Happy reading
Autor POV
"Gue sanggup nunggu lo sampai kapan pun Na, jadi lo tenang aja." ucap Rion lalu mengecup singkat pipi kiri Hanna.
Tenang lo bilang, hati gue sakit Rion lo bilang masih sanggup nungguin gue. Itu artinya gue gak bisa balik lagi sama Nicho.
"Baguslah," jawab Hanna sambil mengulas senyuman yang terkesan terpaksa.
"Kok jawabnya gak ikhlas gitu Na?" tanya Rion yang pastinya sadar akan keterpaksaan Hanna mengungkapkan kata - kata itu.
"Perasaan lo aja kali," balas Hanna dengan tersenyum tulus berbading terbalik dengan hatinya saat ini.
Cukup sore Hanna baru menginjakkan kakinya didalam rumah dengan jam dinding menunjukkan pukul 5 sore.
"Yuri?" panggil Hanna pelan.
"Ada apa kak?" tanya Yuri yang masih asik menatap layar Tv berukuran 21 inci didepannya.
"Gak ada lanjutin aja nontonnya," ucap Hanna pelan kemudian berlalu kedalam kamar dan menguncinya rapat.
Drtt drtt...
Seketika senyum Hanna mengembang ketika melihat nomor yang benar - benar sudah melekat didalam otaknya.
"Hallo," angkat Hanna cepat dengan mengulum senyuman.
"Ada Rion gak?" tanya suara maskulin laki - laki itu lirih.
"Gak ada. Aku lagi dikamar sendirian," balas Hanna cepat.
"Oh,"
"Hm," gumam Hanna pelan menanggapi dua kata yang ucapakan Nicho.
"Lagi apa?" tanya Nicho yang membuat Hanna tertawa kecil.
"Canggung banget ngomongnya," ucap Hanna tanpa menjawab pertanyaan Nicho.
"Hm, sorry,"
"Gak apa - apa," balas Hanna menghilangkan kecanggungan diantara mereka.
"Lagi apa?" tambah Hanna lagi dengan mengambil guling sebagai tumpuannya.
"Lagi liat berkas - berkas pengeluaran perusahaan Na, kamu lagi apa? Soalnya tadi aku nanya kamu gak jawab," ucap Nicho diiringi tawaan kecil.
"Aku lagi baring - baring aja ni. Aku ganggu gak?"
"Enggak lah, kan aku yang nelpon kamu Na," ucap Nicho cepat membalas pertanyaan Hanna.
"Yalah,"
Hening
"Kok diam?" ucap Nicho pelan.
"Kamu juga kok diam?" tanya Hanna balik sambil meniru gaya bicara Nicho sehingga membuat mereka berdua serempak tertawa ringan.
"Udah ada planning apa ni kedepannya sama Rion?" ucap Nicho lirih seperti ada bongkahan batu besar yang menimpah tubuhnya hingga tak berbentuk.
"Rencana mau langsung nikah pas ulang tahun aku yang ke-30 tahun," balas Hanna dengan menatap lurus kedepan.
"Berarti 8 tahun lagi la ya Na? Kamu jangan lupa ngundang - ngundang aku ya," ucap Nicho semangat berbading terbalik dengan hatinya yang kini telah luluh lantah mendengar penuturan Hanna.
"Aku gak yakin bakal ngundang kamu," jawab Hanna dengan mata yang mulai berkabut.
"Kenapa?" tanya Nicho cepat.
"Hahaha. Takutnya pas mau ijab kabul kalau ada kamu ijab kabul aku malah batal pula," ucap Hanna sambil terisak pilu.
"Hanna," panggil Nicho lirih.
"Jangan menangis," tambah Nicho lagi dengan suara lembutnya.
"Siapa yang nangis," ucap Hanna sambil mencoba menyeka kasar air matanya.
"Jangan nikah kalau jadinya buat kamu tersiksa," ucap Nicho lantang membuat mata Hanna membulat.
"Haha, enggaklah aku bahagia kok bisa bersama Rion, dia kan sahabatku," ucap Hanna kembali semringah membuat Nicho menghela nafas kasar.
"Kayaknya ini hari terakhir aku bisa telpon kamu, bulan depan aku nikah," ucap Nicho lirih.
Hanna diam sejenak lalu membekap mulutnya rapat - rapat.
Menikah, Nicho bakalan menikah dan aku? Aku sendirian 😢😢
"Hanna kamu masih disana?" ucap Nicho dengan sedikit berteriak.
"Iya," jawab Hanna cepat.
"Kok aku gak kamu undang?" ucap Hanna dengan suara parau.
"Aku gak yakin kamu bakalan datang,"
"Ya. Aku pasti gak datang," jawab Hanna mantap.
"Aku doakan semoga kamu dan calon istri kamu bahagia, maaf ya dulu aku pernah sakitin kamu. Kalau gitu aku tutup dulu ya Nic." ucap Hanna cepat dan langsung menekan tombol merah.
Arghhhhh
"Lo kenapa kak?" teriak Yuri kaget mendengar suara teriakan dari dalam kamar kakaknya.
Hanna membuka pintunya dengan penampilan yang benar - benar kacau.
"Lo kenapa kak?" tanya Yuri kaget melihat penampilan kakaknya saat ini. Mata merah dengan air mata yang terus mengalir deras, rambut acak - acakan, tatapan kosong membuat Hanna benar - benar seperti gadis yang kehilangan arah.
"Nicho bakalan nikah," ucap Hanna lalu tubuhnya merosot begitu saja membuat Dina yang baru datang membelalakkan matanya lebar - lebar.
"Kamu kenapa Nak?" tanya Dina khawatir sambil menguncang pelan bahu anaknya.
"Nicholas ninggalin aku ma," ucap Hanna sambil memeluk tubuh Dina erat - erat.
Dina hanya mampu diam lalu mengusap lembut rambut Hanna dengan penuh kasih sayang.
Yuri yang melihat tingkah laku kakaknya yang kekanak - kanakan hanya mampu mengeleng - gelangkan kepala. "Bukannya lo yang ngusir kakak ipar dari hidup lo! Ini semua salah lo, makanya jangan sok kecantikan, egois si lo," ucap Yuri lalu berjalan cepat menuju kamarnya dan membanting hingga menimbulkan bunyi yang menggelegar.
Dina dan Hanna yang mendengar penuturan Yuri hanya mampu terdiam.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Dating In Relationshit
ChickLitLDR --- Rasa nya LDR itu gak enak, gak ada yang merhatiin secara langsung, gak bisa ngelakuin runtinitas kayak orang pacaran, jalan, nonton biskop, makan bareng dan masih banyak lagi. Hanna termasuk salah satu gadis yang mengalami yang nama nya LDR...