Hari yang membosankan.
Dev mengunci diri di kamar.
Tidak mau keluar setelah sarapan. Lebih tepatnya menghindari neneknya yang sangat menyebalkan.Yulia mengomel sejak sarapan sampai sekarang. Tidak ada yang berani membantah perkataannya. Ini semua karena masalah kemarin di restoran. Yulia gagal membuat acara perjodohannya dengan Whitney. Ya tentu saja gagal, ia bukan orang yang bisa dipaksa.
Ceramah nenek selalu mengarah pada perjodohan. Selalu topik itu. Bahkan setelah ia mengatakan hanya akan menikahi Feby, Yulia tidak terima.
Yulia menolaknya mentah-mentah.Suara pintu diketuk kencang disertai suara Yulia yang dihindarinya.
Dev yang sedang berdiri dibalkon hanya membalikkan tubuhnya menatap pintu kamarnya.Saat dirasa neneknya sudah pergi, Dev menghembuskan nafas panjang.
"Dasar wanita. Semua merepotkan. Hanya merepotkan." Dev mengusap wajahnya kasar.
Terdengar pintu diketuk pelan. Kali ini Sam yang memanggilnya.
"Tuan muda, ada tamu untuk anda. Ia ada dibawah. Apakah anda ingin menemuinya?"
"Siapa, Sam?"
"Namanya Nana."
"Bilang padanya untuk menunggu. Aku akan segera kesana."
Apa yang diinginkan wanita bermata dollar itu? Awas saja bila ocehannya sama tidak bagusnya dengan nenek.
Dev menuruni tangga menuju ruang tamu. Ada Nana dan juga neneknya disana.
"Ada apa?" Dev dengan suaranya yang dingin.
"Kenapa kau tidak sopan sekali dengan seorang tamu Dev?" Omel neneknya.
"Tidak apa-apa, nek." Nana tersenyum manis.
"Apa kau akan berdiri terus disana? Hormatilah tamu yang datang ke rumah ini Alexander Devan."
Dengan malas Dev duduk di sofa tunggal samping kanan neneknya, kemudian menatap Nana dengan tajam. Dia masih tidak menyukai Nana karena sifat dan sikap gadis itu sendiri. Juga rasa benci Nana untuk Feby.
Nana berdeham.
"Sebelumnya maaf aku mengganggu waktumu, Alex. Aku.. aku kesini ingin menceritakan tentang-"
"Oh itu dia sudah datang. Kemarilah sayang, Dev disini sedang berbicara dengan tamunya." Kata neneknya heboh.
Dev menolehkan kepalanya dan mendapati Whitney dengan gaun minimnya membuat tubuh sexy dan indahnya tercetak jelas.
"Silahkan duduk sayang, kau mau minum apa?" Tanya neneknya dengan penuh perhatian.
"Aku ingin kopi saja, Omah." Whitney dengan suara yang lembut dan membuat Dev menjadi muak akan ketiga wanita disekitarnya.
"Omah? Oh itu panggilan yang sangat bagus. Buatkan kopi untuknya dan untukku. Kau mau juga Dev?"
"Tidak."
"Buatkan dua saja kalau begitu."
"Oh iya, kenalkan, Meta ini adalah calon istri Devan. Cantik bukan? Ia juga memiliki tubuh yang sangat indah. Semua mata akan melihatnya dengan takjub, apalagi jika sedang bersanding bersama Devan. Ah rasanya pasti sangat serasi sekali. Iya kan?" Tanya neneknya pada Nana.
Malangnya Nana. Dev membatin.
"A-apa?" Nana melongo.
"Kita bicara di cafe saja. Ayo Nana." Dev menarik tangan Nana.
"Devan, calon istrimu tidak diajak?"
-*-
Nana mengikuti langkah Dev.
Entah akan kemana. Kalau ke cafe di gerbang utama perumahan mungkin dengan mobil lebih cepat sampai.
Tapi ini, jalan kaki! What the hell?!"Alex, apa masih jauh?" Nana jalan dengan marah di samping Dev.
"Kau tahu dimana cafe nya, Nana." Dev santai.
"Udah gila kali ya? Masa iya gue jalan kaki pakai hak tujuh senti, masih jauh lagi!" Nana menggerutu kesal. Dev mendengarnya.
"Bukankah kau mencintaiku Nana?"
Nana langsung menggandeng tangan Dev, bergelayut manja."Oh itu sangat jelas, sayang." Nana tersenyum.
"Kalau nanti perusahaanku bangkrut, kita akan seperti ini sampai perusahaanku bangkit lagi. Juga pakaian puluhan juta, rumah mewah, mobil mahal tidak ada di kehidupan susah. Jangan lupa dengan makanan murahan di pinggir jalan, kau pernah mencobanya?"
Nana menerawang kehidupan miskin dari cerita Dev.
Gue gak mungkin sanggup. Bisa mati kalo kaya gitu.
Nana menelan ludah dengan susah.
"Aku yakin bisa. Kamu kan selalu disisi aku. Kamu juga kalo jadi miskin ga akan keliatan jelek." Nana menatap Dev, bangga dengan jawabannya.
"Hmm, bagaimana dengan cobaan hidup yang lain? Kecelakaan mobil misalnya? Wajah tampan ini rusak parah, kaki lumpuh, tangan yang sedang kau rangkul ini hilang diamputasi. Apa kau masih akan bersamaku?" Dev menatap Nana yang terpaku padanya.
Dev berhenti berjalan, Nana juga. Mereka saling tatap.
"Kau tidak akan sanggup Nana, begitu juga dengan wanita pilihan nenek. Kecuali, Feby. Dia tidak seperti kalian. Itulah kenapa aku memilih mencintainya. Bukan karena paras, bukan karena siapa dia. Tapi karena ketulusan hati yang terlihat dari matanya, ku tetapkan Feby sebagai orang yang paling ku butuhkan."
-21 Agustus 2018-

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Twice [Completed]
Romancesahabat berlawanan jenis, memang tidak akan selamanya murni sebagai sahabat. Si gadis sederhana, sahabatnya yang sombong, dan sebuah nama dari mimpinya.