"Alena!!" panggil Silva saat melihat Alena berjalan ke lobby kantor. Alena menoleh dan tersenyum
"Kenapa Mba?"
"Ada yang mau mba omongin, ke sana bentar yuk" Silva menunjuk satu caffe di ujung jalan dekat kantor mereka. Alena mengangguk dan berjalan bersisian bersama Silva
"Pesen apa?" tanya Silva saat mereka sudah duduk cantik di caffe itu
"Minuman yang seger - seger aja mba"
Setelah memesan minuman, Silve mengeluarkan sebuah map biru dari tas nya lalu memberikan kepada Alena
"Apa ini Mba?"
"Ini kontrak kerja aku Len, aku pindah ke Indonesia. Nerusin bisnis keluarga aku" terang Silva
"Lha kantor gimana Mba?"
Silva menghela napas "Aku maunya sih kasih kamu tanggung jawab buat kantor, cuma.." Silva menggeser duduknya lebih tegap "Ada abang aku yang ngurus kantor ini, dan aku mau kamu ikut sama aku ke Indonesia"
"Ha?" Alena menahan napas saat mendengar ajakan Silva kembali ketanah kelahirannya. Silva mengenggam erat tangan Alena
"Aku khawatir Len, kalau kamu di sini sendiri. Lebih baik kamu ikut aku ke Indonesia, kita mulai bisnis dari awal lagi Len"
"Tapi Mba.."
"Kamu takut keusik masa lalu kamu Len? Sampai kapan kamu mau terus berlari? Sudah 6 tahun Lena, semua sudah berubah. Kamu harus bisa menghadapi Dairus dan juga istrinya. Jakarta kota besar, kecil kemungkinan bisa bertemu Dairus secara kebetulan kecuali jodoh" ujar Silva Alena masih terdiam merenungi kata - kata Silva.
"Kapan mba pindah?"
"Akhir bulan ini Alena. Banyak persiapan yang harus di kerjakan sebelum pindah"
Alena mendesah dan mengangguk "Nanti aku pikirin mba"
Silva mengangguk lemah, dia mana bisa memaksa sahabat yang dianggp adiknya itu. Tapi bagi Silva, Alena tidak boleh takut menghadapi masa lalunya itu. Dan sampai kapan harus terus berlari? Alena tak bisa terus bersembunyi seperti ini.
.
.
.
.
.Dairus menghela napas "Bagaimana sih? Kenapa model - model nya ini saja? Kita butuh pensegaran Ernest!"
"Ya pak, saya paham. Hanya saja, merekrut model baru sudah kami lakukan, bapak tidak ada yang suka"
"Entahlah, mereka tak ada yang istimewa. Tidak punya kharisma dan mempesona"
Ernest mengangguk paham, Alena punya talenta besar untuk menjadi model utama model kesayangan Dairus. "Saya akan coba carikan yang seperti mau bapak" Dairus mengangguk pelan lalu kembali sibuk dengan beberapa berkas menumpuk di mejanya. Proposal - proposal mengenai cover baru peryaaan hut Magazine Internasionalnya.
Bruk!!
Beberapa contoh cover itu terjatuh, Dairus menghela napas dan merapikannya kembali. Lalu mengambil contoh cover majalah beberapa tahun lalu yang menampilkan wajah cantik Alena
"Ale.." lirih Dairus memegang sebuah majalah dengan cover wajah Alena. Dairus merasakan sesak di dadanya seolah terlempar lagi ke masa lalu, 6 tahun lalu saat Alena menghilang dari apartemennya, tanpa pesan apapun.
Kening Dairus berkerut saat hampir berpapasan dengan mobil yang diyakini milik istrinya, Dewi. 'untuk apa Dewi ada di basement apartemen milik Alene' pikir Dairus. Sedikit merasa ada sesuatu yang salah, Dairus buru - buru memarkirkan mobilnya dan berlari kecil menuju lift. Menunggu beberapa menit akhirnya lift itu terbuka.
Dairus memencet tombol menuju lantai 6 apartemen ini, menemui Alena sang kekasih. Dairus sudah memutuskan, akan lebih memilih Alena dari pada istrinya Dewi. Tak perlu banyak pertimbangan lagi.
Namun seolah ada saja halangan menemui Alena, Lift yang di naiki Dairus berhenti di lantai 4. Liftnya macet dan membuatnya tak bisa bergerak. Dairus berusaha tenang dan tidak panik, mencoba menghubungi beberapa pihak yang terkait untuk memperbaiki Lift. Kira - kira memakan waktu kurang lebih setengah jam, Dairus terjebak di dalam Lift.
Dairus membuka pintu apartemen Alena, namun kosong. Tidak ada sosok Alena di sana.
"Alena..." Panggil Dairus. Dairus mengecek setiap ruangan namun nihil tidak ada tanda - tanda Alena. Dairus merasakan jantungnya berdebar karena pemikirannya, mungkinkah Alena pergi? Dairus tidak mau menerka - nerka, dia memilih membuka lemari pakaiannya dan ternyata kosong..dugaan Dairus mengenai kepergian Alena menjadi nyata. Lalu harus kemana Dairus mencari lagi?
Bukan hanya berdiam diri, Dairus sudah berusaha keras mencari keberadaan Alena. semua anak buah sudah di kerahkan mencari Alena. Dairus seperti orang gila, yang tidak memiliki semangat hidup. merasakan sebelah dirinya dibawa pergi jauh oleh Alena, Dairus menyadari sesuatu akan sangat berharga setelah kita kehilangan.Belajar dari pengalaman kehilangan Alena, Dairus tidak lagi ingin kehilangan. Ada dua anak perempuannya yang berharga telah di sia - siakannnya karena mengejar Alena. Dan Dairus tidak ingin lagi merasakan penyesalan juga kehilangan, Dairus bangkit di bantu Dewi menjaga dua buah hatinya yang kini mulai beranjak remaja. Menyayangi sepenuh hati agar tidak lagi kehilangan.
"Dai.." Dairus meletakkan kembali majalah dengan cover Alena di atas meja dan mendongak menatap seseorang yang dikenalinya masuk dengan wajah cerah
"Astaga Devino??" Seru Dairus girang, Dairus bangkit dari duduknya dan menghampiri kakak kandungnya. Kakak yang begitu diidoalakannya, kakak yang dianggapnya sahabat pula, kakak yang mengasingkan diri untuk menjadi sukses di Negara lain.
"Apa kabar lo?" tanya Devino merangkul adik kesayangannya, meski tak ada ikatan darah tapi Devino sangat menyayangi Dairus. Biar bagaimanapun, Ibu Dairus sudah menjadi ibu tirinya yang mengasuhnya dengan sangat baik dan menjadikannya pria sejati, sukses dan mapan seperti sekarang ini
"Baik,lo gimana? kapan pulang?"
"Tadi, gue langsung ke sini aja. Tar gue ke rumah mama" ujar Devino yang langsung duduk santai di sofa.
"Lo pulang karena mau merried ya?" tebak Dairus ngasal. Devino tertawa renyah dan meninju lengan Dairus
"Calon aja gue belum punya coba" tawanya
"Makanya jangan kerja melulu, gue punya banyak model cantik mau gue kenalin?" Devino menggeleng
"Tadi di pesawat gue ketemu cewe, cakep men! Berangkat bareng gue dari Itali dan tujuannya sama ke Jakarta. Banyak ngobrol gue, dan asli gue tertarik sama itu cewe"
Dairus tertawa terbahak " Akhirnya ada juga cewe yang lo taksir, gue sangka lo gay" ejek Dairus
"Sialan lo"
"Terus namanya siapa? Udah dapet kontaknya?" tanya Dairus serius
Devino tertawa "Belum bro, gue cuma kenalan doang belum dapet kontaknya"
Dairus menatapnya bingung "Ko kagak minta nomer handphonenya? Oon lo mah"
Devino menggeleng "Sengaja, gue percaya jodoh men. Kalau memang dia jodoh gue, kita akan bertemu lagi. Kalau ga nemu ya berarti gue harus cari jodoh lain" ujarnya enteng
"Aneh lo Dev!" tawa mereka pecah secara bersamaan
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My SON (end)
RomanceTulisan ulang - Ayah untuk Anakku @missintan Kalau kamu menyakitiku, itu hal biasa. tapi jika kamu menyakiti anakku, maka aku tak akan membiarkannya - Alena Zahra Dia juga anakku, kamu gak berhak menjauhkan dia dariku. biar bagaimanapun aku ayah bio...