap Nicho dengan emosi.
"Kok kamu jadi bentak - bentak aku kayak gini, aku mau nya kamu pulang, aku lelah nungguin kamu, kamu mau sampai kapan gantungin aku! Kamu baru mau balik kalau aku uda gak cinta lagi sama kamu!" balas Hanna tidak kalah emosi.
Terdengar Nicho memghembuskan nafas kasar, "Maaf Na, aku gak bermaksud bentak kamu, tadi aku terbawa emosi, maaf ya Na," ucap Nicho pelan.
"Haha, giliran aku marah kamu pasti ngomongnya maaf terus, kenapa? Takut aku minta putus, iya kan?" balas Hanna dengan ledekan.
"Iya, aku takut kamu tinggalin aku, aku gak mau kita putus. Aku serius jalanin hubungan ini sama kamu Na, kita pacaran bukan sebulan dua bulan tapi udah bertahun - tahun. Aku cuma minta kamu ngertiin aku, setahun cuma setahun Na setelah itu aku kembali," ucap Nicho parau dengan suara serak yang sangat terdengar.
"Aku gak mau tahu, aku kasih kamu waktu seminggu dalam waktu seminggu kamu gak balik ke Batam aku akan punya pacar baru."
Seketika itu juga Hanna mematikan ponselnya.
Bersambung...
Hallo 😊😊
Maafkan aku ya lama update nya, semoga suka, vote dan comennya jangan lupa ya. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating In Relationshit
ChickLitLDR --- Rasa nya LDR itu gak enak, gak ada yang merhatiin secara langsung, gak bisa ngelakuin runtinitas kayak orang pacaran, jalan, nonton biskop, makan bareng dan masih banyak lagi. Hanna termasuk salah satu gadis yang mengalami yang nama nya LDR...