6

289 9 0
                                    


Penjaga mansion melihat Tuan mudanya dengan mobil merahnya.
Pagar bercat hitam dan tinggi itu terbuka lebar. Sebuah bangunan mewah khas negara yang di sepanjang jalan menuju rumahnya dipasang lampu-lampu bercahaya jingga.

Dev mematikan mesin mobilnya tepat di depan pintu utama. Pelayan dengan sigap menangkap kunci mobil yang dilemparnya.

Kepala pelayan mansion, Sam, yang sedang mengawasi para pelayan membungkuk hormat. Tapi yang diberi hormat hanya melewati mereka. Dev sudah biasa bersikap acuh kepada orang-orang di mansion. Baginya, ia hanya perlu menghormati orang tuanya dan juga tamu yang berkunjung.

Dev masuk kedalam ruangan bernuansa hitam putih abu-abu, kamarnya. Ia meletakan tas, membuka jaket, jam tangan mahalnya juga sepatunya.

Mungkin berendam sebentar akan membuat tubuh relax.

Beberapa lama kemudian Dev keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan dari pinggang kebawah. Ia masuk ke ruang pakaian.

Selesai.

Dev berdiri didepan cermin meja rias, menyisir juga menata rambutnya dengan gel rambut kemudian berdiri di depan cermin memperhatikan penampilannya.

Celana jeans escada biru tua, atasan kaos bertuliskan G**** yang menutupi perut berototnya, jaket Off-White, Rolex, dan wewangian dari Clive Christian No. 1. Ditambah wajah tampan keturunan Amerika-Indo yang maskulin.

Sempurna.

Ia tampan dan sempurna. Para gadis dan wanita menginginkannya untuk menjadi pacar bahkan suami mereka. Tapi kenapa Feby tidak pernah menunjukkan rasa tertarik atau kagum? Apa dia tidak normal? pikir Dev sambil mengingat ekspresi Feby saat bertemu dengannya. 

Lebih baik solat Ashar terlebih dulu sebelum berangkat. Ia juga punya rencana untuk menginap di rumah Kakek Joe.

-*-

Dev menuruni tangga menuju dapur. Ada beberapa pelayan dan tiga orang koki yang sedang memasak. Mereka berhenti sejenak dari kegiatan mereka untuk membungkukkan badan. Dev mengangkat kedua alisnya lalu pergi dari dapur. Yang ia cari tidak ada disana.

Dev mencari Sam diruang tengah, ternyata hanya ada para pelayan yang sedang menunduk hormat padanya.

"Kau melihat Sam?" tanya Dev pada salah satu pelayan wanita.

"I-iya, kepala pelayan Sam menuju ruang kerja Tuan David. Tadi Tuan David yang memanggilnya, jadi kepala pelayan Sam datang kesana, Tuan muda." jelas si pelayan wanita yang ditanya oleh Dev.
Wajahnya memerah dan dia terlihat salah tingkah.

"Oh."

"Ada lagi yang bisa saya bantu, Tuan muda?"

"Tidak."

Dev langsung pergi, di belakangnya para pelayan wanita menjerit kagum.

"Ah~Tuan muda Alexander Devan sangat tampan. Kau sangat beruntung sekali tadi." kata seorang pelayan wanita.

"Aku juga mau jika diajak berbicara dengannya." rengek seorang pelayan wanita yang lain.

"Tapi aku lebih cantik dari kalian, dan dia pasti akan memilihku." kata pelayan wanita menyombongkan diri.

"Tapi aku tidak mau dengan seorang pelayan." suara bariton Alexander Devan.

Semua orang diruang tengah langsung diam.

"Kalian-tunjuk Dev pada para pelayan wanita- apa kalian dibayar untuk itu?" tanya Dev dingin.

"Maafkan kami Tuan muda. Kami tidak akan mengulanginya lagi." kata perwakilan dari para pelayan wanita.

Be Twice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang