Bagian 28

656 34 0
                                    

Autor POV

Jakarta, 20 Juni 2017.

"Mi," panggil Anak kecil didalam gendongan Hanna.

"Ada apa sayang?" tanya Hanna yang masih asik menarik kopernya.

"Hari ini Putri bisa ketemu papa ya?" tanya Putri penuh harap.

"Iya hari ini kita ketemu papa sayang, sekarang umur kamu berapa sayang?" tanya Hanna menghentikan langkahnya dan menatap dalam manik mana Putri yang begitu indah bewarna Coklat terang.

"5 tahun Mi," jawab Putri cepat dengan mengangkat sebelah tangan dengan menunjukkan kelima jarinya.

"Pintar berarti anak mami udah besar ya," ucap Hanna lalu mengecup singkat pipi Putri.

Hanna terus melangkahkan kakinya dengan kepala Putri bersender dibahu Hanna dengan mulut menguap.

"Putri tidur dulu ya mi, ngantuk," ucap Putri lalu menutup matanya rapat - rapat.

Hingar - bingar kota Jakarta. Kota metropolitan, kendaraan berjubel memenuhi jalan dari mulai mobil - mobil besar seperti truk, damri, ada juga mobil pribadi, angkutan umum dan tidak lupa kendaraan ber-roda dua yang benar - benar membeludak totalnya sehingga membuat jalan benar - benar macet.

Hanna memandang malas keluar dari pembatas kaca. Kota dimana mantan kekasihnya dulu berada, kota yang sebenarnya tidak ingin dia injak sama sekali kalau tidak karena paksaan Putri yang memaksa ingin bertemu papanya.

Putri masih asik tertidur dengan kepala diatas paha Hanna lalu tangan lembut Hanna bergerak pelan mengusap rambut sebahu Putri yang benar - benar di tata Hanna dengan sedemikian rapi dan terlihat cantik dipandang mata.

"Nyonya sudah sampai," ucap laki - laki paru baya sambil membukan pintu penumpang dimana Hanna berada.

Hanna mengangkat tubuh mungil Putri secara perlahan. Takut membangunkan tidur lelap Putri yang sepertinya tengah bermimpi indah.

Hanna dengan penuh kelembutan mengendong dan menyenderkan kepala Putri di bahunya.

"Malam buk," sapa seorang wanita paru baya ketika Hanna melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah besar yang memiliki desain ala Eropa membuat mulut Hanna sedikit menganga.

"Malam. Namamu siapa?" tanya Hanna sambil menatap wanita yang kini tengah tersenyum kearah nya.

"Panggil saja saya Diana nyonya," ucap wanita bernama Diana itu lembut yang langsung diangguki cepat oleh Hanna.

"Apa bapak sudah pulang?" tanya Hanna dengan mengikuti langka Diana.

"Belum nyonya. Akhir - akhir ini tuan sedang sibuk, oleh sebab itu tuan tidak bisa mengunjungi nona Putri," jelas Diana membuat Hanna kembali mengganguk.

Kini Hanna dan Putri yang masih terlelap sudah berada didalam kamar yang super luas dengan kasur king size yang sepertinya sudah siap untuk dijamah.

Hanna merebahkan tubuh gadis kecilnya secara perlahan lalu mengecup singkat kening Putri dengan penuh kasih sayang.

Hanna beranjak menuju toilet untuk membersihkan diri. Sekitar 20 menit waktu yang cukup lama hanya untuk sekedar membersihkan tubuh yang terasa lengket.

Baju tidur biru muda melekat indah ditubuh Hanna, celana selutut diperpadukan dengan baju lengan pendek, membuat perempuan berusia 25 tahun ini tampak lebih mudah walaupun tanpa polesan make up membuat wajahnya semakin menarik untuk dilihat. Kecantikan yang alami.

Hanna terlelap setelah jam menunjukkan pukul 12 malam dengan Putri berada di dalam pelukannya.

Derap langkah kaki pelan - pelan masuk kedalam kamar dimana Hanna dan Putri berada.

Manik mata seorang laki - laki menatap tajam kearah dua makhluk yang terlelap dalam alam bawah sadarnya. Laki - laki itu kemudian tersenyum tulus lalu mencium kening Hanna secara perlahan.

Setelah mencium kening Hanna tangan laki - laki itu bergerak mengusap rambut Putri penuh kasih sayang.

"Terima kasih sudah mau menjadi ibu dari anakku," bisik laki - laki itu kemudian ia melangkah menjauh hinggap terdengar suara pintu tertutup.

***

Kicauan burung dengan sinar mentari yang tampak malu - malu menyelusup masuk kedalam kamar tempat Hanna dan Putri berada.

Putri menggeliat pelan sambil mengejapkan matanya berulang - ulang kali. mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang masuk kedalam retina matanya.

Putri menegakkan tubuhnya dan menatap Hanna dengan menggerakkan tangannya menyentuh pipi lembut Hanna.

Cup

Putri mencium sekilas pipi Hanna bergantian.

"Mami bangun," ucap Putri sambil menimpa tubuh Hanna dengan kasar.

Hanna yang merasa terganggu membuka matanya secara perlahan dan menatap Putri dengan kesal.

"Kok anak mami jadi bandel gini sih," ucap Hanna berpura - pura memasang wajah marah.

Tanpa disangka - sangka Putri malah menangis. Hanna yang menyadari kesalahannya dengan cepat menegakkan tubuh lalu menarik tubuh mungil Putri kedalam pelukannya serta mengusap lembut bahu Putri yang bergetar.

"Mami marah sama Putri ya? Putri minta maaf mi," ucap Putri sambil memeluk pinggang Hanna erat - erat.

"Mami gak marah cantik, tadi mami bercanda." balas Hanna sambil menatap lekat manik mata Putri.

Cup

Hanna mencium pipi Putri dengan gemas membuat sang empunya kembali tersenyum.

"Ih, sudah mi, geli," ucap Putri sambil tertawa terbahak - bahak.

Crekk...

Hanna menghentikan aksinya lalu mereka -Hanna dan Putri - menatap kearah sumber suara.

"Papa?" pekik Putri nyaring dan langsung terun dari ranjang berlari kearah laki - laki yang sudag rapi mengenakan jas hitam dan celana sedana.

Bersambung...

Yeah, dua chapter lagi tamat. syukurlah 😊😊

Semoga suka. Vote dan comennya jangan lupanya 😉
















Dating In RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang