14. Bertemu Dairus

28.4K 1.4K 29
                                    

"Alena!!" teriaknya keras. Alena berusaha tidak peduli dan membawa masuk Dey ke dalam mobilnya

"Alena tunggu!" pinta pria itu di depan Alena

"Ada apa lagi?" tanyanya datar

"Aku ingin minta waktumu sebentar saja, aku mau bicara. Bisa?" Alena mendengus jengkel. Membuang rasa yang tiba - tiba menggelitik hatinya

"Bicara apa lagi?"

"Banyak hal, ayolah sebentar saja" Alena melirik arlojinya

"3 jam lagi, di Restaurant Seafood Ujung Jalan apartemen dulu" ujarnya membuat pria di hadapannya menghembuskan napas lega

"Aku akan menunggumu di sana" Alena tak peduli dan menyalakan mobil meninggalkan pria itu denhan sejuta rasa di hatinya.

Dey membongkar isi tasnya dan mengambil sebuah album kecil lalu membukanya. Alena tetap fokus menyetir sampai suara Dey membuyarkan lamunan Alena

"Yang tadi itu ayah bukan sih Bun?" tanyanya denhan suara khas mirip anak - anak cadel. Alena tersentak dan melirik Dey

"Kata siapa sih Dey?"

Dey mengulurkan album foto yang diberikan Alena saat Dey berulang tahun dulu. Alena menepikan mobil dan menatap foto pria yang ditunjukkan Dey. Alena lupa, dia memang menyisipkan foto ayah kandung Dey di album itu. Dey selalu bertanya bagaimana rupa sang ayah dan Alena tak sanggup berbohong pada anak semata wayangnya. Alena menghela napas

"Bukan, mirip aja" jawab Alena pelan kemudian kembali melajukan mobilnya. Dey yang pintar mengkritik tak terima dengan jawaban bundanya

"Bukan bun! Dia ayah Dey! Yey.. Ayah Dey.. Itu tadi ayah Dey" sorak Dey dengan semangat.

"Bukan!! Bunda bilang bukan Deyvan!!" bentak Alena tanpa sadar membuat Dey yang tadinya tersenyum girang lalu terdiam mengkerut ketakutan. Alena menetralkan emosinya dan menyentuh rambut putranya. Tapi sayang Dey menepisnya keras

"Dey" tegur Alena

"Bunda jahat!! Jeyas - jeyas itu ayah Dey. Ini fotonya! Bunda boong sama Dey! Bunda gak sayang Dey agi! Bunda bentak Dey! Dey sebel!" jawab Dey dengan mata berkaca - kaca

"Sayang maafin bunda, bunda gak maksud gitu" Alena menghela napasnya "Iya sayang itu tadi ayah Dey" jawab Alena akhirnya

"Benel kan bun?" Alena mengangguk lemah dengan tetap fokus menyetir

"Bunda mau ketemu ayah kan? Dey ikut.." rengeknya

"Jangan. Dey di kantor onty Silva dulu ya? Nanti bunda jemput"

Deyvan menggeleng kuat "Dey mau ikut!!" kekehnya membuat Alena mendesah jengkel. Sifat keras kepala Dey sering membuat Alena frustasi.
.
.
.
.
.
.

Alena menuju sebuah meja yang berada di ujung restaurant. Tapi pria yang menunggunya lebih memilih ruangan yang bebas rokok, mungkin bisa menikmati pemandangan sore hari di tempat ini. Lagian tidak terlalu ramai di sini. Alena menggandeng tangan Dey yang terlihat bahagia akan bertemu sosok laki - laki yang selalu ada di mimpinya. Membayangkan kehadiran seorang ayah dalam hidupnya.

"Maaf lama" sapa Alena seraya menarik kursi untuk dirinya dan Dey duduk. Pria itu tak lepas menatap bocah laki - laki yang terus saja tersenyum kalau bukan karena ultimatum sang bunda yang melarangnya memanggil pria itu Ayah, dipastikan Dey akan menjerit kehebohan. Dalam imajinasi anak - anaknya sosok sang ayah tidak setampan wujud nyatanya.

"Dia.." Pria itu menggantung kalimatnya menatap Alena. Alena paham, pria ini bertanya tentang bocah cilik yang ikut bersamanya.

"Deyvan, anak saya" jawab Alena pelan. Pria itu tersenyum dan mengangguk

My SON (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang