22. Liburan

20.7K 1.2K 34
                                    

Dey merentangkan tangannya lebar - lebar di depan lautan luas di hadapannya. Seolah melepas beban berat yang dipikul bocah tampan berusia hampir 6 tahun itu. Alena dan Dev berjalan mendekati Dey dan berdiri di sebelah kanan dan kiri Dey. Mereka nampak seperti keluarga yang sedang menikmati sunset indah di pulau Lombok.

Dev membelai rambut kecoklatan milik Dey mengelusnya dengan sayang lalu menatap wanita cantik di sebelahnya. Wanita yang menikmati angin pantai yany menyejukkan menatap deburan ombak yang menenangkan. Sinar jingga menerpa kulitnya membuatnya terlihat semakin mempesona. Bolehkah dia mengakui? Bahwa wanita ini sangat sempurna. Alena merasa di tatap terus menerus lalu menoleh kearah Dev

"Kenapa lihat-lihat?"

Dev tersenyum "Boleh gak aku jujur?"

"Jujur aja"

"Kamu cantik banget Alena, dan aku semakin jatuh cinta denganmu" jujur Dev yang membuat Alena tersipu malu. Menyembunyikan pipi meronanya dengan menatap Dey yang berlari ke sana kemari tertawa terbahak - bahak seolah beban di pundaknya selama di Jakarta terbebas dan terlepaskan

"Dey jangan jauh - jauh" peringat dari Alena yang di balas ancungan jempol oleh bocah itu

"Kamu duduk di sini sendiri gak apa - apa?"

"Kamu mau kemana?"

"Mau main sama Dey, sekalian latihan"

"Latihan apa?"

Dev mendekat dan sedikit berbisik "Latihan jadi ayah yang baik selama 2 minggu ini" lalu melangkah pergi meninggalkan Alena yang terdiam membisu.
.
.
.
.
Alena berjalan dengan di tuntun Dev, matanya tertutup kain hitam. Pelan - pelan Dev menuntun Alena sampai berhenti di sebuah tempat

"Udah sampe?" Tanya Alena.

"Udah, kamu siap - siap ya aku buka" ujar Dev perlahan kain penutup mata Alena terlepas dan mata Alena terbuka perlahan. Mata Alena menangkap banyak cahaya, dan Alena memandang sekitar

Mereka ada di lantai atas hotel pribadi milik Dev. Berada di atas kolam yang telah ditutup dengan kaca bening dengan berhias lampu dan taburan bunga - bunga aneka warna. Sebuah meja dengan tiga kursi tak jauh dari tempat Alena berdiri, di sana telah duduk bocah laki - laki tampan yang tersenyum kearahnya. Banyak lilin yang melingkari tempat ini, banyak taburan bunya dan kerlap kerlip lampu, juga pemandangan Pulau Lombok terlihat jelas dari atas sini. Lampu - lampu yang menghiasi kota nampak terlihat seperti kunang - kunang indahnya.

"Astaga!" Seru Alena takjub dengan pemandangan dan tempat berpijaknya. Ini lebih dari sekedar romantis, lebih dari sekedar makan malam luar biasa. Ini terlihat amazing bagi Alena yang seumur hidupnya belum pernah merasakan keromantisan seperti ini

"Mari" Dev mengulurkan tangannya dan Alena menyambutnya. Seperti seorang Raja dan Ratu di Negeri Dongeng mereka berjalan di atas bunga - bunga aneka warna dan cantik.

"Dey?" Sapa Alena pada bocah tampan yang duduk dengan antengnya menanti bunda dan mungkin calon ayahnya

"Bunda.." ujarnya dengan sumringah. Alena duduk di sebelah kanan Dey dan Dev duduk di hadapannya.

"Kamu buat ini semua?" Tanya Alena masih mengagumi tempat makan malamnya.

"Iya aku dibantu Dey. Iya kan sayang?" Dev menoleh kearah Dey. Deyvan yang sambil menikmati puding nya mengangguk

"Iya Bunda Dey yang bantu papa Dep"

Alena langsung menoleh kearah Dey saat menyebut nama Dev dengan embel - embel papa di depannya

"Papa Dep?" Ulang Alena dan Dey mengangguk mantap

"Iya Papa Dep" ulang Dey sambil tetap menikmati makan malamnya. Dev tertawa sebentar lalu menatap Alena yang kebingungan

"Ga apalah Len, selama dua minggu dianggap ayah sama Dey" ujar Alena. Alena menggeleng

"Jangan. Aku gak mau Dey kecewa lagi" ujar Alena menatap iba putra semata wayangnya. Dev meraih jemari Alena menyebarkan rasa yakin dan nyaman untuk Alena

"Aku tau aku cuma laki - laki bodoh yang belum bisa membuktikan betapa berharganya kalian berdua. Aku ga ingin mengecewakan kalian, biar gimanapun Dey itu keponakan aku juga meski tak ada ikatan darah. Tapi aku menyayanginya seperti anak aku sendiri Alena"

Alena tertawa sinis "Ayah biologisnya aja gak sayang sama dia. Apalagi kamu? Rasanya lucu aja ada orang yang menyayangi anak yang bukan anaknya sendiri. Yang bener - bener anaknya sendiri aja ga sayang apalagi yang cuma 'menganggap' ya kan?" Sinis Alena.

"Terlalu banyak hal yang sudah kamu lalui. Aku gak memaksa kamu buat percaya sama aku. Ijinkan saja aku selama 2 minggu ini bersama kalian" ujar Dev lagi "Tolong lupakan semua masalahmu di Jakarta ini waktunya kita liburan" ujar Dev kemudian melepas pegangan tangannya dari tangan Alena dan kembali sibuk dengan Dey dengan makanannya. Alena hanya menatap interaksi dua pria di hadapannya dengan diam, tak bicara apapun atau menimpali mereka yang sedang sibuk bercanda.

Malam menjadi penutup keseruan mereka hari ini. Wajah bahagia Dey menutupi segala rasa lelah bermainnya seharian ini. Bagaimana tidak, Dev mengajak Dey dan Alena berjalan - jalan mengelilingi kota Lombok. Menikmati panorama wisata yang ada di Lombok. Di akhiri dengan makan malam romantis dan penuh suka cita.

"Belum tidur sayang?" Sapa Alena saat melihat Dey yang masih sibuk memainkan ponselnya. Melihat beberapa gambar yang mereka abadikan. Ada foto selfie mereka bertiga, ada foto Alena sedang tertawa juga foto foto candid lucu Deyvan. Foto - foto yang mirip seperti keluarga kecil yang tengah berlibur

"Belom, bunda" ujarnya masih dengan memainkan ponselnya

"Tidur yuk, besok kan kita mau jalan - jalan lagi sayang? Liat apa sih?" Tanya Alena yang merebahkan diri di ranjang sebelah Deyvan mengintip kegiatan yang sedang di lakukan Deyvan.

"Foto kita Bunda. Ada foto bunda lucu - lucu" ujar Deyvan antusias Alena tersenyum melihat beberapa foto yang terlihat lucu

"Foto Papa Dep lucu Bunda!!" Serunya. Alena tersenyum tipis dan sedikit meringis mendengar panggilan baru Dev.

"Dey, bunda mau tanya bole?" Tanya Alena pelan. Dey mengangguk sekilas masih menatap layar ponselnya

"Kok Dey panggil Om Dev dengan sebutan papa sih sayang?"

Deyvan meletakkan ponselnya lalu memutar matanya dan menatap Alena "Papa Dep sayang sama Dey, Dey mau punya ayah kaya Papa Dep" ujarnya

"Ko gitu sayang? Dey kan udah punya ayah?"

Dey menggeleng "Ayah jahat!! Gak sayang Dey!! Dey mau papa Dep ajah.. papa Dep baik, sayang sama Dey. Katanya papa Dep, Dey boleh panggil papa karena dia juga papa Dey!!"

Alena mendesah pelan "Jangan gitu sayang, kan dia bukan papa Dey"

Dey memberengut "Papa Dep itu baik, papa Dey! Dia sayang sama Dey gak kaya ayah yang jahat sama Dey" ujarnya dengan nada pelan sepelan mungkin. Alena tau betul betapa kecewanya bocah kecil ini, Deyvan yang selalu memuja sang ayah saat di Itali mendapatkan penolakan begitu keras. Bagaimana saat Dairus mendorong tubuh mungil Dey yang membuat anak itu terjatuh. Membentak Dey dan mengatakan bahwa Dey bukanlah putranya. Sakit? Hati ibu mana yang tidak pedih melihat anak yang dilahirkan susah payah, anak yang berbagi kehidupan dengannya selama 9 bulan di sakiti begitu saja?
Tidakkah Dairus tau? Alena selalu membangun imajinasi yang baik tentang Dairus. Membuat Dey begitu mencintai bahkan memuja Dairus lebih dari apapun.

"Maafin bunda ya sayang??"

"Ko minta maaf bunda??" Mata bulat Deyvan menatap Alena dengan tatapan polosnya

"Maafin bunda pokoknya ya sayang? Gara - gara bunda Dey jadi merasakan kecewa sama ayah"

Dey mengerjapkan matanya "Bunda.. Dey sayang bunda.. bunda.. kenapa ga nikah sama Papa Dep saja?"

Tbc

My SON (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang