14

135 6 2
                                    


Sudah jam 3 sore.

Aku berlari masuk gerbang mansion Alexander, di parkiran ada mobil yang tidak pernah ku lihat.
Mungkin tamu. Tapi, bukannya Om dan tante sudah berangkat ke California?

Feby membuka pintu utama melewati ruang tamu.

Sepi.

Feby berjalan ke arah tangga.
Oh! taksi. Dia menelpon taksi sambil melewati anak tangga.

"Halo, selamat sore, pak. Saya mau pesan taksi ke perumahan Yordan di daerah Jakarta secepatnya."

"..."

"Iya, terimakasih."

Feby setengah berlari menuju kamarnya. Bapak taksinya bilang 15 menit lagi sampai sini.

Di depan pintu kamar, dia menoleh melihat pintu kamar Dev yang setengah terbuka.

'Apa aku harus menemuinya? Tapi mengingat dia tidak mau bertemu denganku membuat ragu. Mungkin sekedar berpamitan untuk yang terakhir kalinya tidak masalah.'

Feby memasuki kamar dan bersiap-siap dulu sebelum menemuinya.

-*-

Feby berdiri di depan pintu kamar Dev, ragu-ragu untuk mengetuk pintunya atau tidak. Memang tidak tertutup rapat, tapi hubungannya dan Dev tidak sama seperti dulu.

Di kepala cantiknya terbayang perkataan tante Nesa yang mengatakan kalau Dev mencintainya, tapi memori di rumah tante Reina membuat hatinya sakit dan hancur.

Dia mengepalkan kedua tangan disisi tubuhnya.

Gadis itu mendorong pintu sampai terbuka lebar dan masuk ke dalamnya. Gadis itu, melihat Dev yang sedang tidur disana.
Feby mendekat ke arahnya dan berdiri di samping tempat tidur.

Selimut menutupi setengah tubuh Dev, dia tidak memakai baju atasan. Rambutnya berantakan dan tidur tengkurap memeluk guling.

Alva benar, dia adalah seorang pangeran dan dia mencintaiku, mungkin, dulu.

Menatap langit-langit kamar supaya air matanya tidak jatuh.

"Dev, bangun!"
Feby mengguncang tubuhnya dengan kedua tangan.

"Dev, bangun!"
Masih belum bangun juga.

Gadis itu menghela nafas. Tidak biasanya dia tidur susah bangun begini?

Gadis itu mendekatkan mulutnya ke telinga laki-laki yang sedang pulas tertidur didepannya.

"Dev, aku pamit. Mungkin tidak akan kembali lagi kemari. Jaga dirimu baik-baik. Aku mencintaimu." air mata menetes mengenai pipi Dev.

Feby segera bangkit dan menghapus air matanya. Entah kenapa ia merasakan sakit dan hancur saat mengingat kejadian semalam.

Feby menutup mulutnya dan terisak. Tangisnya semakin menjadi-jadi.

"Feby?"

"Kaka? Kamu ada disini?"

"Kapan lo balik? Gue telponin ga diangkat-angkat."

"Maaf, Ka. Aku kemarin lagi banyak masalah."

"Dev semalem pingsan di club. Dia minum bir berbotol-botol sampai mabuk. Gue telpon lo, ga diangkat. Gue bingung mau bawa dia kemana. Akhirnya gue telpon rumahnya, mereka malah nyuruh gue yang bawa dia kesini." kata Kaka agak kesal.

"Jadi mobil yang dibawah itu mobil kamu?"

"Iya, mobil gue."

"Ooh.. Makasih Kaka kamu udah bawa dia pulang."

"Tapi kenapa dia ke club malam? Bukannya dia anti alkohol?"

"Aku tidak tahu."

"Masa? Dia manggilin nama lo terus semalem. Mukanya juga sedih."

Feby memandang wajah Dev yang sedang tidur.

"Jangan tinggalin dia, By. Dia cinta sama lo, jangan disia-siain." kata Kaka.

Seandainya dia tahu yang sebenarnya.

"Gue pamit, By. Inget kata-kata gue barusan."

Apa aku bisa memaafkanmu, Dev? Entah, yang ku rasa saat ini.. hambar.













-03 September 2017-

Be Twice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang