25

174 5 0
                                    

Reina berdiri di balkon kamarnya. Ia tersenyum melihat kedua putranya berlarian menghindari Feby yang membawa selang air. Mereka tertawa bahagia tanpa beban.

Ini seperti kilasan masa lalu, dimana ia melihat Alva yang masih remaja. Reina masih ingat bagaimana dulu Alva dan Devan berkelahi karena seorang gadis cantik keturunan Amerika. Alva pulang dengan lebam di wajahnya. Karena panik ia hampir menelpon polisi, tapi Alva mencegahnya dengan menceritakan kronologi kejadian. Saat itu Reina hanya tersenyum dan berkata kalau Alva sudah dewasa.

"Sini Lo! Gantian gue yang siram! Fin, ambil sabun cuci mobil. Kita mandiin Feby bareng-bareng." Alva bersemangat sambil memeluk Feby dari belakang.

"Nooooo.. jangan! Ampun ampun. Aku bisa mandi sendiri, Al. Lepasin." Feby memohon.

Fino tertawa terbahak-bahak sambil menyirami air ke Alva dan Feby.

"Itu hukuman buat Lo, princess. Kemarin Lo ga ada saat gue butuh." Alva masih memeluk Feby.

"Maaf. Sudah Fino, dingin."

Alva melihat bibir gadis didepannya bergetar dan mengungu.

"Matiin airnya, Fin."

"Oke bos." Fino mematikan keran airnya. "Gue duluan, bang."

Reina masih di balkon sambil mengamati Feby dan Alva yang masih di halaman.

Reina memperhatikan putranya, ia terlihat bahagia. Berbeda dengan dulu saat Alva bertunangan, wajahnya hanya datar dan tidak ada senyum sedikitpun.

Terpikir olehnya, bagaimana kalau ia menjodohkan Alva dengan Feby saja. Gadis itu sangat baik. Tapi apakah Dimas akan merestui jika Alva meminang putrinya? Sedangkan ibunya Feby saja tewas karena suaminya. Fredi memang brengsek. Reina sangat membencinya saat tahu seperti apa kelakuan Fredi saat ia di Belanda.

Reina menghembuskan nafasnya berat.

Apa yang bisa ia lakukan untuk anaknya? Ia tahu Alva mencintai Feby. Entah anaknya itu menyadarinya atau tidak.

Sebuah rencana terbit.

Baiklah, ini akan menjadi awal.

Reina tersenyum saat melihat Alva dan Feby sedang melakukan janji kelingking.

-*-

"Alva, mama mau mengajak Feby bertemu dengan teman mama. Kamu mau ikut?" Reina menghampiri anaknya yang sedang memakai kaos di kamarnya.

"Siapa?" Tanyanya cuek.

"Seminggu yang lalu teman mama itu baru pulang dari Perancis."

"Oh. Tanya aja sama Feby langsung. Kalau dia mau, aku ikut." Alva merebahkan dirinya di tempat tidur.

"Oke. Janji ya?" Alva hanya bergumam.

Yes. Alva sudah terperangkap, tinggal memaksa Feby.

Reina berjalan keluar kamar Alva tanpa menutup pintunya. Ia berjalan cepat ke kamar Feby.

-*-

"Sudah selesai. Ayo cepat. Jangan buat teman tante menunggu." Reina terlihat puas dengan makeover yang ia terapkan pada Feby.

"Perfect!"

"Tapi ini terlalu berlebihan, Tante." Feby menatap Reina merasa tidak enak.

"Tidak sama sekali. Pasti setelah kamu bertemu siapapun yang mengenal kamu, tidak akan mengenali dirimu lagi. Sudah sana, tolong bangunkan Alva ya. Tante mau dandan juga biar tidak kalah cantik dari kamu. Dah." Reina langsung melesat pergi.

Be Twice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang