Bagian 30

2K 62 7
                                    

Selamat membaca...

Autor POV

Tidak disangka - sangka. Takdir memang nyata.

Kini meraka tengah duduk di sebuah restaurant dengan Putri yang tengah asik memakan ayam bakar namun tidak untuk kedua orang dewasa yang kini tengah bertatapan intens.

"Apa kabar?" ucap Hanna membuka suara.

"Baik, kamu apa kabar?" balas laki - laki itu sambil tersenyum.

"Baik," ucap Hanna mencoba memaksa senyumnya.

"Anak kamu ya?" tanya laki - laki itu dengan tatapan sendu.

"Iya," jawab Hanna cepat lalu mengumbar senyum tulusnya.

"Kapan kamu menikah? Kok anak kamu udah besar aja?" tanyanya dengan dahi berkerut.

"Aku belum menikah," jawab Hanna santai. Membuat laki - laki di hadapannya membulatkan mata lebar - lebar dengan tangan mengepal.

Hening.

"Istri kamu mana?" tanya Hanna dengan tatapan piluh namun tertutupi oleh senyum palsunya.

"Aku belum nikah," balasnya santai. "dan belum punya anak," sindirnya dengan tertawa hambar.

"Kamu bohong sama aku Nicho! Bukannya waktu itu kamu bilang mau nikah?" tanya Hanna dengan tatapan kecewa.

"Aku gak bohong Na, aku memang mau menikah itu nyata. Tapi pas hari -H- aku gak bisa nikahin perempuan itu gara - gara aku masih mencintai seseorang," balas Nicho dengan tatapan lembut.

Hanna diam sejenak lalu kembali mengulas senyuman singkat. Mata Hanna kini tertuju menatap Putri yang tampak asik dengan dunianya. "Makanya pelan - pelan sayang," ucap Hanna sambil megelus pelan rambut Putri membuat mata Nicho terasa panas.

"Kamu dihamili Rion," ucap Nicho pelan namun masih dapat terdengar oleh Hanna.

Hanna memasang wajah datarnya dan menatap intens mata laki - laki yang sudah lama ia rindui.

"Itu mulut jangan asal jeplak aja. Gak sopan," ucap Hanna sakarstik.

"Lalu?" ucap Nicho dengan menuntut.

"Dia anakku tapi aku belum pernah melahirkan," jawab Hanna yang membuat Nicho semakin bingung.

Lama Nicho terdiam hingga akhirnya ia tersenyum.

"Kamu ngangkat anak?" ucap Nicho dengan mata berbinar - binar.

"Enggak. Dia keponakan Rion, anaknya Ali," jelas Hanna dangan kembali mengelus rambut Putri.

"Oh, lalu kamu sama Rion?" tanya Nicho lirih membuat Hanna mengalihkan pandangannya menatap Nicho dengan tatapan sendu.

"Kami udah putus," jawab Hanna mantap dan setelah itu Nicho tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum.

Nicho benar - benar tersenyum lebar.

***

Hari - hari Hanna lalui di Jakarta dengan ceria, penuh tawa, senyuman tidak pernah sirna dari wajahnya.

Seperti saat ini.

Nicho sedang asik bermain dengan Putri dan Hanna selalu berada diantara mereka.

Hanna menatap lurus langit diatasnya dengan seluas senyuman tercetak jelas diwajahnya.

Kota yang awalnya tidak ingin ia injaki membuat ia kembali bertemu dengan kebahagiannya.

Kebahagian yang begitu sederhana.

Hanna sudah cukup berpengalaman dalam menghadapi kejamnya hidup. Sikap egois bukanlah hal yang harus ia pegang teguh, terkadang mengalah sedikit bisa membuat segalanya berakhir bahagia.

Kebahagian bukan untuk sesaat namun untuk selamanya.

Nicho dan Rion. Dua laki - laki yang pernah mengisi hati kecilnya, Hanna tidak pernah menyesal pernah mengasihi kedua nama lelaki itu.

Namun Hanna menyadari sesuatu hal yang namanya cinta abadi dan sesaat.

Nyaman bukan berati cinta. Jenuh bukan berati tidak cinta. Begitulah hal yang dirasakan oleh Hanna dahulu.

Hanna kembali mengedarkan pandangannya hingga bertatapan langsung dengan mata coklat laki - laki yang sampai detik ini masih mampu membuat jantungnya berdetak cepat.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Nicho dengan Putri yang berada dalam gendongannya.

Hanna lebih memilih tersenyum dan mengambil ahli tubuh mungil Putri kedalam gendongannya.

"Putri mau punya papa baru kayak om gak?" tanya Nicho sambil mengedipkan sebelah matanya.

Hanna hanya menggelang - gelengkan kepalanya mendengar ucapan Nicho.

"Mau om," jawab Putri dengan kegirangan.

"Jadi om boleh dong nikah sama mami kamu," ucap Nicho dengan senyum mengembang.

"Gak," jawab Putri cepat membuat senyum Nicho seketika luntur.

"Kenapa?"  tanya Nicho dengan wajah ditekuk.

"Kasihan papa Ali. Putri gak mau punya papa lagi," ucap Putri kesal membuat Hanna mencium sekilas pipi gembul Putri.

"Kok gitu si Putri? Om cinta sama mami kamu," ucap Nicho tegas membuat Putri kesal setengah mati.

"Mami mana mau sama om," balas Putri dengan beralih menatap Hanna.

"Siapa yang bilang?" tanya Hanna dengan senyum tertahan melihat perbedaan kedua ekspresi antara Nicho dan Putri.

"Mami!" pekik Putri nyaring.

Sekitar satu jam lebih Hanna menjelaskan semuanya secara terperinci kepada Putri. Putri sempat menangis karena Nicho mencium pipi Hanna.

"Yaudah aku izinin om nikah sama mami," ucap Putri sambil mengecup singkat pipi Nicho.

Nicho tersenyum lalu beralih menatap Hanna. "Aku siap kok nunggu kamu lima tahun lagi," ucap Nicho yang langsung ditanggapi Hanna dengan gelengan berulang - ulang kali.

"Kamu gak mau nikah sama aku?" ucap Nicho parau.

Hanna tersenyum menampakkan gigi putih bersih miliknya. "Aku gak izinin kamu nunggu aku lagi," ucap Hanna tegas membuat tubuh Nicho lemas seketika.

"Aku udah siap kok nikah sekarang asalkan sama kamu," lanjut Hanna lagi membuat tubuh Nicho menegang, menatap manik mata Hanna tidak percaya akan apa yang barusan saja diucapkan oleh perempuan yang ia cintai ini.

"Serius?" tanya Nicho dengan mata berbinar - binar.

"Iya," jawab Hanna mantap.

Mencari yang terbaik itu sulit. Syukuri saja apa yang telah kita miliki. Karena bersyukur itu indah.

-END-

Akhirnya cerita Dating In Relationshit tamat juga.

Aku sangat berterima kasih kepada Vanessa_Mayui yang selalu mendukungku. Love you banget deh buat kamu cantik 😉 gara - gara dirimu ceritaku bisa selesai sobat 😂😊

Terima kasih juga kepada pembaca yang sudah merelakan waktunya membaca cerita aku yang masih bangak kekurangan ini.

Sampai bertemu kembali dengan cerita baruku, oke.

Bye - bye.

Dating In RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang