Bagian 8

714 37 11
                                    

Autor POV

Di pagi buta Hanna sudah terbangun akibat ulah Rion.

"Nyebelin banget si," kesal Hanna mengikuti langkah Rion di depannya.

"Gak usah ngerutu terus Na, nanti cepat tua lo,"

"Ngapain si pakai acara ngajak aku jogging segala, aku masih ngantuk loh Rion, nanti juga aku mau sekolah," kesal Hanna dan tidak berhenti mengomeli Rion yang hanya santai menangapi ocehan Hanna.

"Nanti gue antar deh ke sekolahnya, gak usah cemberut lagi, nanti cantiknya hilang,"gombal Rion sambil menarik tangan Hanna.

"Ah, gombal terus,"

Tiba - tiba Rion menghentikan langkahnya dan menatap Hanna tajam.

"Marah? Kesal sama aku?" tanya Rion serius.

"Apaan si Rion, aneh kalau ngomong pakai embel - embel aku, atau kamu, gak enak dengarnya,"

"Aku lagi serius Na, kamu marah gara - gara aku bangunin kamu pagi - pagi," ucap Rion tegas dengan menggenggam erat tangan Hanna.

"Gak," balas Hanna cepat.

"Yakin?" tanya Rion dengan nada yang lebih santai.

"Kamu mah, buat aku kesal terus,"

"Maaf lah Na, kamu itu kan cewek, harusnya bangun pagi, nanti kalau kamu punya suami masa modelnya kayak kamu sekarang, pemalas." ceramah Rion kepada Hanna yang hanya di tanggapi dengan manggut - manggut.

"Saya mengerti pak ustad," ucap Hanna dengan cengiran.

"Kamu ni yah, kalau aku bilangin itu di dengar, kalau suami kamu aku mah ya gak masalah, aku nerima kamu apa adanya,"

"Hahaha, sayangnya kamu bukan tipe ideal ku," ucap Hanna dengan memegang perutnya yang terasa sakit akibat tertawa.

"Sakarang kamu boleh ketawa, nanti kalau ternyata aku yang jadi imam kamu baru tau rasa," ucap Rion kesal.

"Haha, marah ni ye, jangan marah dong, nanti ganteng nya hilang," teriak Hanna cepat dan mengejar langkah Rion yang tergesa - gesa.

"Jangan marah lah Rion, ih, kalau marah gini mah gantengnya jadi ilang," ucap Hanna sambil menggoyangkan lengan Rion.

Rion kembali berhenti dan menatap manik mata Hanna cukup lama, bahkan tangan Rion memegang erat bahu Hanna agar tidak bergerak kemana - mana.

"Mungkin aku gak bisa jadi yang terbaik untuk kamu, tapi aku akan terus berusaha untuk terus ada untuk kamu, mungkin ini terkesan gak romantis kayak drama korea yang sering kamu tonton, tapi aku jujur aku membutuhkan kamu untuk disisiku. Jadilah pacarku Na," ucap Rion bersungguh - sungguh bahkan matanya berbinar - binar menuturkan kata - kata itu.

"Rion," ucap Hanna pelan menyebut nama Rion lirih.

"Aku mencintaimu Na, bukan menyayangimu, aku sungguh - sungguh Na, apapun kekurangan kamu aku terima," ucap Rion hingga bersimpuh dihadapan Hanna.

"Rion, tapi aku.."

"Kenapa Na?" tanya Rion lembut.

"Aku sudah memiliki kekasih," ucap Hanna pelan namun masih dapat terdengar oleh Rion.

"Maksudnya pacar?" tanya Rion dengan mata terbelalak.

"Iya," jawab Hanna pelan dengan pandangan kosong.

"Haha, kalau kayak gini aku jadi kayak perusak hubungan kamu ya, tapi yang penting aku sudah lega mengungkapkan perasaanku, maaf ya, aku gak apa - apa kok kalau kita cuma bisa bersahabat," ucap Rion lirih dan berdiri dari posisi awalnya.

Dating In RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang