5

254 11 0
                                    


Haii, jumpa lagii. Maaf ya kalau aku jarang ngepost, so karya ini dibuat menjelang ujian. tenang ajj masih ada terusannya kok.. Selamat membaca^^






Dev duduk di sofa ruangan papanya. Pikirannya masih seputar Feby.

Kenapa dia tidak pernah cerita?
Tebakan mungkin Feby marah karena kata-kataku kemarin ternyata salah.

Tapi, kalau dia benar-benar akan membawa seorang pria bagaimana?

Ah tidak mungkin. Feby hanya gadis sederhana dan polos. Tidak mungkin ada yang menyukainya. Kaum adam juga pasti menyukai gadis-gadis cantik, sexy, dan modern. Bukan sepertinya yang kuno.

"Dev apa yang kamu lamunkan siang-siang begini? Sampai senyum-senyum sendiri lagi." David menggodanya.

"Bukan apa-apa, pa."

"Beneran bukan apa-apa? Kenapa muka kamu merah gitu?"

"Kenapa papa memintaku datang kemari?" Dev mengalihkan.

"Papa hanya ingin kau mengenal lebih dalam lagi perusahaan ini, Dev. Papa mau kau menjadi seorang pria yang bertanggung jawab untuk keluargamu kelak." David duduk di samping Dev dan memegang kedua bahunya.

"Umur papa sudah tidak muda lagi. Ku harap kau mau belajar menjadi seorang pemimpin perusahaan. Jika kau berhasil, papa akan memberikanmu kuasa penuh perusahaan yang ada di California."

"Oke, aku akan belajar menjadi seorang pemimpin yang baik, bijaksana, dan juga tampan." Dev sambil mengedipkan sebelah mata pada ayah.

"Papa heran kenapa laki-laki narsis sepertimu bisa dikelilingi banyak gadis? Dan kenapa Feby mau bersahabat denganmu? Apakah dia tidak merasa risih?" David tertawa.

Dev menelan ludah, ragu untuk menceritakan sahabat karibnya.

"Pa, By bilang dia sakit jadi tadi aku ke rumahnya. Tante Li bilang Feby tidak ada disana. Lalu, tante Li menceritakan masalah yang dialaminya."

"Tante Li terpaksa selingkuh dengan bos Om Dimas karena masalah ekonomi. Tante Li bilang, Om Dimas pergi dari rumah, dan By memilih ikut bersama Om Dimas. Aku sudah bertanya pada tante Li kemana mereka pergi, tapi tante Li tidak tahu. Aku juga sudah menelpon dan mengirimkan pesan pada Feby, tapi tidak direspon."

"Feby bilang dia sakit, bukan? Mungkin dia sedang istirahat, Dev. Papa kasihan padanya." David menghela napas berat.

"Setelah kau bertemu dengannya nanti, ajak dia kerumah. Dia pasti ada ditempat yang jauh sekarang. Dimas tidak memiliki keluarga disini. Dia pasti pulang kerumah ayahnya, kakek Joe." David memberi tahu.

Rumah kakek Joe? Itu lumayan jauh dari sini.

"Terimakasih, pa. Aku akan membawa Feby pulang kerumah kita." Pamitnya sambil mencium tangan David.

"Semoga berhasil, son." David mendukung.

Dev tersenyum dan keluar dari ruangan papanya, setengah berlari menuju parkiran.

Sebelum membuka pintu mobil, ia mendengar seorang laki-laki berteriak marah.

Ah, itu bukan urusanku.

Be Twice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang