25. Menentukan pilihan

23K 1.2K 83
                                    

Dave merangkul lembut pundak Alena, hari ini mereka akan kembali ke Jakarta. Kembali kepada kenyataan dan menyimpan kenangan sebagau keluarga kecil yang bahagia dan ideal untuk diri masing - masing. Ada rasa tak rela yang di rasakan keduanya jika harus kembali ke Jakarta. Kembali ke kehidupan yang menyakitkan

"Dev" panggil Alena. Dev menoleh setelah sesaat mendudukan pantatnya di kursi sebelah Alena. Perjalanan dari Lombok menuju Jakarta

"Kenapa?" tanya Dev dengan lembut sembari memasang sabuk pengaman untuk dirinya juga untuk Dey karena sebentar lagi pesawat akan take off

"Terima kasih ya liburannya, aku seneng banget. Dey juga seneng" Dev mengangguk dan mengecup kening Alena pelan penuh perasaan. Alena hanya diam saja menikmati kecupan manis di keningnya. Darahnya berdesir hangat mendapat perlakuan istimewa dari Dev

"Dev.." panggil Alena lagi, tapi kali ini Alena lebih berani dia merangkul lengan Dev dan meletakkan kepalanya di pundak Dev. Sedikit kaget dengan sikap Alena, namun jangan salah hati Dev bersorak riang gembira

"Terima kasih untuk semuanyaa.."

"Iya Alena sama - sama. Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu mau nemenin aku liburan sebelum aku kembali ke Itali"

Alena mendongakkan kepalanya "Kamu jadi balik ke Itali?" Dave hanya menganggukkan kepalanya. Alena mendesah panjang dan memilih memejamkan matanya menikmati kokohnya bahu Dave yang nyaman.
.
.
.
.

Silva tersenyum girang saat melihat banyaknya oleh - oleh yang dia dapatkan dari Alena. Alena yang tampak tidak begitu selera memilih masuk ke kamar dan merebahkan diri. Bukan Silva jika tidak membaca gelagat jelek dari sahabatnya itu

"Hei.. Pulang liburan malah galau!" seru Silva menepuk pantat Alena yang sedang merebahkan diri

"Cape mba, mau tidur. Titip Dey ya?" Alena memejamkan mata agar Silva tak menganggunya lagi. Tetep aja penyakit kepo Silva terlalu akut

"Duh, nanti aja sih bobo nya. Karang cerita dulu seru nya liburan kalian. Aku lihat di Instagran kalian seru banget mana isi 'keluarga kecil' lagi si Dev terus si Dey isi bilang papa Dep dan Bunda tidur bareng. Sumpah eh aku kepo!!"

Alena bangun dari tidurnya dan duduk menatap Silva sepertinya Silva gak akan membiarkannya sendiri. Dan daripada Galau sekalian aja deh cerita pikir Alena

"Seru banget mba, bener kita udah kaya keluarga kecil idaman. Aku ga tau gimana ceritanya sampe Dey bisaa manggil Dev papa, dan juga bagaimana kedekatan mereka aku juga gak paham. Tapi jujur aku bahagia lihat Dey dan Dev bersama" cerita Alena dengan senyum mengembang

"Really? Wah kode nih, Dey bakal punya papa baru"

"Jangan ngaco ah, Dev kan mau balik ke Itali"

Silva menatap penuh minat "Berarti kalian ke Itali donk?"

Alena menggeleng "Ya gak lah mba, dia ya sendiri balik ke Itali"

"O berarti kalian mau LDR?"

Alena menggeleng lagi "Kita kan gak pacaran mba"

Silva manggut - manggut "Berarti nikah dulu donk kalian?"

Alena memukul lengan Silva karena gemas "Kita ga punya hubungan apa - apa mba, murni temen ajah"

"Temen apa demen sih Al? Ya ampun kalian sudah sedeket itu malah ga menjalin hubungan apa - apa? Sudah sampe tidur bareng"

"Tidur bareng sama Dey kali, kan aku udah cerita mba. Dey sakit" Silva menganggukan kepalanya

"Kenapa kamu dan Dev gak pacaran ajah sih?"

Alena mengedikkan kedua bahunya lalu kembali merebahkan dirinya di ranjang

"Karena itu kamu jadi galau?"

"Aku gak galau mba" kilah Alena

"Yakin?" Alena hanya mengangguk malas

"Al, kalau kamu suka sama Dev gak ada salahnya kamu memulai hubungan dengan Dev"

"Gak ah mba, aku malas berurusan sama keluarga Dairus"

"Apapun urusannya kalau udah cinta mah yang lain gak peduli Al. Ngapaiin sih mikirin Dairus dan yang lainnya, yang harus kamu pikirin perasaan kamu. Nyamannya kamu, perasaan Dey yang tanpa kalian sadari sudah sayang sama Dev" Alena hanya diam

"Sebelum kamu nyesel Alena. Sebelum semua terlambat, jangan sampai kamu nyesel di kemudian hari karena menyia - nyiakan pria yang tulus sama kamu juga Dey" Alena memejamkan matanya berusaha mengabaikan kata - kata Silva

"Tanya hati kecilmu kalau kamu ragu, pejamkan matamu dan rasakan cinta itu sudah tumbuh memenuhi hati kamu. Cuma kamu saja yang gak mau mengakuinya"

"Aku harus gimana mba? Satu sisi aku memang mulai menyukai Dev dia pria yang sangat menghormati aku juga menyayangi Dey layaknya anaknya tapi jujur saja aku takut merasa kecewa untuk kedua kalinya" jujur Alena

"Aku paham, semua yang terjadi di hidupmu pasti meninggalkan luka dan trauma besar tapi sampai kapan kamu akan berlari dari itu semua? Biar bagaimanapun kamu harus siap menghadapi Alena. Percaya, yakin, berusaha dan serahkan semua sama yang di atas. Bahagia untuk orang yang berjuanh bukan untuk orang yang selalu bersembunyi di balik masa lalu"

"Kejar sebelum terlambat Alena.." Alena mengangguk dan tersenyum.

***

"Ada apa meminta aku ke sini?"

"Ada hal yang ingin aku bicarakan"

"Sebenarnya semua udah gak perlu dibicarakan lagi semua sudah selesai"

"Memang, tapi aku ingin berusaha berjuang sebelum mengakui kekalahan"

"Terus maksud tujuanmu apa?"

"Maafkan aku Alena, aku tau semua ini salah aku. Aku terlalu egois dengan semuanya aku bahkan menyakiti kamu dan Dey begitu saja. Aku mementingkan perasaan dua buah hatiku padahal Dey juga adalah anakku. Aku benar - benar merasa bersalah dan berdosa.. Seandainya kesempatan itu masih ada.. Aku berjanji akan memberikan seluruhnya untukmu dan Dey. Aku menceraikan Dewi, dan aku ingin membangun semua denganmu Alena bersama anak - anak kita juga. Maukah?"

Alena tertawa "Jika kamu bisa menghianati Dewi demi aku, menceraikan Dewi demi aku, apa gak memungkinkan suatu hari nanti kamu akan menghianati dan menceraikan aku demi wanita lain?"

Dai menggeleng "Beda Alena, aku melakukan semua ini pada Dewi karena terlalu kecewa akan perbuatannya. Aku mencintai Dewi dulu seperti aku mencintai kamu. Penghianatan dia dengan sahabatku membuat rasa cinta itu memudar. Lain hal denganmu Alena. Bertahun menjalani hubungan aku tau aku sadar kamu lebih dari sekedar tulus. Tidak mengharapkan hal lebih selain cinta, kasih sayang dan perhatian dariku. Membuatku merasa diperlukan bukan dari segi materi saja"

"Butuh waktu lama untuk kamu menyadari semuanya? Butuh rasa kehilangan dulu sebelum sadar akan semuanya" kekeh Alena

"Maafkan aku Alena. Maafkan aku.. Beri aku satu kesempatan lagi aku mohon. Aku ingin membesarkan Dey bersamamu"

Alena mengangguk "Aku sudah maafkan kamu Dairus.." ujar Alena tersenyum

"Benarkah? Lalu maukah kamu menikah dengan ku?"

Alena tersenyum membalas genggaman tangan Dairus dan menatap Dairus dalam

"Aku sudah menentukan pilihanku Dairus dan aku memilih..."

Tbc

My SON (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang