Melihat buah hati berkecil hati, tentu siapapun ibu tidak akan mau. Sama seperti Alena, si Ibu muda itu terluka melihat anak lincah seperti Dey harus duduk diam memandang langit mendung dari jendela balkon kamarnya.
Alena menghela napas dan kembali bergabung dengan Silva, dia tidak ingin menganggu acara kesedihan putra semata wayangnya.
"Masih ngambek Dey?" tanya Silva saat Alena melesakkan pantatnya pada sofa empuk sebelahnya
"Masih, bantu bujukin donk" rengek Alena
Silva tertawa "Aku sudah coba, sampe jurus terjitu juga aku sudah coba, tapi lihat kan Dey malah mengusirku. Tumben dia begitu" jelas Silva. Alena menghela napas
"Semua gara - gara laki - laki itu. Sebelumnya Deyvan ga pernah seperti ini. Aku harus gimana?"
"Mau denger saran aku? Serius?"
Alena mengangguk "iya Mba, apaan?"
"Menurut aku, Dey sedang kangen kangennya dengan ayahnya. Kamu kan tau, sejak di Itali, Dey sangat ingin bertemu ayahnya. Dia merindukan kahadiran sosok ayah dalam hidupnya. Kamu pertemukan saja Dey dengan Dairus"
"Hah? Enggak. Aku gak mau mba ah! Dai gak berhak sama anakku"
"Iya aku tau, kamu gak akan rela. Cuma, kamu jangan egois. Biarkan Dey bertemu dengan ayahnya. Toh kamu ga dirugikan apa - apa. Kamu ga berhak lo menjauhkan anak dengan ayahnya"
"Tapi mba.. Nanti Dairus ke - Gr'an lagi dan aku gak mau mba jadi perusak rumah tangga orang"
"Iya aku ngerti, tapi posisinya bukan itu Alena sayang. Pertemuan Dey dengan ayahnya sah - sah aja.. Ga perlu bunda dan ayahnya juga bersama. Misalnya, saat Dey mau ketemu Dai, aku bisa anter Dey ke tempat Dai kan? Atau Dey di jemput di sekolah sama Dai. Bisa kan? Kamu ga perlu dekat dengan ayahnya"
"Lalu Dewi bagaimana? Perasaan wanita itu bagaimana? Biar ngeselin aku juga wanita, kecewa jika melihat suami memiliki anak dari wanita lain"
Silva mendesah "Iya sih, tapi apa kamu gak kecewa liat anak yang kami perjuangin antara hidup dan mati galau merana kaya gitu?" Alena menggeleng dan memberengut
"Mba, kamu ngeracunin otak aku tau!" ujarnya seraya bangkit dari duduknya dan menemui Dey yang masih terduduk termenung.
"Hei sayang?" sapa Alena. Dey hanya melirik namun kembali fokus dengan langit mendung di hadapannya
"Kamu kenapa sih? Kok diemin bunda gini? Makan dulu yuk, bunda bikin ayam crispy sambelnya sambel bangkok loh kesukaan Dey mau gak?" Dey menggeleng membuat Alena semakin frustasi. Baru kali ini melihat putranya yang biasanya aktif, ceria dengan segala celotehnya, bergerak ke sana kemari seperti cacing yang diberi garam kini mendadak seperti patung yang bernyawa, diam saja. Bahkan seharian inipun perutnya belum diisi apapun
"Dey sayang.. Jangan kaya gini donk bunda kan bingung jadinya" ujar Alena membelai rambut kecoklatan putranya. Alena mendesah dalam saat tak ada sahutan dari Dey putranya. Binar mata Dey terlihat suram dan itu sukses membuat Alena frustasi bingung
"Kalau makan gak mau, ngomong sama bunda juga gak mau, gimana kalau makan sama ayah aja, Dey mau?" tawar Alena sedikit ragu. Dey menoleh dan menatap mata Alena, Alena menelan salivanya
"Mau bunda" jawab bocah cilik itu yang sukses membuat jantung Alena merosot. Ini yang ditakutkan Alena jika harus pulang ke tanah air. Bertemu Dai dan membiarkan Dey bergantung kepada pria itu. Alena memasang senyum tipisnya.
"Bunda telpon ayah dulu, semoga gak lagi sibuk ya?" bujuk Alena yang di balas anggukan serius Dey.
"Magazine Internasional selamat sore, dengan Ningsih ada yang bisa di bantu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My SON (end)
RomanceTulisan ulang - Ayah untuk Anakku @missintan Kalau kamu menyakitiku, itu hal biasa. tapi jika kamu menyakiti anakku, maka aku tak akan membiarkannya - Alena Zahra Dia juga anakku, kamu gak berhak menjauhkan dia dariku. biar bagaimanapun aku ayah bio...