4

232 13 0
                                    


Dev mematikan mesin mobilnya. 
Rumah Feby begitu sepi. Dev mengetuk pintu, tidak ada tanda pintu akan dibuka.

Dev mengirim pesan,

Kamu sendirian?

Tidak ada balasan.

Dev mengetuk pintu lagi. Liana yang membuka pintu.

"Selamat siang, tante Li. Aku ingin bertemu Feby." Dev tersenyum.

"Dia tidak ada disini. Dia sudah pergi kemarin. Dia tidak akan kesini lagi, Dev." kata Liana dengan wajah sedih.

"Maksud tante?" Dev bingung.

"Lebih baik kamu masuk dulu dan kita bicara di dalam saja. Ayo silahkan masuk, Dev."

Liana memberi jalan Dev untuk masuk.

"Silahkan duduk, Dev. Kamu mau minum apa?" tanya Liana pada Dev.

"Air putih aja, tante."

"Tunggu sebentar ya, Dev." kata Liana sambil berjalan ke dapur.

Beberapa menit kemudian, Liana kembali ke ruang tamu dengan membawa segelas air putih dan beberapa toples cemilan.

"Ini air putihnya sama sedikit cemilan. Maaf tante belum belanja." Ucap Liana sambil tersenyum.

"Iya, gak apa-apa kok tante." balas Dev sambil tersenyum juga.

Liana mengambil napas panjang dan bersiap untuk menceritakannya pada Dev. Liana sudah menganggap Dev sebagai anaknya sendiri, dan dia percaya kalau Dev orang yang baik dan bisa dipercaya.

"Kemarin, aku dan Dimas bertengkar hebat. Itu kesalahanku. Hubunganku dengan Dimas memang kurang baik akhir-akhir ini. Kamu ingatkan waktu itu perusahaan ayah Feby kebakaran dan tidak menyisakan apapun?" tanya Liana.

"Iya, aku masih mengingatnya. Aku juga ada disana bersama Feby." jelas Dev.

"Disanalah aku berkenalan dengan Fredi. Fredi yang menawarkan pekerjaan pada Dimas. Dimas menerimanya dan bekerja disana."

"Aku sudah lama berhubungan dengan Fredi, tapi Dimas tidak mengetahui hubungan kami. Kemarin Fredi datang ke rumahku dan dia melamarku. Dia tidak ingin menutupi hubungan kami lagi." Liana menangis.

"Ketika kami di kamar sedang bermesraan, Dimas datang dan langsung memukuli Fredi sampai babak belur. Fredi mengatakan dia ingin menikahiku segera, dan Dimas tambah memukulinya. Aku mencoba memisahkan mereka berdua, tapi Dimas malah menarik rambutku dan membawaku ke dapur. Dia menamparku sampai bibirku pecah dan hidungku mimisan. Aku tidak tahu kalau dia akan pulang sore hari, biasanya dia pulang larut malam."

Dev tidak pernah tahu tentang ini.

"Dimas memakiku dan menghinaku. Aku bilang pada Dimas Aku seperti ini karena dia tidak pernah menghargaiku selama ini. Dia menelantarkan aku dan Feby. Aku yang selama ini mencari nafkah untuk kami bertiga, dan Dimas hanya punya uang untuk biaya sekolah saja. Dimas selalu menghabiskan uangnya sendiri."

"Aku terpaksa, Dev. Aku terpaksa melakukan ini. Ini semua demi mereka. Mereka pergi dari rumah ini untuk selamanya. Mereka meninggalkanku disini sendirian." Liana menangis kencang setelah mengakhiri ceritanya.

Dev menenangkan Liana. Ia juga melihat wajah Liana memar-memar.

Bagaimana dengan Feby? Dia tidak pernah menceritakan apapun tentang keluarganya.

"Tapi tante tahu dimana Feby sekarang?"

"Aku tidak tahu Dimas membawanya kemana." jawab Liana sesenggukan.

"Aku sudah menelponnya, tetapi tidak diangkat."

Pesan masuk di ponsel Dev. Papanya yang mengirim pesan.

Dev, bisa datang ke kantor papa? Sekarang jika kau tidak sibuk.

Dad.


"Apa itu pesan dari Feby?" tanya Liana penasaran.

"Bukan, tante. Ini pesan dari papa. Beliau memintaku untuk datang ke kantornya."

"Oh, ya sudah. Segeralah temui papamu. Jangan membuatnya menunggu." kata Liana sambil tersenyum.

"Maaf membuatmu jadi mendengar hal yang memalukan, Dev."

"Iya, tante. Aku juga minta maaf telah mengganggu, tante." kata Dev canggung.

Dev pamit dan mencium tangan Liana.

"Nanti aku akan mencoba menghubungi Feby lagi."

Dev mengangguk dan berbalik pergi.

Baru tiga langkah, Liana memanggilnya, mendekati Dev.

"Dev, aku punya permintaan." Liana berkata dengan wajah yang serius.

"Jika kamu nanti bertemu dengan Feby bilang padanya jangan melupakan Tuhanmu dan suruh dia menemuiku di rumahku. Alamatnya ada dikertas ini. Tolong berikan padanya ya." Liana berkata sambil tersenyum sedih.

"Oh, tolong juga berikan buku-buku pelajarannya. Tolong suruh dia untuk melanjutkan sekolahnya. Aku ingin dia sekolah sampai perguruan tinggi. Tolong bantu dia, Dev. Tolong jaga Febyku."

"Iya, tante. Akan Dev sampaikan. Aku pamit, tante. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup. Tante Li terlihat sangat kurus dan ada lingkaran hitam di mata tante." kata Dev menasihati.

"Iya, tante akan makan setelah itu tidur dengan tenang." Liana mengatakannya sambil tersenyum.

Dev masuk ke mobilnya dan menyalakan mesin mobil kemudian berlalu pergi.

Liana memperhatikan mobil Dev yang mulai menjauh. Dia tersenyum saat Dev melihatnya lewat kaca spion mobil. Liana mengatakan sesuatu sambil melambaikan tangan.

Dev menangkap kalimat yang diucapkan tante Li dengan membaca gerak bibirnya.

Aku menyayangi kalian.
















-12 Februari 2017-

Be Twice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang