Lucky or Not [Kim Taehyung]

Misunderstand

Jika memang sebuah takdir dapat menyatukan kita.

Akankah takdir itu bisa kita pertahankan?

-Seoul

--

Kugosok meja bundar seraya bersenandung pelan hanya untuk menutupi rasa lelahku.

Sesekali punggung tanganku menyapu keringat yang membasahi keningku. Membiarkan bulir bulir keringat mengalir melalui pelipisku.

Hari ini sungguh melelahkan.

Hanya tinggal beberapa meja lagi yang perlu kubersihkan, setelah itu aku bisa beristirahat.

"Akhirnya satu meja selesai," aku tersenyum puas.

Kuputar pinggangku ke kanan dan ke kiri seraya memandang ke sekeliling restoran.

Hanya beberapa pelanggang yang terlihat masih mengisi meja restoran.

Waktu jam makan siang memang sudah lewat.

Maka dari itu pelanggan yang datang hanya sisa-sisa pengunjung yang masih betah duduk santai seraya bercengkrama dengan yang lainnya.

Sekilas aku mendengar sebuah suara aneh dari perutku.

Dengan cepat aku menyentuh perutku seraya meringis pelan.

Aku lapar.

Suara perut ini memang memalukan. Beruntunglah tak ada yang mendengarnya.

Tapi tak apa, setidaknya aku harus membereskan 2 meja lagi untuk mendapatkan jam makan siangku.
Maka dengan sisa tenaga dan keadaan perut yang terus berbunyi, aku meraih peralatan perangku untuk pindah ke meja selanjutnya.

Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang bergetar.

Bukan. Bukan berasal dari perutku.

Tetapi itu dari ponselku.

Karena berhubung peralatan yang kubawa sudah ada digenggamanku, maka terpaksalah aku kembali menaruh barang-barang itu keatas meja untuk mengambil ponselku.

Sebenarnya aku sedikit malas untuk mengambilnya.

Karena aku tahu ini pasti telfon dari Minjae.

Lalu siapa lagi kalau bukan dirinya?

Dikehidupanku hanya ada 3 orang yang sering memenuhi kotak panggilanku.

Hara. Aku tahu ia sedang berada dikelasnya sekarang.

Minjae. Semua orang tahu dia teman kecilku.

Dan satu penghuni lain.

ㅡKim Taehyung.

Of course not!

Ya... Kalian pasti tahu untuk sekarang ini keadaan itu tidak akan mungkin terjadi.

Akhirnya benda yang kuharap akan segera lenyap itu keluar dari sakuku.

Dengan pandangan tak minat aku mulai membaca nama yang tertera di layar ponselku.