Bagian 13

503 39 2
                                    

Autor POV

Hari ini tepat seminggu Hanna memberikan waktu untuk Nicholas.

"Na," panggil Rion yang sedari tadi diabaikan.

"Hm," gumam Hanna pelan.

"Ngelamun terus lo ada masalah?" tanya Rion dengan menatap intens wajah Hanna.

"Dikit," jawab Hanna singkat dengan memutar bola matanya malas.

"Gak mau cerita sama gue?" tawar Rion.

"Hm, good idea,"

"Gini, gue pernah bilang punya pacar kan?" tanya Hanna yang langsung diangguki oleh Rion.

"Gue lagi ada masalah sama tu orang,"

"Pacar lo gitu maksudnya?" Hanna langsung mengangguk cepat mengiyakan maksud Rion.

"Gini, gue sebenarnya udah malas banget jalanin hubungan sama Nicho, coba lo pikir aja, gue udah tiga tahun LDR-an sama dia, terus gue minta dia balik ke Batam tapi dia gak pernah ngasih jawaban yang pasti. Sekarang dengan enaknya dia minta gue nunggu dia setahun lagi, egois banget kan dia!" ucap Hanna kesal.

"Ya loh sabar aja lah Na, cuma setahun aja kok,"

"Setahun! Lo gak mikirin perasaan gue Rion, gue udah lelah nungguin dia, ngerti gak si!" balas Hanna tidak terima akan pendapat Rion.

"Ngerti Na, sekarang gue tanya sama lo, pacar lo itu ngapain disana?" tanya Rion dengan raut wajah serius.

"Kerja," jawab Hanna malas.

"Lalu lo tau gak dia kerja untuk apa?" tanya Rion lagi masih dengan memasang raut wajah serius.

"Ya untuk cari uang lah Rion, lo bego atau gimana si !" sungut Hanna kesal.

"Nah itu Na, dia pernah bilang gak kalau mau jalanin hubungan yang serius sama lo?" tanya Rion tegas seakan sedang mengintrogasi Hanna.

Hanna beralih menatap Rion lekat. "Pernah," jawab Hanna mantap.

"Nah itu artinya Na dia nyari uang untuk lo juga, ngerti gak?"

"Gak," jawab Hanna dengan polosnya.

"Ampun deh Na, lo itu udah otaknya lelet amat," ucap Rion disertai cengiran.

"Eh, lo kok malah ngeledekin gue," sungut Hanna dengan menatap tajam Rion.

"Sorry, oke, kita kembali ke topik awal," ucap Roin dan kembali memasang wajah serius.

"Gue ngasih saran sama lo ya Na, sebaiknya lo sabar aja nunggu pacar lo yang namanya Nicho itu," ucap Rion mantap.

"Lo aneh lah Rion, bukannya lo suka sama gue?" ucapan Hanna mampu membuat Rion tercengang.

Rion diam sejenak lalu menarik nafas dalam. "Gue memang cinta sama lo Na bukan sekedar suka, tapi gua gak mau ngerusak hubungan lo sama Nicho, coba kalau gue yang jadi pacar lo, perasaan gue pasti hancur sama kayak Nicho, gue juga masih kali mikir Na," ucap Rion dengan tatapan lurus ke manik mata Hanna.

"Rion," ucap Hanna lirih.

"Gue sayang sama lo," ucap Hanna lalu memeluk tubuh Rion.

"Gue juga, tapi kalau kita memang gak bisa bersatu sahabatan pun jadi," ucap Rion dengan mengelus pelan punggung Hanna.

"Sebaiknya lo telepon deh tu Nicho," saran Rion setelah melepas pelukan.

"Iya juga si, udah seminggu ini gue gak angkat teleponnya," ucap Hanna mengingat sudah seminggu ini tidak mengangat telpon Rion.

"Lo jadi cewe tega amat si Na, kasihan banget gue sama Nicho,"

"Heleh, iya deh gue telpon sekarang juga,"

"Hallo," ucap Hanna setelah tersambung.

"Hallo, kamu nelpon aku sayang? aku udah di Bandara Hangnadim Batam loh," ucap Nicho lantang membuat jantung Hanna seakan berhenti bedetak.

"Serius?" tanya Hanna dengan mulut menggangga.

"Iya, aku rela ninggalin kerjaan aku daripada harus kehilangan kamu, kamu tunggu aku ya sebantar lagi aku otw ke rumah kamu," ucap Nicho semangat.

"Lalu kerjaan kamu bagaimana?" tanya Hanna lirih.

"Sudah kamu gak usah mikirin kerjaan aku yang penting sekarang aku udah di Batam kan, sudah dulu ya Na, aku mau nyari taksi dulu," ucap Nicho lalu menutup telponnya.

"Kenapa Na," tanya Rion lirih melihat perubahan drastis dari wajah Hanna.

"Nicho udah di Batam," jawab Hanna pelan.

"Lalu kenapa kamu sedih?" tanya Rion bingung.

"Kalau Nicho di Batam berarti dia ninggalin kerjaannya Rion," ucap Hanna penuh sesal.

"Sudahlah Na, nantikan Nicho bisa nyari kerja di Batam," ucap Rion memberi semangat sambil menepuk pelan bahu Hanna.

"Aku nyesel," ucap Hanna pelan lalu menaruh kepalanya didada Rion, Rion hanya mampu mengusap bahu Hanna untuk membuat gadia yang ia cintai itu tenang.

Satu jam kemudian,

"Hanna gue pulang aja ya, gak enak kalau nanti ketemu sama pacar lo,"

"Ih, kok gitu, lo kan sahabat gue jadi gak masalah lah," ucap Hanna dengan mengerucutkan bibirnya.

"Tetap aja Na, lo gak ingat pernah salah sebut pakai nama gue,"

"Sorry," ucap Hanna disertai cengiran.

Setelah Rion menghilang dari hadapan Hanna, kini deru suara mobil terdengar berhenti tepat didapan rumah Hanna.

"Nicho," gumam Hanna pelan lalu berlari keluar rumah.

Benar saja, didepan Hanna kini sudah berdiri Nicho dengan senyum mengembang.

"Nicho," pekik Hanna nyaring lalu berlari kearah Nicho yang kini tengah merantangkan tangannya lebar - lebar.

Bersambung...

Dating In RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang