16

691 5 0
                                    

Setelah mandi, Feby ingin makan. Perutnya sangat lapar. Ia turun menuju dapur.

Tok tok tok

Oh ada yang mengetuk pintu rumahnya.

"Iya, sebentar." setengah berteriak.

Setelah bercermin dan merapikan rambut, ia berjalan membuka pintu.

"Alva?"

"Hai, By."

Alva tersenyum dan mengangkat tangan kanannya yang membawa makanan. Feby mencium bau makanan lezat.

"Boleh masuk gak?"

"Oh boleh boleh. Silahkan duduk, Al. Kamu mau minum apa?" Mengikuti Alva ke ruang tamunya.

"Haha.. Gak usah repot-repot. Gue bawa makan plus minum kok." Alva  tersenyum lebar menampilkan lesung pipinya.

"Kamu ganteng ya." Ucapnya tanpa sadar.

"Apa? Lo baru sadar kalo gue ganteng?"  Alva membanggakan diri.

Feby salah tingkah.

"Si-siapa yang bilang begitu? Aku-a.."
Alva memasukan potongan ayam goreng ke mulutnya.

"Hahaha.. Lo lucu juga ya. Manis lagi. Seandainya lo mau nikah sama gue pasti gue bakal kasih seluruh hati gue buat lo." Ujar Alva sambil makan.

"Kamu bicara apa? Kamu sudah punya tunangan, Alva."

"Tunangan? Siapa? Gue udah batalin semuanya." Alva tersulut.

"Maksud kamu?" tanyanya bingung.

"Si jalang Mabelline Asta udah gue putusin. Gue liat si pangeran Alexander keluar dari apartemennya dengan wajah marah dan gue masuk ke dalam apartemen Bella. Ternyata mereka habis sex. Hah!" Alva mengingat dengan senyum sinis.

"Apa kurangnya gue, By? Gue ganteng, kaya, gue punya segalanya. Tapi semua cewek yang gue suka bahkan gue cinta lari ke pelukan Alex. Gue merasa ini semua gak adil." Raut wajah Alva putus asa.

Feby mengusap bahunya.

"Kamu akan menemukan kebahagiaan kamu, Alva. Kamu hanya harus bersabar." Feby dengan lembut.

"Sampai kapan, By? Gue udah capek."

"Mungkin tidak sekarang, tapi nanti." Feby memberikan senyum semangat.

"Gue bener tentang lo. Alex aja yang bego udah sia-siain lo, By."

Alva memeluknya tiba-tiba. Ia terkejut, tidak pernah dipeluk erat seperti ini selain dengan Dev.

"Tuhan, gue mau gadis yang dipelukan gue inilah yang menjadi istri gue kelak."

Feby membesarkan mata sipitnya. Tapi ia lebih kaget lagi saat tangan besar menarik lengannya sampai menabrak badan seseorang.

Feby mendongakkan kepala melihat siapa pelakunya, ternyata Dev.

"Dia milikku."

Dev menarik paksa Feby keluar rumah, masuk ke dalam mobil hitam mengkilap.

"Jalan!" Perintah Dev.

"Kamu apa-apaan sih, Dev?" Feby marah.

Dev menatap Feby dengan ke dua mata tajamnya. Tangan Dev yang menggenggam erat tangan kanannya berjalan ke lengan melewati sisi leher dan berhenti di sisi kepalanya.

Dev mendekatkan wajahnya ke arah Feby mencium kening gadis di hadapannya.

Dev membawa Feby kepelukannya. Sebelah tangannya memegang pinggang dan yang satunya melingkar di punggung gadisnya.

Be Twice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang