[ON GOING]
[EDITING PROGRESS]
Sekarang aku percaya dengan adanya takdir. Ya, sebenarnya aku sendiri tidak bisa menyimpulkan ini 'baik' atau 'buruk' nya untuk diriku. Karena kejadian itu dan pada hari itu kehidupanku berubah 180 derajat.
"Hikss... Hara a-aku sudah tidak kuat lagi," desakan tangis Yura membuat Hara khawatir.
"Wae geurae? (Ada apa) beritahu aku,"
Bulir bulir air mata jatuh menghiasi pipi merahnya, namun dengan cepat ia menyekanya.
Dengan lemah, gadis itu mulai mengangguk lemah, "Taㅡtapi tidak disini."
-00-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serbuan angin malam begitu kencang menerpa rambut surai kedua gadis yang tengah berdiri diujung rooftop.
Angin malam yang seakan memeluk kaki Hara membuatnya mengusap kedua lengannya.
Tapi tidak dengan Yura, ia sepertinya tidak merasakan seperti apa yang sedang dirasakan Hara.
Ia hanya terdiam memandang lurus kedepan. Udara yang menyeruak masuk menembus tulang tak menyuruti niatnya untuk kembali.
Hara yang sedari tadi berada di samping Yura hanya menunggu. Berusaha menenangkan Yura sampai dia siap untuk bercerita apa yang sedang terjadi dengannya.
"Hara-ya," pangil Yura pelan. Akhirnya ia membuka suara.
"Nte.. (iya)" jawab Hara lembut.
Yura terdiam kembali. Ia menutup matanya dan membiarkan angin menerpa rambutnya.
"Aku lelah dengan semua masalah yang menimpa diriku akhir akhir ini," sambung Yura lagi.
"Masalah dirimu dengan Taehyung?" Tebak Hara.
Yura menoleh ke arah sahabatnya itu, kedua alisnya menyatu. "Dari mana kau tahu?"
Hara tersenyum. Digenggamnya telapak tangan gadis yang terlihat menyedihkan. "Aku sahabatmu, mana mungkin aku tidak tahu."
Senyuman yang Hara berikan seakan menjadi obat bagi Yura. Jadi ia tidak perlu lagi susah payah mengulang cerita yang akan membuat dirinya runtuh.
"Aku ingin semua ini berakhir. Ditambah lagi Taehyung yang baru saja menyatakan perasaannya kepadaku," Yura kembali mengulang kejadian saat dirinya dan Taehyung berada di mobil.
Kini kedua alis Hara yang menyatu. "Bukannya kalian memang sudah berpacaran?"
Yura tersenyum segaris. "Itu hanya cara dia supaya aku terhindar dari masalah yang lain."
"Kau menyukainya?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Hara sukses membuat Jantung Yura berhenti sepersekian detik.
Lalu kedua bahu Yura terangkat. Ia tersenyum hambar. "Entahlah... hanya saja saat dia menyatakan perasaannya padaku itu membuat diriku senang sekaligus takut."
"Takut?" Tanya Hara yang semakin bingung dibuatnya.
Yura mengangguk pelan. "Eung, a-aku takut ia hanya ingin bermain dengan perasaanku."