"Kamu sudah sadar?" Sam mengusap kepala Feby.
"Engh.."
"Maafkan paman, By."
"Paman Sam? Kenapa minta maaf? Paman tidak salah." Feby tersenyum lembut.
"Seandainya aku tidak meminum kopi racikan itu semuanya tidak akan seperti ini." Sam merenung. Feby hanya tersenyum sedih.
Pintu kamar terbuka.
Keluarga Alexander masuk satu persatu.
Dev duduk di samping Feby. Ia menatap gadisnya yang terlihat lebih pucat. Tatapan mata gadisnya pun sendu. Ini akibat dari ulahnya."By, aku, Alexander Devan berjanji akan menikahimu dengan sah di hadapan Tuhan dan di depan hukum. Aku ingin pernikahan kita sesegera mungkin dan kamu tidak boleh menolak."
Feby melebarkan matanya tidak percaya. Begitupun dengan Sam dan anggota keluarga Alexander.
"Tidak bisa! Apa-apaan kamu, Dev? Tidak seharusnya kamu melakukan ini. Kamu tidak sengaja melakukannya, seharusnya dia sadar itu. Dia pasti juga sudah memaafkanmu. Sudah hentikan jangan bersandiwara tidak perlu seperti ini. Buang waktu saja." Yulia membentak.
"Tidak. Aku tetap pada keputusanku, nek. Apapun yang nenek atau kalian semua yang tidak bisa menerima keputusanku tidak perlu ikut campur." Tegas Dev.
"Keras kepala!" Jihan berteriak kesal.
"Sudah cukup! Dev, lakukan tanggungjawabmu. Pergilah untuk meminta restu pada calon mertuamu." Davin menengahi.
"Terima kasih, pa." Dev tersenyum lega.
"Biarkan Feby disini bersama kami."
Dev tersenyum senang ke arah Feby.
"Aku pergi sebentar untuk menemui ayahmu. Aku akan kembali lagi nanti." Dev mengecup kepala Feby. Wajah cantik Feby merona.
Semoga kamu berhasil, Dev.
_*_
Devan memarkirkan mobilnya di depan rumah Feby. Menyandarkan tubuhnya dan mengusap gusar wajahnya.
Apa yang sudah kulakukan? Om Dimas pasti akan marah jika tahu aku memperkosa putri kesayangannya. Ah! Sial.
Dev meninju roda kemudi.
Dev membuka pintu mobil, berjalan ke rumah bercat putih itu dan mengetuk pintunya.
Sesaat kemudian pintu terbuka. Dimas berdiri disana.Dev menahan nafas sejenak.
"Oh, Dev. Mari silahkan masuk." Dimas santai.
"Makasih, Om."
"Duduklah. Mau minum teh atau kopi?"
"Teh. Teh saja, Om. Terimakasih."
"Oke, sebentar."
Dimas berjalan ke dapur, membuat minum.
Sementara Dev berpikir ulang untuk menyampaikan maksud kedatangannya.
Ia ragu untuk mengatakannya. Terlintas pikiran-pikiran buruk dikepalanya. Tapi, apa ia harus mundur? Ia sudah melangkah sejauh ini.Dimas datang membawa secangkir teh hangat, duduk di sofa tunggal. Dev menatap Dimas ragu.
"Om."
"Ada apa, Dev? Kenapa tegang sekali? Santai saja." Dimas tersenyum.
"Tidak apa-apa, Om."
-kamis, 19 April 2018-
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Twice [Completed]
Romansasahabat berlawanan jenis, memang tidak akan selamanya murni sebagai sahabat. Si gadis sederhana, sahabatnya yang sombong, dan sebuah nama dari mimpinya.