Bagian 15

544 33 6
                                    

Rion POV

Tepat sudah sebulan terlewati dan selama sebulan ini hanya bisa dihitung dengan jari aku bisa melihat wajah gadis yang kucintai.

Merindukannya, pasti, tapi lagi - lagi otakku bekerja untuk tidak menjadi perusak hubungan orang. Ya, selama sebulan ini aku hanya bisa berhubungan melalui media chat yang tersedia untuk berkomunikasi dengan Hanna.

Seperti saat ini.

"Lagi apa Na?" tanyaku melalui media BBM yang ku punya.

Beberapa detik kemudian Hanna sudah membalas dengan kata - kata yang mampu membuat hatiku nyeri. "Lagi duduk ni sama Nicholas 😊"

Nicholas, Nicholas dan Nicholas nama itu seakan tidak pernah absen Hanna tulis disetiap kami chat.

Apa dia tidak memikirkan perasaanku? Apa aku harus berteriak agar dia mengerti akan perasaanku yang terluka.

Bodohnya aku mencintai perempuan yang sudah memiliki kekasih, membuat tembok yang tinggi dihatiku sendiri rasanya sangat sakit, menghalangi perasaanku agar tidak melampaui batasannya.

"Oh, makin akrab aja ni ya Na," balasku dengan menatap nanar kata - kata yang ku kirim barusan.

"Hihi, iya, Nicho sekarang udah pengertian banget sama gue Rion, senang benget deh,"

"Selamat ya, aku doain hubungan kalian langgeng 😂 hihi," lagi - lagi aku menulis kata - kata yang melukai hatiku.

"Rion,"

Aku tahu Hanna mengerti maksud tersirat dari pesanku barusan.

"Haha, just kidding sweety,"

Balasku agar membuatnya tidak berprasangka buruk.

"Lagak lo pake bahasa inggris segala 😑 gak keren sama sekali tau,"

Balasnya yang mampu membuat aku tersenyum, setidaknya dia masih seperti Hanna yang dulu tidak berubah sama sekali.

"Ikh, masa si? Jadi lo maunya gue chat sama lo pake bahasa korea gitu?"

"Haha, memangnya lo udah bisa bahasa korea 😛😜"

"Ikh, lo gak sopan ya julur - julurin lidah 😈"

"Haha, merasa udah tua ya jadi gue harus sopan 😱 gitu,"

"Udah ah nyebelin banget chat sama lo, mendingan sana urusin Nicholas lo itu,"

"RION!!"

"PING"

"PING"

Seulas senyuman tercetak jelas diwajahku.

Maaf Hanna seperti gue akan egois sama perasaan gue sama lo.

Nicholas POV

"Kenapa Na?" tanyaku melihat wajah Hanna yang tiba - tiba saja berubah bete.

"Rion," ucapnya kesal.

Entalah aku sedikit tidak suka dengan laki - laki yang bernama Rion itu, menurutku Hanna terlalu mengetahui banyak tentang laki - laki itu, wajar saja si karena mereka bersahabat sedari kecil.

Rion, aku sudah sekitar 4 kali bertemu dengannya dan setiap bertemu aku merasakan hal yang aneh dengan caranya  melihat Hanna.

Kadang aku sering memergoki dia yang memperhatikan Hanna seperti aku memandang Hanna sebagai kekasihku.

"Kenapa?" tanyaku pelan dengan mengusap kepalanya penuh sayang.

"Gak apa - apa, cuma dia dikit nyebelin aja," ucap Hanna dengan mengerucutkan bibirnya, aku yang merasa gemes dengan cepat mencium sudut bibirnya.

"Ih Nicho," pekik Hanna sambil mendorong dadaku menjauh.

"Cuma sudut bibir kamu aja kok Na, aku kan gak nyium bibir kamu," ucapku pelan.

Aku tahu Hanna paling anti yang namanya berhubungan lebih dari sekedar pegangan tangan, pelukan, cium pipi sama kening, kalau selebihnya Hanna pasti tidak mau.

"Tetap aja, kamu kan tahu bagi aku hal - hal yang kayak gitu gak boleh dilakuin kecuali sama suami sendiri," ucap Hanna kesal, aku hanya tersenyum menanggapi ocehannya itu.

"Kamu mah buat aku kesal," gerutu Hanna sambil memukul bahuku pelan.

"Sipp Nyonya lain kali tidak akan saya ulangi lagi mencium sudut bibir anda, tapi dipipi gak apa - apa la ya? Nanti kalau kita udah sah boleh la ya kan cantik," tanyaku dengan mengedipkan sebelah mata.

"Dasar Mesum!"

"Ih, mesum - mesum gini pacar kamu lo Na," ucapku dengan membusungkan dada.

"Rencana nya si mau cari pacar baru," ucap Hanna diiringi tertawa lebar, namun raut wajahku langsung berubah datar.

Hanna tidak menyadari perubahan raut wajahku karena masih asik tertawa.

"Gak lucu Na," ucapku tegas membuat Hanna meghentikan tawanya dan menatapku takut.

"Aku cuma bercanda Nic," balas Hanna dengan memberikan senyuman manis yang ia punya.

"Jangan buat rasa cinta aku hilang sama kamu ya Na gara - gara kamu keseringan becanda, lagian aku juga gak tau kamu memang bercanda atau serius," ucapku berlagak kesal mengembalikan kata - kata yang pernah ia ucapkan untukku, aku dapat melihat Hanna terdiam mematung ditempatnya dengan kepala tertunduk.

Lama terdiam hingga akhirnya Hanna kembali bersuara. "Aku minta maaf Nic, lain kali aku gak bercanda lagi deh sama kamu, kalau kamu memang merasa gak cocok sama aku gak apa - apa," ucapnya pelan namun masih terdengar jelas di gendang telingaku.

"Hanna!" ucapku kesal dan langsung berdiri dari posisi duduk.

Ku lihat Hanna mendongakkan wajahnya dan menatapku intens dengan mata memerah.

Tanpa ku sangka - sangka Hanna memeluk tubuh ku erat, membuat aku menyesali perkataanku barusan. "Maaf Na tadi aku cuma bercada, gak mungkin la cinta aku hilang begitu saja gara - gara kamu suka bercanda walaupun rada - rada keterlaluan, aku masih ngarep kamu yang jadi ibu dari anak - anaku aku," bisikku tepat ditelinga Hanna.

Bersambung...

Dating In RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang