"Kau hebat," ucapnya padaku.
Dalam diam aku menatap gadis yang tengah berdiri sekiranya setengah meter didepanku.
Suaranya terdengar pelan, namun masih bisa dijangkau oleh pendengaranku.
"Kau hebat bisa memecahkan hal ini dengan sangat begitu sederhana," ia memandangku dengan pandangan yang sulit untuk kuartikan.
Aku hanya mencoba memberikan dia sedikit waktu untuk membiarkannya meluapkan isi hatinya.
Dibawah sinar lampu jalan itu tak membantuku untuk dapat melihat wajahnya dengan jelas. Sebagian wajahnya terhalang oleh rambutnya karena ulah angin.
ㅡkemudian ia memalingkan wajahnya ke jalan raya.
"Kau tahu? Aku baru sadar bahwa aku tak bisa sejajar dengan sebuah bintang walau sekuat apapun aku mencoba," ucapnya lagi padaku.
Dahiku mengerut mendengarnya.
Aku tak mengerti.
Lalu ia kembali melihatku.
"ㅡTaehyung-ah," ia memanggilku lagi, namun aku hanya menatapnya lurus.
"ㅡAyo kita sudahi saja hubungan ini."
BOOM!! Mataku membelalak besar seketika isi otakku terasa penuh dan siap akan meledak.
"Mwo?! (Apa?)" pekikku keras seraya memasang wajah tak percaya.
Aku tahu ini gila. Aku tahu suaraku terdengar nyaring. Dan aku bisa merasakan kecepatan jantungku berpacu dua kali lipat dari biasanya.
Dengan cepat aku menggelengkan kepala, "tidak tidak.." tolakku.
"ㅡAku pasti salah dengar. Kau tidak benar benar mengatakannya kan? Eoh??" ucapku memaksa yang sebenarnya meminta dirinya untuk menarik ucapannya.
"Aku serius," ucapnya dengan raut wajah yang terlihat tenang.
Sontak aku tertawa setelahnya.
Ia memandangku dengan tatapan aneh begitu melihat aku yang sedang tertawa seraya berjalan mondar mandir dihadapannya.
Aku hanya tertawa. Karena hanya itu yang dapat mengespresikan perasaanku saat ini.
"Yak! Apa kau mengaggap ini semua sebagai candaan?" ia melipatkan kedua tangan didepan dadanya, wajahnya mencerminkan bahwa ia tersinggung dengan sikapku yang seolah tak menghargai dirinya.
Lantas aku berhenti tertawa dan memandangi dirinya yang tengah memasang wajah kesal. Aku berdiri dihadapannya memandangnya cukup lamat kemudian tersenyum manis, "anni (tidak)." gelengku.
Ia menaikan alisnya sebelah seolah kalimatku itu bahkan tak cukup dan tak bisa diterima olehnya.
"Kupikir udara disini semakin dingin. Kita bisa berbicara dan mencari tempat untuk membahas hal ini." Lanjutku. Aku mencoba berfikir mungkin faktor tingkat emosi yang tak stabil dikarenakan faktor udara dingin.
"Tidak. Kita tak perlu. Kita sudah selesai, aku harus pulang."
Aku mengangguk setuju, "oke kalau begitu aku akan mengantarmu," aku mencoba untuk tidak terbawa suasana.
Namun untuk kesekian kalinya ia kembali menolak.
"Tidak, terima kasih, aku bisa pulang menggunakan taksi," ia membalikan tubuhnya dan langsung memberhentikan taksi disana.
××
Dengan cepat Taehyung menahan lengannya, "tidak. Kau pulang denganku."
![](https://img.wattpad.com/cover/73226703-288-k294802.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky or Not [Kim Taehyung]
Fanfiction[ON GOING] [EDITING PROGRESS] Sekarang aku percaya dengan adanya takdir. Ya, sebenarnya aku sendiri tidak bisa menyimpulkan ini 'baik' atau 'buruk' nya untuk diriku. Karena kejadian itu dan pada hari itu kehidupanku berubah 180 derajat.