24. Indah

22.8K 1.2K 26
                                    

Pagi hari yang indah di pulau lombok bagi Dey saat membuka mata menatap kedua orang yang di sayang tengah tertidur pulas sembari memeluk dirinya. Dia menatap sang bunda lalu menatap Dev yang sudah dianggap papa nya. Dey bahkan sudah lupa rasa sakit penolakan yang di lakukan Dairus kepadanya. Dia menikmati liburan keluarha utuh mereka

"Papa.. Bunda.." rengeknya namun keduanya masih sama - sama terlelap. Dey keluar dari selimut dan turun dari ranjang. Pergi ke kamar mandi untuk menunaikan rutinitas pagi harinya.

Tinggal Alena dan Dev yang masih tertidur nyenyak di atas ranjang. Tangan mereka saling berpegangan erat. Alena yang merasa kedinginan terkena ac mulai menarik selimut menutupi tubuhnya dan bergerak mendekat kearah Dev. Masih keadaan terlelap, Alena memeluk tubuh Dev. Dev yang merasa geli terkena rambut halus Alena membuka mata, sedikit kaget saat melihat Alena merebahkan kepala di dadanya dengan tangan melingkar dipinggangnya.

Rasa hati berdebar - debar tentu membuat Dev diam mematung. Bernafaspun sangat pelan dia tak mau sampe Alena terbangun lalu keindahan pagi ini berakhir begitu saja. Anggap saja Dev mencuri kesempatan dalam ketidak sadaran Alena. Toh gak ada yang dirugikan.

Lama mereka tertidur sambil berpelukan rasa pegal di lengan Dev pun tak terasa, dia menikmati setiap detik yang berlalu. Hembusan napas Alena menerpa kulit dadanya membuat sensasi tersendiri sampai pintu kamar mandi terbuka

"Papa!!! Bunda!! Bangunn!!!" teriak Dey yang sudah rapi dengan pakaiannya. Alena tergagap dan membuka matanya saat dia menyadari sedang memeluk Dev. Lalu Dev gimana? Dia sedang berpura - pura tidur pemirsa, biar gak dikira mencuri kesempatan dengan Alena. Licik ya? Padahal emang nyuri kesempatan

"Ups!!" Alena bergerak menjauh dan Dev sadari kehangatan tadi hilang seketika.

"Bunda peluk papa Dep" seru bocah kecil itu

"Sstt.. Jangan bilang papa ya? Bunda mohon ya sayang? Malu bunda" rengek Alena yang mampu di dengar Dev dia ingin tertawa namun dia sedang akting pura - pura tidur. Tubuh Dev menggeliat dan perlahan membuka mata percis seperti orang baru bangun, meyakinkan!

"Hei pagi semua" sapa Dev dengab suara pelan agar terdengar parau gitu. Dev merentangkan tangan dengan lengan berototnya mempoertontonkan tubuh atletisnya kepada Alena yang sesaat kemudia bersemu merah

"Pagi papa Dep"

"Bunda siapin sarapan dulu ya? Habis itu mandi baru jalan - jalan" ujar Alena hendak turun dari ranjang. Dey menghadangnya

"Bunda ndak sopan! Kan papa ngucapin met pagi, kata bunda kita ga boleh cuekin sapaan orang" gerutu bocah cilik itu. Alena menghela napas

"Pagi Dev" ujarnya Dev dapat melihat Alena seperti salah tingkah dan dia hanya tersenyum

"Pagi Alena"

Alena berjalan keluar kamar dan Dev bangun dari tidurnya menggendong Dey lalu mengecek suhu tubuh Dey

"Dey udah sehat pa"

"Iya papa tau, hari ini di hotel aja ya? Kasian kan masih sakit nanti kenak angin lagi" bujuk Dev

Dey menggeleng "Mau liat ail teljun papa"

"Masih sakit sayang"

Dey memberengut "Bosen pa kalau di hotel aja"

"Gimana kalau kita mandi jacuzi di lantai atas? Mau?" ajak Dev

"Tapi Dey uda mandi"

"Mandi lagi aja, yuk. Ajak bunda" Dey mengangguk antusias lalu keluar kamar

"Bunda, gimana kalau kita bertiga mandi Jacuzi?"

"Aku ga ikut, kamu sama Dey aja ya?"

"Ndak, Dey mau sama bunda dan papa"

"Ya udah bunda ikut" ujar Alena mengalah

Mereka pun menikmati keseruan liburan hari ini meski hanya menikmati aneka fasilitas hotel tetap saja membuat Dey dan Alena cukup bersemangat. Hingga saat Lunch tiba, Dev mendekati Alena saat Dey tengah sibu mencicipi aneka kue coklat di stand makanana

"Alena.."

Alena menoleh dan tersenyum "Terima kasih ya" ujar Dev lagi sembari menatap dalam mata coklat Alena

"Aku yang seharusnya terima kasih, kamu ajak aku jalan - jalan seru banget"

Dev tersenyum tipis "Paling gak aku punya kenangan indah bersama kamu dan Dey yang akan aku kenang saat di Itali nanti" senyum Alena memudar saat mendengar kata - kata Dev. Dev mengalihkan pandangan dan menatap Dey

"Alena, aku ke tempat Deyvan dulu ya?" Alena mengangguk dan menatap punggung Dev yang berjalan menjauhinya. Ada banyak pikiran tentang Dev dalam benaknya namun Alena sekuat tenaga menepisnya, berharap semua ini hal yang biasa saja.

***

Dairus menatap Silva lalu menghembuskan napas pelan

"Iya aku tau, semua salah aku. tapi apa gak ada kesempatan kedua ?"

"Dairus harusnya kamu mengerti bahwa kamu sudah di beri kesempatan oleh Alena, membiarkanmu bertemu dengan Deyvan adalah suatu kesempatan.Kamu yang menyia - nyiakannya"

Dairus memijat pelipisnya yang berdenyut sakit "Tapi aku kan ayah biologi Deyvan"

Silva mengangguk "Iya emang,tapi kamu sudah menolaknya dua kali Dairus. Bahkan demi karir kamu tega mendorong anakmu sendiri, jujur saja aku tidak menyukai sikapmu seperti itu"

"Iya aku mengerti, Terus bagaimana dengan Dev?"

"Sejauh ini aku melihat sepertinya Alena juga Dey menerima Dev dengan baik. Dev terlihat serius dan menyayangi Dey. Jangan memperumit keadaan lagi Dairus"

Dairus menghela napasnya pelan "Aku akan ikhlas melepas Alena jika memang itu yang diinginkannya. Jika dengan Dev dia bahagia, aku akan mendukungnya"

Silve tersenyum dan menepuk pundak Dairus "Sekarang kamu fokus dulu dengan semua pemberitaan miring tentang dirimu, ini menyangkut karir"

Dairus menggeleng "Aku akan menjual seluruh saham Magazine Internasional dan melanjutkan usaha ayahku saja"

Silva memelototkan matanya "Kamu yakin?"

Dairus mengangguk "Gebin dan Dewi sudah berhasil menghancurkan semua yang aku bangu. Rasanya tak ada alasan untuk aku pertahankan lagi semuanya. Kini saatnya melepaskan semuanya"


TBC

My SON (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang