Epilog

980 52 2
                                    


Dua bulan kemudian..

Niall Horan Pov's

Hai Karenina. Aku datang lagi. Berapa kali ya aku kesini entahlah. Aku tidak ingin menghitungnya. Bahkan aku ingin selalu ada di dekatmu. Meskipun kita tak bisa saling melihat. Tapi aku yakin kau bisa merasakan perasaan ku  padamu. Beberapa orang mengatakan bahwa perasaan ku sekarang hanyalah perasaan menyesal, namun mereka salah. Jika mereka fikir aku menyesal karena kau pergi. Aku tau kau sekarang lebih bahagia disana. Aku mencintaimu Karenina. Bahkan ketika insiden licik itu terjadi. Mulutku bisa berkata tidak. Tapi tidak hati ku. Hati ini terus memanggil namamu.

Bukankah dasar dari sebuah lancar nya hubungan ialah kepercayaan dan kejujuran. Kau jujur padaku Karenina. Kau tidak tahu apa apa saat itu. Kau selalu percaya padaku Karenina. Selalu memberiku kesempatan. Padahal kau tau itu sangat menyakitimu. Sedangkan aku? Aku tidak percaya padamu. Maafkan aku. Aku merasa seperti orang paling bodoh di dunia.

Terkadang aku berharap waktu bisa diputar kembali. Tapi aku tau itu hanya khayalan ku saja.

Dan bahkan saat sebelum tidur aku selalu berharap kau bisa hadir di mimpiku. Aku merindukanmu. Aku ingin memelukmu Karenina. Tapi kau tidak pernah mengunjungiku. Apa kau sangat bahagia disana bersama orang tua mu.

Jadi benar kata Alicia. Kau akan bahagia dan bebas dari penderitaan, sedangkan aku yang mengalami penderitaan sekarang. Ini tak sebanding dengan apa yang kau alami.

Dua bulan tersulit dihidupku. Paparazzi terus mencariku kau tahu Karenina? Tapi entahlah. Mereka selalu berhasil ku kelabui.

Kau tahu Karenina. Kita tak pernah merayakan natal dan tahun baru bersama ya? Oh ya Tom memberitahuku. Kau dirawat di rumah sakit. Aku sedikit kesal karena kau tak memberitahuku.

Andai aku bisa mengenalmu jauh hari. Bertahun tahun lalu.

--

Aku menghapus airmataku pelan. Ku pandang langit yang mulai gelap. Terkadang saat bercerita dengan Karenina membuat ku lupa waktu

"Aku akan kembali lagi. Aku janji"

Aku berjalan menulusuri pepohonan di sekitar pemakaman. Jika kebanyakan orang takut. Aku malah merasa tenang dan damai. Karena kedamaian ku adalah di dekatmu.

Setelah menempuh 4 jam perjalanan dari Doncaster aku sampai di London.

London tak pernah sepi malam hari. Aku memberhentikan mobil di parkiran Cali Kebabs.

Salah satu tempat yang penuh kenangan bersama Karenina. Kondisi nya tidak ramai karena hampir tengah malam.

Aku memesan Medium Kebab tanpa bawang. Duduk di tempat yang sama. Saat aku melihat Karenina dan Tom. Saat aku berfikiran buruk tentang mereka.

"Niall ?"

Aku menanggapi asal suara dan melihat Zayn dan Gigi Hadid

"Zayn. Gigi" sapa ku pelan.

"Sendirian saja Ni?" tanya Gigi

Aku hanya mengangguk jelas jelas aku duduk sendiri kan? Dia punya mata atau tidak sih?

Mungkin Zayn merasakan situasi aneh ini hingga dia menyuruh Gigi pergi memesan kebab untuk di bawa pulang. Karena memang itulah tujuan awal mereka.

Zayn duduk di depan ku.

"Seperti masa lalu ya?" tanya Zayn

Aku menghela nafas. Dan menatap Zayn yang seakan bisa membaca mukaku.

"Niall. Im sorry. Saat pemakaman. Aku berusaha menemuimu. Namun kau telah pergi. How are u?"

"Fine. Emotionally im bruised"

"Niall. Kau akan baik baik saja percayalah. Maaf aku jarang berada di London"

"Kau tak perlu meminta maaf Zayn. Terima kasih"

Gigi telah kembali dengan bungkusan kebab di tangan nya.

"Sudah Z"

"Oke. Lets go Home. Niall. Kami pergi ya. Hati hati. Jaga diri" ucap Zayn pamit sebelum akhirnya dia pergi lagi.

---

Louis Pov's

Dua bulan terlewati tapi rasa penyesalan itu tetap ada. Mungkin akan berlangsung selamanya. Aku mendengarkan cerita Mom tentang Karenina. Tentang dia sedari lahir ditinggal ibunya yang meninggal. Jantung lemah bawaan yang ia derita. Diusir dari keluarga besar. Hidup nya sudah banyak di Bully di Chicago. Tentang ibu dan ayah ku.  Yah Troy ayahku. Mereka yang sengaja di jebak oleh sesorang yang tak menyukai kerja sama antar 2 perusahaan. Ironis. Karena kesalahan itu aku membenci Karenina. Padahal aku yakin, Karenina tidak diminta dilahirkan dan hidup dalam takdir seperti itu.

Setiap hinaan yang ku beri. Setiap air mata dia yang jatuh, setiap tamparan yang ku beri. Aku benar benar bodoh bukan?

Awalnya aku menikmati hidup tanpanya. Tanpa perlu mengingat betapa bajingan nya ayahku. Tapi sekarang. Aku malah makin mengingatnya. Mengingat betapa baiknya dia. Betapa keras nya Karenina berjuang. Dan betapa sering aku menghina dan menyiksa nya.

Aku menatap dapur. Biasanya di pagi hari ini Karenina sedang memasak. Masakannya sangat lezat. Bohong jika aku tidak menyukainya. Karena rasa bencilah yang menghalangi ku.

Kami semua melewati kesedihan. Terutama Niall. Aku tidak tahu bagaimana Niall bisa menghadapinya. Dia masih bisa tersenyum. Walaupun di matanya bisa terlihat kesedihan dan penderitaan. Hanya saja Niall menjadi pendiam. Dia sering berjalan keluar sendiri. Jika aku jadi Niall. Entahlah apa yang akan ku lakukan.

--

Niall pov's

Jika kalian bertanya jam berapa sekarang. Jam 5 sore. Cuaca sangat dingin. Aku menatap pinggiran danau. Tempat terakhir aku berbicara pada Karenina. Tempat terakhir aku melihat nya.

Kesempatan terakhir ku. Yang ku sia siakan begitu saja.

Jika orang bilang waktu akan menyembuhkan segalanya. Mungkin waktu akan membuatku memaafkan kebodohan yang ku buat. Tapi satu yang ku yakin. Waktu tak akan mampu membuatku melupakan mu Karenina.

Aku menduduki bangku dekat tangan dan mengeluarkan sebuah scrap book yang ku temukan di lemari Karenina.

Ada foto nya saat kecil. Betapa imut,lucu, dan cantik. Saat umur 8 tahun. Ada tulisan di atas setiap foto itu. Foto saatnya remaja. Bersama Tom. Andaikan aku mengenalmu lebih dulu. Aku pasti bisa memiliki kesempatan lebih banyak bersamamu.

Hingga foto saat dia di London. Kau tahu Karenina. Aku ternyata belum mengenal Karenina dalam. Tempat favoritnya bukanlah studio Harry Potter yang ku tuju bersamanya. London Eye. Aku tak tahu itu. Kau bahkan jago bermain golf karena kau tak mampu berolahraga berat. Jika aku tahu. Kita akan pergi bersama Karenina. Bermain bersama. Tapi kenapa aku tak pernah mengetahuinya ! Kenapa !

Aku mengunjungi panti asuhan yang sering dikunjungi Karenina beberapa hari lalu. Aku bisa merasakan betapa bahagia nya Karenina jika dia berada disini. Mereka menceritakan bagaimana baik dan sabar nya Karenina mengajak mereka bermain juga belajar. Aku mengingat percakapan ku dengan Lucy. Salah aatu anak yang sangat dekat dengan Karenina

"Hai. Kakak. Kenapa sedih?"

Aku hanya menatapnya dengan senyum

"Tidak sayang"

Lucy menggeleng. Aku mensejejerkan posisi dengan nya.

"Mata kakak sedih. Kak sedih ya karena Kak Karenina ya.?"

"Jangan kak. Kasihan kak Karenina. Senyumlah kak dari hati"

Aku tak menyangka anak seumur lucy berbicara seperti itu. Aku langsung memeluknya begitu saja. Aku berjanji Karenina. Aku akan baik baik saja.

----

Wah. Finally. Complete !!!!

KareninaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang