2

327 15 0
                                    


Dasar menyebalkan! Urusi saja urusanmu, Dev!

Feby marah-marah dalam hati.

Naik tangga menuju kamar, Feby mendengar kedua orang tuanya saling berteiak. Ia melangkah perlahan menuju dapur.

Feby membeku di depan pintu dapur, ayahnya sedang menjambak rambut ibunya sampai kepalanya menengadah keatas.

"Ayah, Lepaskan ibu! Apa yang ayah lakukan? Lepaskan ibuku, ayah!" Feby panik.

"Biar saja! Biar dia mati sekalian!"

"Ayah apa yang ayah katakan? Dia ibuku, dia istrimu. Kasihan ibu, ayah!"

"Diam!"

Setetes air mata jatuh. Ia kaget, ayah sebelumnya tidak pernah membentaknya atau berkata kasar.

"Dia bukan istriku lagi. Aku sangat jijik dengan wanita murahan ini, dan dia pantas untuk mati!"

Apakah dia ayahku?

"Tapi kenapa.. kenapa ayah menghina ibu?"

"Ibu? Apakah kau masih mau mengakuinya ibu setelah tahu kebenarannya?"

Dimas, ayah Feby, menarik lengannya dan mencengkeram kedua bahunya.

"Dengar, wanita yang kamu sebut sebagai ibu telah berselingkuh dengan bos ayah. Tadi ayah sengaja  pulang cepat karena ingin mengajaknya berbaikan dan meminta maaf, malah menyaksikannya sedang bermesraan di atas ranjang tanpa sehelai benang pun. Bayangkan Feby, apa yang mereka lakukan?! Hah? Apa?! Itu yang kau sebut ibu? Hah?!"

Feby menutup mulutnya, Ia menatap ibunya. Memang hubungan ke dua orang tuanya tidak baik sejak ayah mengalami kebangkrutan setahun yang lalu. Biasanya pertengkaran mereka hanya masalah biaya sekolah, uang belanja bulanan, dan kebutuhan rumah yang lain.Tapi ini, perselingkuhan ibunya  dengan bos ayah?

Dimas membuang napas marah, mengambil minum dan membanting gelasnya kelantai.

"Kau wanita tidak tahu diri! Jangan pernah mencariku lagi! Aku tidak sudi bertemu denganmu! Dasar wanita sialan!" Dimas langsung pergi dari dapur.

Hening.

"Maafkan ibu, By. Ibu bersalah."

Feby menatap Liana, ibunya, dengan kecewa. Matanya sembab, hidungnya mimisan, rambutnya berantakan, pipi kanannya bengkak dan sudut bibirnya berdarah, juga hanya menggunakan selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Feby tersenyum hambar, menatap langit-langit dapur.

Ibuku seperti ini? sulit dipercaya.

Ia selalu membanggakan Liana, Ibu yang sangat disayanginya. Orang yang sangat dihormati dan sangat dihargai perkataannya tega menghancurkan keluarganya sendiri dengan berselingkuh.

Aku tidak habis pikir dengan semua ini, Tuhan.

Feby pergi dari hadapan Liana, meninggalkannya di dapur sendirian. Suara isak tangis itu masih bisa ia dengar.

Feby melihat Dimas berdiri dekat jendela kamarnya, menatap kosong keluar jendela.

"Ayah?"

Ayahnya sedang menangis. Feby memeluknya.

Dimas mengusap bahu dan kepala  putri kesayangannya. Feby mendongak melihat ke wajah ayah.

"Feby, ayah sangat menyayangimu. Tapi ayah tidak bisa bersama ibumu lagi."

"Ayah sudah menelpon saudara ayah untuk mengurus surat perceraian. Ayah akan melepas ibumu, mungkin ini juga kesalahan ayah yang membiayai kalian dengan uang pas-pasan. Tapi ayah sudah berusaha, By. Hanya itu kemampuan ayah."

Be Twice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang