19

221 4 0
                                    

Ini flashback ya,

Malam itu..

Ada paman Sam yang sudah menunggunya siuman dan Dev yang berjanji padanya akan menemui ayahnya malam itu.

Dokter menyarankan Feby untuk makan lalu tidur lagi dan jangan terlalu banyak pikiran.

Setelah makan malamnya habis, dia menyimpannya dinampan atas nakas. Setelah menguap berkali-kali matanya tidak kunjung menutup.

Akhirnya dia termenung.

Ia mengingat kejadian tadi sore.

Dev melakukan perbuatan asusila padanya. Ia sadar saat itu, merasakan sakit karena cengkraman tangan Dev yang begitu kuat sampai membuatnya meringis kesakitan. Tapi Dev tetap melanjutkan aktivitasnya. Sampai akhirnya Dev mengambil kesuciannya di atas sofa pojok ruangan, ia merasakan sakit itu.

Setelah Dev mengakhirinya, laki-laki itu mencium kening Feby dan mengusap pipi gadisnya. Dia melihat gadisnya itu menangis tanpa suara. Dev tidak mabuk sama sekali. Dia sudah kebal terhadap alkohol karena wanita jalang, pacar dewasanya itulah yang menantangnya untuk minum tiap malam.

Saat Feby tidur karena bius di minuman itu, Dev juga berbaring disampingnya. Dev berkali-kali mencium tangan Feby dan meminta maaf walaupun gadis itu pasti tidak mendengarnya, tapi ia tetap melakukannya.

Awalnya ia ragu untuk menodai gadisnya yang suci.

Apakah Feby akan meminta pertanggungjawaban ku? Memang itu yang ku inginkan, agar secepatnya aku menikahinya dan menjadikan dia untukku saja.

Atau tidak akan menampakkan diri di hadapanku lagi? Bagaimana kalau opsi ke dua yang dipilihnya?

Dev tahu Feby itu seperti apa, maka dia hanya punya dua pilihan.

Kepala Dev berdenyut memikirkannya.

Dev mengambil anggur di belakang lemari bacanya. Dia terpaksa menyembunyikan minuman haram ini karena mamanya pasti akan marah besar padanya.

Bagaimana dengan ayahnya? Sudah pasti Dev akan babak-belur dihajar habis-habisan.

Dengan kalut dia menyesap anggurnya.

Harus seperti apa? Aku menginginkannya, tapi bagaimana?

Dev menyesap anggurnya lagi sambil memperhatikan Feby dari sofa pojok kamarnya.

Feby gadis baik-baik. Dia dibesarkan dan di didik dengan baik oleh Om Dimas dan Tante Liana. Feby tidak pernah keluar malam, jam tujuh saja dia pasti sudah dirumah. Dia gadis yang patuh terhadap orang tuanya. Tidak pernah melanggar peraturan-peraturan ibunya. Selalu meminta ijin ayahnya terhadap suatu hal. Juga tidak pernah berpacaran.
Ya, itulah gadisnya. Tidak pernah berpacaran. Mungkin dia tidak tahu bagaimana rasanya memiliki kekasih.

Tunggu, dirumah kakek Joe aku melihat pria yang memeluk Feby dan dia bilang calon suaminya? Rahang Dev mengeras dan tangannya mencengkram gelas anggur ditangannya. Menyesap anggurnya lagi, masih melihat ke arah Feby diranjangnya yang terlelap.

Kalau tidak salah namanya Nauval. Ya.. Nauval. Tapi mungkin Feby sudah melupakannya. Karena pemeran baru hadir setelah pemakaman Tante Liana, Alva Hartanugraha, pria yang diceritakan Feby sebelum ke makam waktu itu.

Dev mengusap pelipisnya.

Kenapa semakin bertambah saingannya? Tidak mungkin mereka benar-benar menyukai gadisku? Dia tidak secantik dan sexy seperti Bella. Hah! Aku jadi teringat wanita jalang itu.
Dev tersenyum sinis mengingat mantan pacarnya itu.

Feby bergerak mengganti posisi tidurnya, membelakangi Dev. Melihat itu Dev langsung menenggak habis anggurnya.
Dan terjadilah apa yang harusnya tidak terjadi..



Ini lanjutan yg 18 yaa, biar ga putus ceritanya😁


-07 Agustus 2018-

Be Twice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang