9. Alena Vs Dewi

24.9K 1.2K 17
                                    

Dewi menekan bel apartemen ini. Menunggu beberapa saat sampai pintunya terbuka. Seorang wanita muda menatapnya datar dengan wajah, rambut dan baju berantakan

"Maaf saya menganggu?" tanya Dewi. Tidak ada keramahan dalam nada suara Dewi seperti pertama kali mereka bertemu. Alena pun begitu. Tidak menyahut dan memberi ruanh Dewi masuk ke dalam apartemennya

"Ada apa?" tanya Alena datar meletakkan segelas air putih untuk Dewi. Meski tak suka akan tamunya tapi Alena berusah bersikap normal menyuguhkan segelas air putih

"Terima kasih" ujar Dewi dengan datar pula

"Kamu tentu tau apa maksud dan tujuan saya datang ke sini bukan?"

"Tentang Dairus?" tanya Alena pelan. Mengingat nama pria itu menimbulkan luka sendiri di hatinya. Apalagi wanita di depannya adalah istri sah laki - laki itu. Alena menghela napas dan membuang wajahnya saat Dewi mengangguk mantap dan menatapnya dengan tatapan penuh rasa benci

"Jauhi Dairus!" ujar Dewi tegas, Alena menatapnya datar "Kau sudah tau kan bahwa Dairus adalah suamiku?" tanya Dewi. Alena masih diam. Dadanya terasa di remuk - remuk, di ulek - ulek, di peres - peres.

"Saya tahu" ujar Alena

"Kalau anda tau, kenapa anda mendekati Dairus?" tanya Dewi. Alena mendesah "Untuk mencari popularitas?" Dewi tertawa. Alena mengernyit bingung

"Saya tau, model - model macam kalian mendekati suami saya agar bisa di promosikan menjadi Model Internasional, mengangkang demi popularitas.. Rendahan sekali ya anda?" hina Dewi. Alena memejamkan matanya mencoba menahan emosinya. Dan kembali menatap Dewi yang berapi - api

"Dairus punya dua putri, Deby dan Dinda, yang jelas - jelas adalah putri asli Dairus. Sementara anda? Saya rasa bayi yang ada dalam kandungan anda bukan bayi Dairus, itu pasti ada campur tangan pria - pria kaya lainnya. Tapi kamu mengatakan bayi itu hasil perbuatan Dairus, untuk apa? Agar bisa menjadi Nyonya Derulo? Menguras harta milik Dairus? Licik!" ujar Dewi. Alena hanya diam saja. Marah? Jelas saja Alena marah di hina sedemikan rupa, dipikir Alena semurah itu? Jika tau dari Awal Dairus memiliki istri sudah pasti Alena gak akan jatuh cinta pada Dewi

"Sudah?" tanya Alena seusai Dewi menyelesaikan kalimatnya. Dewi mendengus jengkel

"Tau arah pintu keluar?" tanya Alena yang semakin membuat Dewi sedikit murka

"Kau mengusirku, huh?" nada Dewi naik satu oktaf

Alena menghela napas menyandarkan tubuhnya dan melipat kedua tangan di dadanya "Ada yang mau dibahas lagi?" tanyanya dengan nada datar

"Jauhi Dairus! Dengar? Jauhi suamiku!!" ujar Dewi lebih keras. Alena mengangguk

"Sebelum memintaku menjauhi Dairus, tolong kamu peringatkan suamimu untuk menjauhiku juga!" tegas Alena

Dewi tertawa "Kau yang suka menggoda suamiku, kalau bukan karena kamu Dairus tak akan selingkuh, wanita murahan!"

"Cukup!" Sepertinya Alena sudah tidak tahan dengan semua kalimat bernada merendahkannya. Dia tidak serendah itu.

"Saya berusaha gak peduli apapun yang kamu katakan, Nyonya Derulo! Tapi sepertinya kamu semakin menjadi - jadi. Pantas saja, Dairus lebih menyukaiku dan berpaling padaku jika dirumahnya hanya ada petasan bocor. Bukannya memberinya kehangatan di saat pulang kerja, kamu malah seperti petasan yang nyeroscos tanpa henti" sindir Alena

"Kurang ajar!"

Alena tersenyum "Dairus suka wanita yang mendesah, bukan yang memaki. Kau tau? Itulah sebabnya Dairus berpaling darimu!"

"Kau yang menggodanya!!" ujarnya tak mau kalah

"Terserah apa katamu, jika memang Dairus mencintaimu dia tak akan menghianatimu. Dia menghianatimu karena mungkin sudah 'muak' dengan tingkah lakumu yang mirip preman pasar" ujarnya

"Siapa yang kau bilang preman pasar?" Alena hampir tertawa karena melihat Dewi begitu terpancing dengan kata - katanya

"Sudah deh, mulai belajar beretika dulu kalau bertamu. Jangan sembarangan. Lebih baik kamu pulang, urusi suami dan anak - anakm. Ntar selingkuh lagi loh, cape kan datengi selingkuhannya satu per satu?" ujar Alena

"Sialan! Sebelum ceramahi aku untuk beretika lebih baik kamu bercermin deh, kamu selain ga beretika kamu juga ga bermoral karena tidur dengan pria yang bukan suamimu bahkan suami orang sampe hamil pula lagi!"

Alena mengedikkan bahunya acuh "Enak sih, ya mana tahan" jawabnya santai

"Kamu..." Dewi geram dengan jawaban Alena. Alena bangkit dari duduknya

"Pergi deh, jangan bikin kepala pusing" usir Alena halus. Dewi bangkit dari duduknya lalu meletakkan sebuah amplop coklat tebal

"Ini uang untuk kamu, kamu bisa pakai buat biaya kamu melahirkan ini lebih dari cukup, maka dari itu pergi deh dari kehidupan suamiku!"

Alena mengambil Amplop itu dan melemparkannya ke wajah Dewi "Aku ga butuh uang dari kalian! Yang aku mau ketenangan! Pergi sekarang juga!!!" teriak Alena yang kehabisan kesabarannya. Dewi tersenyum sinis

"Munafik" memasukkan amplop kembali ke tasnya "Ingat! Jauhi Dairus atau aku akan.."

"Akan apa?"

"Akan membuatmu menyesal!"

Tbc

My SON (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang