Bagian 20

519 32 16
                                    


Happy reading

Autor POV

Setibanya dirumah, Nicholas langsung masuk kedalam kamar dan hal itu juga  yang dilakukan oleh Hanna.

"Dari mana Na?" tanya Dina didalam kamar mereka.

"Dari rumah Rion ma, kenapa?" tanya Hanna menutupi raut wajah bete nya.

"Ribut sama Nicho?" tanya Dina dengan memasang mimik wajah serius.

"Dikit, kayaknya aku mau putus sama dia ma, gak apa - apa kan?" tanya Hanna dengan mengambil duduk disebelah Dina.

"Kenapa?" tanya Dina dengan raut kecewa yang terlihat jelas dari wajahnya yang sudah terlihat sedikit menua namun tidak menghilangi kecantikannya.

"Mama tau kan aku mau nikah di usia 30 tahun lalu Nicho gak bisa nunggu aku ma, untuk apa kami jalanin hubungan yang akhirnya gak akan bisa membuat kami bersama ma," ucap Hanna pelan sambil menyenderkan kepalanya dibahu Dina.

Dina secara perlahan mengusap rambut panjang Hanna. "Terserah kamu aja. Kalau menurut kamu itu yang terbaik mama pasti dukung kamu kok," ucap Dina dengan memberikan senyumannya.

"Makasih ma,"

"Udah mandi sana, jorok banget si kamu Na," ucap Dina dan langsung meraih handuk lalu memberikannya kepada Hanna yang kini memasang wajah masam.

"Sip ibu negara," ucap Hanna lalu melenggang menuju kamar mandi.

***

"Woi!" teriak Yumi memanggil sahabatnya ini.

"Apa?" balas Hanna ketus.

"Gue mau cerita cowok gue yang dari Polandia datang ke Batam Na," ucap Yumi antusias dengan mata berbinar - binar.

"Selamat ya Mi, gue doain lo langgeng deh tu sama laki - laki dari Polandia," ucap Hanna diiringin cengiran menampakkan gigi putih rata miliknya yang berjajar rapi.

"Makaciw Na, so sweet banget si Na," ucap Yumi dengan mengulum senyuman.

"Apa si yang enggak untuk ngebahagian lo mi," ucap Hanna dengan berbunyi nya bel tiga kali tanda waktunya pulang telah tiba dengan jam menunjukkan pukul 3 sore.

"Bersiap, beri salam," kata Doni ketua kelas.

"Selamat sore buk," ucap satu ruangan itu serempak termasuk Hanna dan Yumi didalammya.

"Berdoa," dengan serempak mereka menundukkan kepala. "Selesai." akhirnya mereka berpisah menuju rumah masing - masing.

Setibanya dirumah Hanna langsung disuguhkan pemandangan akrab antara Nicho dan mamanya, hatinya langsung berdenyut nyeri.

Aku berharap kamu akan mendapatkan perempuan yang baik suatu saat nanti Nic.

"Sudah pulang Na?" tanya Dina lalu beranjak dari duduknya menghampiri Hanna.

"Di antar sama siapa?"

"Sama Vero,"

"Hanna kekamar dulu ya ma, capek," tambah Hanna lagi dan langsung berlalu tanpa menoleh kearah Nicho yang tengah mengumbar senyum kearah Hanna.

"Sabar ya Nak Nicho," ucap Dina sambil menepuk bahu Nicho pelan.

"Iya, gak apa - apa bu," balas Nicho dengan mengulum senyuman menutupi rasa luka dihatinya.

Nicho lebih memilih berdiam diri didalam kamar sambil mendengar lagu Afgan sambil meratapi nasib hubungannya bersama Hanna.

Kenapa harus seperti ini, aku tidak ingin berpisah dengan Hanna, ini terlalu menyakitkan.

"Nic," panggil sebuah suara yang membuat Nicho menoleh dengan cepat kesumber suara.

"Ada apa Na?" tanya Nicho lalu menegakkan tubuhnya disisi ranjang.

"Kita perlu bicara," jawab Hanna datar lalu melangkah mendekat kearah Nicho dan menarik tangan Nicho keluar dari dalam rumah.

Disinilah mereka sekarang berada di sebuah lapangan yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumah Hanna.

"Mau ngomong apa si Na sampai ngajak aku kesini segala," ucap Nicho dengan tatapan menuntut.

"Lo kapan balik ke Thailand?" ucap Hanna lantang dengan wajah datar membuat jantung Nicho meringis seakan terhantam oleh benda tumpul dengan sangat keras.

"Kata - kata kamu kasar banget Na seakan ngusir aku," balas Nicho lirih dengan tatapan lembut.

"Iya gue memang ngusir lo Nic," balas Hanna ketus dengan tersenyum miring berbanding terbalik dengan hatinya yang kini terasa perih setelah mengucapkan kata - kata itu.

"Kamu ini gimana si Na! Kemarin - kemarin kamu suruh aku ke Batam dan sekarang kamu suruh aku balik lagi ke Thailand, ini gak adil untuk aku Na!" ucap Nicho frustasi sambil mengacak rambutnya kasar.

"Sorry, lebih baik akhiri aja hubungan kita Nic," ucap Hanna lirih dengan kepala tertunduk.

"Kamu gak memiliki alasan yang jelas untuk kita putus! Salah aku apa?" tanya Nicho tegas dengan rahang yang tampak mengeras.

Hanna lebih memilih bungkam dan tidak berani menatap mata Nicho saat ini.

"Salah aku apa si Na? Aku waktu itu terkejut Na bukan berati gak mau nungguin kamu, aku sanggup kok nungguin kamu walaupun 20 tahun lagi, kamu masih ragu sama cinta aku?" tutur Nicho dengan penuh kelembutan lalu menyamatkan jari - jarinya di tangan Hanna hingga membentuk genggaman yang sangat  erat.

"Kita lebih baik putus aja deh Nic, ini yang terbaik untu kita," ucap Hanna lalu memberanikan dirinya untuk menatap bola mata pacarnya yang tampak memerah.

"Kamu gampang banget ya Na ngambil keputusan tanpa mikirin perasan orang!" ketus Nicho memasang wajah datarnya.

"Lusa aku pulang ke Thailand. Aku harap kamu baik - baik disini. Ayo pulang," tambah Nicho lagi sambil menarik tangan Hanna pelan.

Bersambung...

Dating In RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang