Lelaki berparas imut itu hanya terduduk diam memandang gadis dihadapannya itu tanpa minat.
Bagaimana tidak.
Pasalnya ia harus rela duduk disana selama kurang lebih 20 menit. Mendengarkan gadis itu terus berceloteh.
Bahkan mocaccino-nya pun sudah tak panas lagi.
"Jadi noona memanggilku kesini hanya untuk bertanya tentang hal itu?" Ucap Jungkook sarkas. Ia pikir gadis ini akan membahas sesuatu yang sangat penting.
"Padahal Noona bisa membicarakan hal ini lewat telfon," tambahnya. Karena waktu 20 menit itu bisa ia pakai untuk bermain satu level game.
Yura hanya menunjukan cengirannya. "Aku tak ingin Taehyung mengetahui hal ini. Lagipula kau satu-satunya member yang terlihat cukup dekat dengannya."
Jungkook mengangguk pasrah. Setidaknya ia harus melakukan kebaikan dalam hidupnya.
"Darimana noona bisa mendapatkan nomorku?"
"Namjoon yang memberikannya padaku," Yura sengaja meminta nomor Jungkook saat mereka masih di pulau Jejju. Yura awalnya hanya iseng menghampiri Namjoon yang tengah menulis lirik lagu.
"Tapi apa Taehyung tahu kau pergi keluar untuk menemuiku?" Sambungnya.
Jungkook menggeleng, "ia hanya tahu aku pergi. Itu saja."
"Jeongmalyo? Dahaengieyo (benarkah? syukurlah)" Yura tersenyum lega.
"Jadi apa kira-kira barang yang bagus untukku berikan saat ulang tahunnya?" Ucapnya antusias.
Ia tahu dirinya cukup pintar meminta rekomendasi dari orang ini, jadi ia tak perlu menghabiskan waktunya hanya untuk berkeliling disatu mall. Mengunjungi satu toko ke toko lainnya.
"Maksudmu barang yang cocok atau yang sedang ia butuhkan?"
Yura memutar bola matanya jengah. "Keduanya," ucapnya tak sabaran.
Mata Jungkook menerawang langit-langit cafe. Wajahnya seakan tak yakin untuk mengatakan ini. "eum.. sebetulnya aku tak yakin akan menyebutkan ini."
"Apa itu?" Tanya Yura penasaran.
"Akhir-akhir ini Taehyung hyung memang sedang mencari ciem baru untuknya."
Kedua alis Yura menyatu, "ceam?" Kata itu terdengar baru ditelinga Yura.
Jungkook berdecak malas, "ciem." Koreksinya, "itu adalah alat berbentuk earphone yang biasa dipakai seseorang saat diatas panggung."
Yura ber 'oh' ria. "Kira-kira berapa harganya?"
"Sekitar 875 ribu won."
"KAU GILA?!" Suara Yura melengking membuat seluruh pengunjung cafe terkejut karena suaranya.
Yura baru tersadar karena suaranya yang terlalu keras. Lalu pandanganny menatap keseliling cafe. Seluruh orang tengah memandangnya dengan berbagai macam pandangan.
"Che-cheoseonghamnidaㅡ (maaf)," bungkuk Yura kepada beberapa pengunjung cafe.
Tubuh Yura kembali menghadap Jungkook yang tengah menertawakan dirinya.
Ia tahu wajahnya benar-benar merah sekarang.
Ditambah Jungkook yang masih menertawainya. Itu semakin membuat Yura malu.
"Yak! Kau gila?" Timpal Yura seraya memelankan volume suaranya. "Bagaimana benda sekecil itu bisa menjadi sangat mahal?"
Jungkook mengangkat kedua bahunya. "Aku sudah bilang kalau aku tak yakin mengatakan ini. Lagipula itu sudah termasuk harga yang paling murah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky or Not [Kim Taehyung]
Fanfiction[ON GOING] [EDITING PROGRESS] Sekarang aku percaya dengan adanya takdir. Ya, sebenarnya aku sendiri tidak bisa menyimpulkan ini 'baik' atau 'buruk' nya untuk diriku. Karena kejadian itu dan pada hari itu kehidupanku berubah 180 derajat.